Read More >>"> Masa Lalu di Balik Bola Kristal
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Masa Lalu di Balik Bola Kristal
MENU
About Us  

Sesungguhnya malam ini aku tidak berminat ke kampus. Andai kalian ada di posisiku, kalian akan mengerti bagaimana perasaanku jika setiap hari diganggu oleh para “fans-gelap-tidak-bertanggungjawab” ini.

Mejaku penuh dengan kertas. Ada selembar kertas bertuliskan “Perempuan Sok Cantik, Sok Pintar, dan Sok Baik!” di mejaku. Sampah berserakan di bawah meja dan kursiku. Kuamati kursi dan mejaku dengan saksama, kali saja ada jebakan di sana. Rupanya dugaanku tepat.

Kursiku dilengketin dengan permen karet yang sepertinya sudah habis dikunyah. Mejaku diolesi minyak makan sehingga permukaan licin. Kejam memang. Tapi aku sudah terbiasa.

“Na!” seruku melihat sahabatku, Kirana yang datang membantu membereskan semuanya.

“Mi! Kita laporin aja ke Ibu Rektor! Livi dan genknya makin lama makin keterlaluan sama kamu!” Kirana tampak geram.

Aku menghela napas panjang. “Na, kamu kan tahu sendiri nggak ada yang berani berkutik karena Livi itu anak orang penting di sini. Mau dilaporin ya gitu-gitu aja, Na. Nggak ada perubahan dan tindak lanjutnya.”

“Dunia ini sungguh tidak adil!” teriak Kirana.

Ya. Dunia memang selalu tidak adil. Aku setuju dengan Kirana.

----

Malam ini langit tampak kelabu. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.

Aku sudah setengah jalan menuju rumah, sampai akhirnya aku berhenti dan menepikan motorku di sudut sebuah gedung bertembok batu marmer. Aku belum pernah melihat gedung ini sebelumnya. Gedung ini berukuran lumayan besar. Desainnya mewah. Dan seperti ada aura…

Tiba-tiba aku berjalan masuk ke gedung tersebut tanpa sempat menghentikan langkahku.

Gelap sekali. Sepi tidak berpenghuni.

Aku terus menelusuri setiap bagian gedung dan aku sampai di sebuah ruang yang sepertinya adalah ruang perpustakaan. Posisi lima rak buku besar menempel ke dinding. Saat aku hendak berjalan ke arah rak buku, muncullah cahaya terang. Aku menoleh ke arah cahaya tersebut berasal. Ternyata seorang wanita tua yang sedang mengusap-usap bola kristal.

Bukannya takut, aku malah berjalan ke arah wanita tua tersebut.

“Kamu memang sedang berada di dunia sihir. Selamat datang.” Si wanita tua seolah bisa membaca pikiranku.

“Perhatikan bola kristal ini.”

Entah mengapa aku patuh saja saat diperintahkan untuk memperhatikan bola kristal tersebut.

Aku seperti sedang menonton sebuah drama. Seorang perempuan berbaju lusuh sedang membersihkan makanan yang tercecer di lantai. Dan ternyata itu aku! Bagaimana bisa?

Kemudian datang seorang perempuan yang dengan nada judesnya berkata “Naomiiii!! Kerja tuh cepetan dikit kenapaaa?? Cucian masih numpuk tuh!”

Livi?? What?? Ini di zaman kapan sih? Kok baju kami sepertinya agak aneh ya modelnya. Begitu juga tempatnya.

“Inilah dirimu di zaman kerajaan dahulu. Livi adalah saudara tirimu.” Si wanita tua menjawab kebingungan dalam benakku.

Oh.. Patutlah kami tidak pernah akur. Toh di zaman dahulu saja kami musuhan.

Tiba-tiba cahaya bola kristal tersebut redup. Drama berhenti.

Lho.. lho?? Kok berhenti? Aku kan masih pengen nonton! Penasaran nih!

“Jika penasaran, besok kamu kembali saja ke sini lagi.” Si wanita tua memang bisa membaca pikiran kurasa.

Aku berjalan keluar dari gedung. Sambil mengendarai motor, pikiranku masih memutar ulang drama yang kutonton tadi. Aku tidak habis pikir, berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikiranku.

Itu nyata? Atau aku dihipnotis?

Kok bisa cerita dramanya tentang aku dan Livi?

Apa besok aku harus balik lagi ke sana?

Bagaimana cerita selanjutnya?

Makin dipikir makin bingung dan penasaran. Besok aku akan minta ditemani oleh Kirana saja.

----

“Mana, Mi? Gedung yang kamu ceritakan itu yang mana nih?”

Aku berputar-putar mencari gedung sihir itu.

Lho?? Kok hilang gedungnya?

“Mana ya? Kok hilang? Harusnya sih di sini,” aku menunjuk ke arah gedung itu berada. “Atau kita salah jalan?”

“Ya nggak tau, Mi. Aku kan ngikut aja. Ah.. Palingan salah jalan. Ya sudah lain kali aja deh kita cari lagi. Sekarang udah malam banget nih! Pulang aja yuk,” tarik Kirana.

Aku masih melongo heran. Tidak mungkin salah jalan. Aku yakin dan ingat sekali gedung sihir itu terletak di sini.

Karena Kirana sudah merengek-rengek ingin pulang, aku pun menghidupkan mesin motor dan mengantarnya pulang.

----

Malam ini aku kembali mencari gedung sihir tersebut, tapi aku sendirian. Kuputuskan pergi mencari seorang diri agar aku bisa lebih fokus.

Nah, itu gedung sihirnya! Kenapa semalam tidak ada? Aneh!

Aku bergegas masuk. “Naomiii.. Kamu tidak boleh memberitahu dan membawa siapapun ke dunia sihir ini. Hanya kamu yang tahu mengenai semua ini.” Kedatanganku disambut suara serak si wanita tua.

“Apabila kamu membawa seseorang atau siapapun itu, maka gedung ini tidak akan terlihat,” lanjut si wanita tua.

Aku ingin bertanya alasannya, tetapi cahaya bola kristal menyala seolah melarangku bersuara. Kemudian muncullah lanjutan drama yang kutonton dua hari lalu itu..

Aku di balik bola kristal tersebut terlihat sedang berdansa dengan seorang pangeran tampan. Mirip Kayden. Iya memang Kayden! Astaga! Si pria perfect yang diidolakan seluruh mahasiswi di kampusku!

Saat asyik berdansa, kudengar teriakan Livi yang menyakitkan telinga.

“Naomiiii!!”

Kejadian berlangsung begitu cepat sehingga aku tidak bisa mengingat dengan jelas. Yang aku lihat saat ini adalah Livi sudah tersungkur di lantai. Livi terjatuh dari tangga istana saat berteriak tadi dan pingsan. Mungkin dia terpeleset saat berlari ingin memisahkanku dari Kayden.

Aku tidak tahu bagaimana kondisinya karena tiba-tiba saja cahaya bola kristal redup lagi yang menandakan bahwa drama bersambung.

Aku ingin bertanya, tetapi aku merasa kesulitan bersuara.

“Pulanglah, Naomi.”

Tanpa penjelasan apapun, si wanita tua memerintahkanku untuk pulang dan seperti biasa aku mematuhinya.

----

Satu kampus sedang heboh saat ini. Terdengar berita bahwa Livi sedang sakit parah dan sekarang dirawat di UGD. Tidak ada yang tahu apa penyakit Livi, karena memang sengaja dirahasiakan.

Walaupun Livi sudah berlaku kejam terhadapku selama ini, namun aku merasa prihatin dengannya. Kuputuskan untuk menjenguknya.

Livi terbaring lemas tak berdaya. Banyak selang infus di tubuhnya. Mukanya pucat pasi. Sungguh untuk saat ini aku merasa sangat mengasihaninya karena kondisinya yang begitu lemah.

“Ngapain ke sini?” walaupun sedang sakit parah, dia masih bisa bersikap judes terhadapku.

“Jenguk kamu,” aku meletakkan sekantong buah-buahan di ranjangnya.

“Kamu sakit apa?” aku berusaha melembutkan suara.

Dia memalingkan muka tidak mau menjawab pertanyaanku.

Sepuluh menit berlalu tanpa ada yang bersuara sedikitpun. Aku memutuskan untuk pergi saja. Mungkin dia malas melihatku di sini.

“Aku pulang dulu ya. Semoga kamu cepat sembuh.”

“Tunggu!”

Aku berhenti. Melihat mukanya, aku merasa dia ingin menyampaikan sesuatu kepadaku.

“Aku mau minta sesuatu darimu. Tolong iyakan saja!” Livi memaksa.

“Tergantung apa permintaanmu,” aku tidak mau langsung mengiyakannya.

Dia tersenyum licik. “Kamu wajib mengiyakan permintaan terakhirku ini.”

Kemudian sekilas kulihat raut mukanya yang sedih sekali, tapi kemudian dengan cepat berganti ekspresi benci.

“Permintaan terakhir?” aku bertanya dengan heran.

“Waktuku sudah tidak lama lagi.”

Lalu lanjutnya, “Aku mau kamu menjauhi Kayden, pindah dari kampus, dan jangan menetap di sini lagi! Jangan pernah menjalin komunikasi lagi dengan semuanya! Jangan pernah menampakkan dirimu lagi di sini!”

“Sebenci itukah dirimu terhadapku? Apa salahku? Jika aku punya kesalahan padamu, aku minta maaf. Tapi tolong, permintaanmu terlalu berat untuk kupenuhi,” aku membungkukkan badan memohon maaf.

“Kamu punya segalanya. Kuakui kamu wanita yang pintar, cantik, dan baik hati. Hidupmu penuh kasih sayang. Aku ingin kamu merasakan apa yang kurasa,” Livi terlihat ingin menangis tapi menahannya.

Hampir tergerak hatiku untuk mengiyakan. Namun, aku berkata “Beri aku waktu untuk berpikir. Aku akan kembali memberitahumu.”

Aku pulang. Bukan pulang ke rumah. Aku balik lagi ke gedung sihir itu untuk mencari petunjuk dan penjelasan dari semua ini. Aku merasa semua ini ada sangkut pautnya dengan drama yang telah kutonton tersebut.

Aku tidak menemukan wanita tua tersebut. Yang kudapati hanyalah sepucuk surat di mejanya.

Karena ruangan terlalu gelap, aku berjalan keluar dari gedung dan segera membaca surat tersebut.

TURUTI SAJA APA PERMINTAANNYA KARENA KAMU BERHUTANG NYAWA KEPADA LIVI. JIKA KAMU TIDAK MEMENUHI PERMINTAANNYA, NYAWAMU AKAN TERANCAM.

Aku masih bingung. Kuputuskan masuk ke dalam gedung lagi untuk mencari petunjuk lain.

Cahaya terang di suatu ruangan membuatku terkejut. Aku berjalan ke sana untuk melihat cahaya apakah itu. Ternyata cahaya dari bola kristal si wanita tua.

Ke mana si wanita tua?

Bola kristal tersebut kemudian memutarkan sepenggal drama. Cerita berulang dari saat Livi berteriak memanggil namaku dan terpeleset jatuh dari tangga. Sekarang aku tahu mengapa Livi berteriak sekeras itu. Bukan karena dia ingin memisahkanku dari Kayden. Bukan.

Tetapi karena dia melihat seorang prajurit sedang membidikkan panah beracun ke arahku dari balik pintu istana. Livi berlari ingin menolongku tetapi akhirnya dia terpeleset jatuh dari tangga karena panik. Sedangkan sang prajurit langsung melarikan diri karena kaget dan takut tertangkap.

Sekarang aku mengerti. Tidak ada lagi alasanku untuk menolak memenuhi permintaan Livi. Aku mengerti. Andai aku terbidik panah beracun itu, pasti saat ini akulah yang sedang berada dalam kondisi sekarat.

----

Siang ini terik sekali. Membuat keringat bercucuran di sekujur tubuh.

Aku kembali mengunjungi Livi di rumah sakit.

Hari ini Livi masih terlihat lemas. Bahkan kondisi kesehatannya semakin memburuk.

“Hai, Livi.”

Dia hanya menatapku. Tatapannya mengisyaratkan bahwa dia membutuhkan jawabanku atas permintaan dia kemarin.

“Oke, aku sudah mengerti. Aku akan memenuhi semua permintaanmu, Livi.”

Livi tersenyum. Belum pernah aku melihatnya tersenyum setulus ini.

“Terimakasih,” ujarnya perlahan.

“Terimakasih juga, Livi,” aku menundukkan kepala.

Beranjak dari situ, aku berjalan menuju gedung sihir itu. Tapi, gedung itu sudah tidak terlihat lagi. Mungkin memang sudah selesai waktunya untuk berada di dunia nyata ini.

Aku akan memulai lembaran hidup baru. Rasa sedih pasti ada, namun tidak masalah apabila untuk kebaikan. Karena semua akan indah pada waktunya.

Tags: action

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Eternal Witch
19659      2714     6     
Fantasy
[Dunia Alternative] Perjalanan seorang pengembara dan petualang melawan dan memburu entitas Penyihir Abadi. Erno Orkney awalnya hanyalah pemuda biasa: tak berbakat sihir namun memiliki otak yang cerdas. Setelah menyaksikan sendiri bagaimana tragedi yang menimpa keluarganya, ia memiliki banyak pertanyaan-pertanyaan di benaknya. Dimulai dari mengapa ia menerima tragedi demi tragedi, identitasnya...
The DARK SWEET
350      293     2     
Romance
°The love triangle of a love story between the mafia, secret agents and the FBI° VELOVE AGNIESZKA GOVYADINOV. Anggota secret agent yang terkenal badas dan tidak terkalahkan. Perempuan dingin dengan segala kelebihan; Taekwondo • Karate • Judo • Boxing. Namun, seperti kebanyakan gadis pada umumnya Velove juga memiliki kelemahan. Masa lalu. Satu kata yang cukup mampu melemahk...
TERMOTIVASI
486      354     1     
Short Story
Dalam kehidupan sehari-hari tak jarang orang yang menyepelekan suatu kejadian.Namun tidak untuk orang yang mempunyai keingginan menjadi SUKSES dalam HIDUP. Banyak orang yang mudah berucap agar dapat termotivasi namun untuk melakukannya merasa berat,Berharap setelah menbaca cerpen ini dapat menjadikan dan memicu kita agar memetik hikmah dari setiap kejadian disekeliling kita, Seperti nay yang term...
Orkanois
2117      822     1     
Fantasy
Ini adalah kisah yang ‘gila’. Bagaimana tidak? Kisah ini bercerita tentang seorang siswa SMA bernama Maraby, atau kerap dipanggil Mar yang dengan lantang menginginkan kiamat dipercepat. Permintaannya itu terwujud dengan kehadiran Orkanois, monster bertubuh tegap, berkepala naga, dengan tinggi 3 meter, dan ia berasal dari planet Orka, planet yang membeku. Orkanois mempunyai misi berburu tubuh ...
Terulang dan Mengubah
428      308     3     
Short Story
Seorang pekerja terbangun dan mengalami kejadian yang terulang-ulang. Bagaimanakah nasibnya?
UnMate
885      505     2     
Fantasy
Apapun yang terjadi, ia hanya berjalan lurus sesuai dengan kehendak dirinya karena ini adalah hidup nya. Ya, ini adalah hidup nya, ia tak akan peduli apapun meskipun...... ...... ia harus menentang Moon Goddes untuk mencapai hal itu
HIRI
108      83     0     
Action
"Everybody was ready to let that child go, but not her" Sejak kecil, Yohan Vander Irodikromo selalu merasa bahagia jika ia dapat membuat orang lain tersenyum setiap berada bersamanya. Akan tetapi, bagaimana jika semua senyum, tawa, dan pujian itu hanya untuk menutupi kenyataan bahwa ia adalah orang yang membunuh ibu kandungnya sendiri?
The Eye
380      246     2     
Action
Hidup sebagai anak yang mempunyai kemampuan khusus yang kata orang namanya indigo tentu ada suka dan dukanya. Sukanya adalah aku jadi bisa berhati-hati dalam bertindak dan dapat melihat apakah orang ini baik atau jahat dan dukanya adalah aku dapat melihat masa depan dan masa lalu orang tersebut bahkan aku dapat melihat kematian seseorang. Bahkan saat memilih calon suamipun itu sangat membantu. Ak...
Dramatisasi Kata Kembali
642      320     0     
Short Story
Alvin menemukan dirinya masuk dalam sebuah permainan penuh pertanyaan. Seorang wanita yang tak pernah ia kenal menemuinya di sebuah pagi dingin yang menjemukan. \"Ada dalang di balik permainan ini,\" pikirnya.
THE CHOICE: PUTRA FAJAR & TERATAI (FOLDER 1)
1869      827     0     
Romance
Zeline Arabella adalah artis tanah air yang telah muak dengan segala aturan yang melarangnya berkehendak bebas hanya karena ia seorang public figure. Belum lagi mendadak Mamanya berniat menjodohkannya dengan pewaris kaya raya kolega ayahnya. Muak dengan itu semua, Zeline kabur ke Jawa Timur demi bisa menenangkan diri. Barangkali itu keputusan terbaik yang pernah ia buat. Karena dalam pelariannya,...