Ini adalah kisah seorang yang memiliki 2 orang sahabat dekat, Kedua sahabat itu bernama Daniel dan Nicholas. Awalnya kami dulu tidak saling kenal, tapi karena ada suatu kejadian, dimana si Daniel menjatuh kan dompetnya di jalanan. Lalu aku menemukan dompet tersebut dan mengembalikan dompet itu dengan menyerahkannya ke kantor Polisi.
Keesokan harinya, tepatnya pada jam 8.30 pagi. Aku di telepon sama polisi untuk datang ke kantornya. Setelah sedikit lama berbincang dengan polisi lewat telpon, akhirnya aku bisa menutup telepon tersebut. “Kupastikan untuk meminum obat dulu sebelum berangkat,“ pikirku sambil mencari cari obat tersebut. Setelah sedikit lama, akhirnya aku menemukan obat yang kucari dan langsung meminum obatnya.
Setelah minum obat, Aku segera berangkat ke kantor polisi jam 8.40 pagi. kuberjalan dengan sangat pelan sekali dan ketika itu juga pikiranku mulai kacau dikarenakan aku mengingat kejadian yang mengembalikan dompet waktu itu. Suara polisi itu juga sedikit menyeramkan ketika aku berbicara dengannya lewat telepon.
Sesampainya di depan kantor polisi, jantungku berdetak dengan kencang sampai sampai. Aku mengeluarkan banyak sekali keringat, kuterus berfikiran buruk “Bagaimana kalau aku di tuduh sebagai pencuri, tapi akukan punya niat baik untuk mengembalikan dompet itu. Ah~, jangan terlalu di pikirkan, nantinya bisa benar benar kejadian lagi“ pikirku sambil mengambil nafas panjang untuk membuka pintu kantor polisi.
Kubuka pintu secara perlahan lahan dengan rasa keraguan didalam hatiku, disana aku melihat 2 orang laki laki yang seumuran denganku. Aku cuma membuka pintu kantor polisi dan memandangi 2 orang itu. Tapi tidak masuk kedalamnya, 2 orang itu terlihat sedang menanyakan sesuatu ke polisi yang sedang ada di depannya. Polisi itu melihat ke arahku yang sedang berdiam diri didepan pintu tanpa bergerak sedikit pun. Lalu polisi itu menunjukkan jarinya kearahku “Itu dia orangnya“ ujar polisi itu ke 2 orang yang sedang menunggu seseorang.
Kedua orang itu menengok kearah yang ditunjukan polisi itu, “Terima kasih pak polisi, saya pergi ke sana dulu“ ucap salah satu orang itu.
“Iya“.
Kedua orang itu menghampiriku dengan cepat, tapi aku malah berpaling dan pergi keluar kantor polisi dengan maksud untuk menghindari mereka berdua yang menghampiriku. Aku terus berjalan dengan cepat kearah rumahku, “Kenapa mereka terus mengejarku“ pikirku sambil melirik kearah belakang.
“Kamu yang di depan, tunggu sebentar saya ingin berbicara denganmu“ ucapnya dengan nada sedikit keras.
“Mereka pasti ingin menuduhku, dari suaranya saja sudah begitu.“ pikirku dengan negatif. Aku berhenti, ketika dipanggil oleh seseorang yang ada dibelakangku. “Apa mau mu ?,“ tanya ku dengan kedua orang yang ada di belakangku.
“Kamu jangan salah sangka dulu, sebenarnya saya ingin berterima kasih kepada mu. yang telah mengembalikan dompet ku. cuma itu saja“ jawabnya.
“Ternyata dugaanku benar dari tadi, kenapa aku selalu berfikiran buruk“ pikirku sambil menghela napas, terus aku membalikkan badan untuk melihat orang itu. “Maaf, telah lari dari kalian, padahal kalian hanya ingin mengucapkan terima kasih kepadaku. Benar benar maaf sekali telah menghindari kalian.“ ucapku sambil membungkuk yang menandakan untuk meminta maaf ke seseorang.
“Kamu tidak perlu minta maaf,“ jawab orang yang ada di sebelah kanan. Dia melanjutkan omongannya sambil berbisik ke teman sebelahnya “Hey Daniel bicaralah sesuatu terhadapnya, jangan hanya diam saja. Buatlah suasana yang menyenangkan, kamukan pasti bisa mengubah suasana ini“.
“Ok“ kata orang yang bernama Daniel itu. aku masih terus saja membungkuk, orang yang bernama Daniel itu langsung menghampiriku. Ketika sudah di depanku, dia langsung mengulurkan tangannya kepadaku dengan tangan kanannya “Hey, kamu tidak perlu membungkuk seperti itu, tidak enak di lihat orang sekitar“.
Aku dibuat bingung olehnya, “Apa maksudnya mengulurkan tangan. Aku benar benar tidak mengerti maksud nya apa ? “ pikirku.
“Sudahlah ayo cepat ikut kami, ke suatu tempat. Nicholas kita pergi ke tempat biasa“ ucapnya sambil memegang tanganku.
“Iya, sebagai rasa terima kasih.“ ucap orang yang bernama Nicholas itu.
“Aku mau dibawa kemana ?,“ tanyaku ke orang yang memegang tanganku.
“Sudah ikut saja, pasti disana sangat menyenangkan sekali“ ucap Daniel.
“Tenang saja, kamu tidak di apa apain“ ucap Nicholas sambil tersenyum.
Dari senyumannya, terlihat bahwa mereka adalah orang orang baik. Jadi kuputuskan untuk mengikuti kemauannya. Setelah itu aku langsung ditarik dan dibawa ke sebuah tempat, kami berjalan cukup lama dan tibalah di tempat tujuan mereka. Tempat yang ia maksud adalah Game Center “Jadi ini yang kalian maksud“ ucapku dengan terkejut.
“Iya, ini adalah tempat kami untuk bersenang senang“ ucap Nicholas.
Kami semua masuk ke dalam Game Center, “Apa kamu pernah masuk kesini, sebelumnya ?,“ tanya Daniel kepadaku dan ketika itu juga Nicholas pergi.
“Tidak pernah“ ucapku dengan nada datar.
Daniel terkejut dengan perkataanku dan melepaskan pegangan tangannya “Kalau begitu, ini adalah pengalaman pertamamu ya ?“ tanya Daniel.
“Iya“.
Tidak lama kemudian Nicholas datang dengan membawa banyak sekali koin dengan mangkuk plastic. “Nicholas! kamu lama sekali membawa koinnya,“ ucap Daniel sambil menghampiri Nicholas.
“Maaf, keasikan bermain tadi“ ucap Nicholas.
“Aku merasa curiga dengan ekspresi muka mereka yang sangat senang sekali bertemu dengan orang yang baru kenal dengan mereka, itu sih tidak mungkin hanya ingin mengucapkan rasa terima kasih dan mereka membawaku ke tempat seperti ini. Lagipula aku belum berkenalan dengan mereka, tapi mereka terlihat sudah seperti mengenalku lama sekali.“ pikirku dengan curiga terhadap mereka berdua. Karena penasaran dengan tujuan sebenarnya, aku menanyakan ke mereka “Maaf apa yang kalian inginkan dariku, kalau kalian ingin mengucapkan rasa terima kasih, ucapkanlah dengan mulut kalian sendiri dan kalian seharusnya tidak perlu membawaku ketempat seperti ini. Sebenarnya aku lebih merasa senang kalau kalian jujur“ ucapku dengan tatapan muka yang serius.
Suasana menjadi suram ketika aku berbicara seperti itu dan Daniel sama Nicholas secara serempak menengok kearahku dengan tatapan muka yang sedikit terkejut “Nicholas, sepertinya kita harus memberi tahu dia tentang status kita“ ucap Daniel dengan wajah sedih yang mengarah kebawah.
Aku semakin dibuat bingung dengan perkataan Daniel tentang status mereka “Apa maksudnya ?, aku benar benar tidak mengerti maksud kalian itu apa“ pikirku.
Tiba tiba saja koin yang di Nicholas terjatuh semua dan berhamburan kemana mana. Koin yang terjatuh itu di diamkan begitu saja tanpa ada yang mengambilnya. Nicholas malah berbicara dan bukan mengambil koin yang berhamburan itu “Kami hanya ingin berteman denganmu, hanya itu saja“. Nicholas juga menundukkan wajahnya seperti Daniel “Kumohon bertemanlah dengan kami, soalnya kami tidak mempunyai teman satupun, kami dijauhi oleh teman sekelas kami karena keluarga kami itu kaya.“ ucap Nicholas dengan rasa berat dihati untuk membicarakan hal itu.
Mereka ini sama sepertiku, tapi aku kebalikannya dari mereka. Kalau mereka karena kaya dijauhi, kalau aku karena miskin. Mendengar hal seperti itu membuat hatiku sangat sakit sekali hingga kuingin meneteskan air mata. tapi aku sudah berjanji untuk tidak menangis walaupun ada kejadian yang sangat mengharukan disekitarku.
Aku berjalan menghampiri mereka berdua dengan rasa menyesal mengucapkan hal itu ke mereka. “Maaf, sebenarnya aku tidak bermaksud ingin mengucapkan hal itu. Aku benar benar minta maaf“ ucapku dengan rasa bersalah.
“Kalau kau ingin pergi dari kami. Silakan saja, kami juga tidak akan memaksamu untuk berteman dengan kami“ teriak Daniel dengan kesal.
Nicholas hanya bisa terdiam dan mendengarkan ucapan kasar Daniel.
Aku berbicara sambil mengambilkan koin yang berhamburan itu “Buat apa aku pergi, kalau ada yang ingin berteman denganku. Aku ini juga sama seperti kalian, tidak mempunyai teman sama sekali“.
Daniel dan Nicholas terdiam dan tidak bisa berbicara sepatah katapun karena mendengar hal itu dariku. Aku melanjutkan perkataanku yang masih terus mengambil koin berhamburan itu “Kalau kalian ingin berteman denganku, pertama tama kalian harus~ bantu aku mengumpulkan koin yang berhamburan ini, soalnya banyak sekali koin yang berhamburan kemana mana“ dengan candaan garingku, suasana disini kembali ke seperti sebelumnya.
Tidak lama kemudian Daniel dan Nicholas langsung mengambil koin yang berhamburan itu. “Tidak kusangka dia benar benar menuruti perkataanku, padahal aku hanya ingin mengubah suasana dengan candaan garingku. Kalau begitu kalian benar benar sangat bersungguh sungguh dalam hal pertemanan. “ kata hatiku sambil tersenyum.
Setelah mengumpulkan koin, aku langsung mengambil mangkuk plastic yang berisi koin itu dan berdiri “Terima kasih telah membantuku mengambil koin yang berhamburan itu“ ucapku sambil menghampiri Nicholas dan mengasih koin tersebut.
“Iya“ ucap mereka berdua secara bersamaan.
Setelah Nicholas menerima koin itu dariku, Nicholas langsung menghampiri Daniel dengan berbisik bisik “Daniel, cepat minta maaf ke dia. kau sudah berkata buruk dengannya“.
“Iya“ ucap Daniel dengan suara pelan.
Aku merasa penasaran dengan apa yang mereka bicarakan sambil berbisik bisik, kucoba untuk menebak sendiri apa yang mereka bicarakan. Tapi ketika aku ingin berfikir, Daniel langsung mengucapkan sesuatu kepadaku “Maaf telah berkata buruk kepadamu, saya benar benar minta maaf“.
“Aku juga minta maaf, karena aku tidak bisa mengerti apa maksud kalian tadi“ ucapku.
Pembicaraan kami berhenti tiba tiba, karena tidak ada topic untuk di bicarakan. “Aku harus mencari bahan pembicaraan, padahal aku sudah mengenal mere~. Kenal, oh iya kita belum berkenalan sejak kami bertemu tadi“ pikirku dengan senang mendapatkan bahan pembicaraan.
Ide sudah dapat, tinggal mengajak mereka untuk berkenalan, meskipun aku sudah tahu nama mereka berdua. Tapi bagaimana caranya mengajak mereka berkenalan, lagipula aku juga belum pernah berkenalan dengan orang lain. Ikuti kata hatiku.
“Bagaimana kalau kita berkenalan dulu“ tanpa kusadari aku berbicara bersamaan dengan Nicholas.
“Kau dulu yang berkenalan, setelah itu kau dan terakhir aku“ ucapku sambil menunjuk kearah Daniel yang terlebih dahulu.
“Saya Daniel Gatz“.
“Kalau saya Nicholas Calder“.
“Aku Emilia Giselle“.
Setelah berkenalan, kami langsung mencoba beberapa permainan di Game Center. Pertama kali mencoba 1 permainan, aku masih canggung dengan mereka. Lama kelamaan aku menghiraukan rasa canggung ini dan beralih dengan rasa senang menikmati permainan disana. Ada kalanya kami disana bertengkar karena tidak bisa memenangkan 1 permainan dengan tingkat kesulitan yang tinggi, itu membuat kami semua kesal. Dibalik kekesalan itu, ada sebuah kesenangan ketika memainkannya bersama.
Kami semua masih terlihat sangat canggung untuk berbicara, tapi hari berganti hari, bulan berganti bulan. Kami semua sudah bukan berteman lagi melainkan menjadi seorang sahabat sejati, setiap hari kami mendatangi tempat ini dan tidak pernah bosan untuk didatangi karena tempat ini adalah tempat awal kita menjalin sebuah pertemanan. Meskipun sekolah kami berbeda, tapi ikatan persahabatan kami tidak akan pernah terputus.
Waktu terasa begitu cepat, sudah 2 tahun berlalu dari awal kita bertemu. Kami semua sudah memasuki ke tingkat pendidikan menengah atas. Tapi waktu kita untuk bermain bersama tidak pernah berkurang.
Di suatu hari dimana kami pergi ke tempat biasa untuk bermain bersama sama dan membuat kenangan yang baru. “Ini yang ingin kurasakan sebelum meninggalkan mereka berdua untuk selamanya, aku ingin terus menghabiskan waktu yang lama dengan kalian, tapi aku hanya diberikan waktu sampai jam 6 sore“ kata hatiku dengan meneteskan air mata, dengan cepat kuusap air mataku agar tidak membuat khawatir mereka.
Tapi Nicholas melihatku yang sedang meneteskan air mata, “Emi, kenapa kau menangis ?“ Tanya Nicholas dengan rasa khawatir terhadapku.
“Aku tidak menangis, hanya saja tadi ada debu yang masuk ke mataku dan membuat mataku perih“ ucapku dengan senyuman. sebenarnya, aku memang sedang menangis karena tidak ingin persahabatan kita terputus.
“Oh, jangan membuat kita khawatir, kukira kau ada masalah yang membuatmu menangis“ ucap Nicholas sambil menghela nafas.
Setelah itu kami semua melanjutkan bermain sampai waktu menunjukkan pukul 5.50 sore. “Waktu yang kuhabiskan benar benar sangat menyenangkan. Aku tidak akan pernah lupa dengan kenangan yang mereka buat untukku, sepertinya sudah waktunya untuk pergi“ kata hatiku sambil menangis kembali. Kali ini mereka berdua melihatku yang sedang menangis.
“Ada apa Emi, kenapa kamu menangis lagi” ucap Nicholas yang semakin khawatir dengan keadaanku.
“Emi kalau ada masalah bilang saja, tidak usah di tutup tutupin” timpal Daniel.
Karena tidak ada jawaban dariku, Daniel langsung memegang pundakku. Ketika pundakku di sentuh oleh Daniel, tubuhku langsung mengeluarkan cahaya, ketika itu juga sebagian dari tubuhku mulai menghilang dan menjadi butiran butiran cahaya kecil. Daniel terkejut dengan apa yang ia lihat dan langsung melepaskan pegangannya.
“Emi, kenapa sebagian tubuh menghilang ?. Emi jawablah, jangan hanya diam saja. Apa kau ingin pergi meninggalkan kami” ucap Daniel dengan nafas yang tidak beraturan dan pada akhirnya Daniel meneteskan air mata.
“Emi, tolong jangan tinggalkan kami, kami ingin terus bersamamu” ucap Nicholas sambil meneteskan air mata.
Aku langsung memeluk mereka berdua dengan eratnya. Tidak ada lagi kata yang pantas untuk kuucapkan, yang ada hanya deraian air mata yang berjatuhan, “ Sudah saatnya aku pergi meninggalkan kalian berdua. Tapi mungkin kita akan bertemu kembali pada suatu saat nanti. Good bye, my best friend” setelah mengucapkan kata terakhir, seluruh tubuhku pecah menjadi butiran butiran cahaya.