Hentikan Waktu..!!
Pada tahun 1945 tepatnya pada tanggal 17 Agustus, Ir. Soekarno di dampingi oleh Mohammad Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia yang di saksikan oleh rakyat indonesia itu sendiri.
“INDONESIA MERDEKA,
Begitu yang ku dengar di RRI, Jepang menyerah.....”
“Tetapi yang ku lihat langit kembali merah”
(Surabaya 1945), “Terkadang kita gagal untuk tahu keberhasilan kita takut untuk melihat keberanian, semua itu untuk melihat yang kamu percayai, sebagai sebuah keyakinan”.. “Ini bukan tentang perang.!! ini kemanusiaan tentang kehormatan dan kebebasan, MERDEKA....!!” (sumber : Battle Of Surabaya Trailer)
* * *
Tunggu-tunggu....!! Cerita ini bukan tentang mereka......?? Tetapi ini menceritakan tentang gue, Nama gue Dika yang sering dipanggil “Si Cerdas dari Lembah Buku”.
Gue anak satu-satunya dari keluarga Bramantiyo,, yaaaa keluarga yang sangat terkenal itu. Gue anak satu-satunya dari keluarga ini yang di gembar-gemborkan sebagai pewaris bisnis sekaligus pewaris tunggal nama Bramantiyo.
Sebuah nama... yaa hanya sebuah tambahan nama memang beberapa orang mengganggapnya hanya sebagai nama namun bagiku semua tidak sesimpel itu, sebuah nama sekaligus pewaris cendikiawan terkenal dan harum namanya tapi menjalani hidup di keluarga terkenal terlalu sulit buatku, penasaran..!!
ini ceritaku :
Semuanya bermula ketika aku di lahirkan dalam tradisi Super Mega itu, sebuah tradisi yang menelan jutaan $US Dollar dan menghadirkan berbagai orang penting era terkenal saat itu di Indonesia. Pestanya berlangsung selama beberapa hari namun jumlah tamu undangan yang hadir sangatlah banyak dan kabarnya masuk dalam jamuan perhelatan terbanyak abad itu.
Ayahku tinggal sendirian dengan kesibukan mega bisnis yang sebentar lagi ia pensiun. Kedua orang tuaku bukannya bercerai ataupun ada masalah sehingga di pergi namun saat kami berlibur di negeri ayam jantan dekat lepas pantai panjang kami mengalami kecelakaan mobil, suatu tabrakkan yang sangat dasyat sehingga menewaskan 100 orang lebih akibat meledaknya puluhan tangki bahan minyak dekat pelabuhan itu, aku tidak memakai sabuk pengaman sehingga tertikam keluar dan mengalami patah tulang paha sedangkan ayahku sempat pingsan akibat terjepit di dalam kursi depan, tidak diketahui apa penyebab meledaknya puluhan tangki minyak di pelabuhan itu termasuk juga menghilangnya ibuku dalam kecelakaan maut itu, tidak ada kabar dan tidak ada jasad ibuku disana semenjak itu kami tidak pernah lagi liburan kata ayah untuk melupakan semua kenangan itu termasuk ibuku.
Beberapa tahun sejak aku dilahirkan akhirnya aku mulai beranjak remaja. Aku masuk Sekolah Menegah Atas dengan latar belakang terpandang dan di hormati memang mudah bagi ayahku untuk memasukkanku di berbagai sekolah hebat dan terkenal dunia namun aku lebih memilih sekolah di indonesia tempat aku dibesarkan,
Di hari pertama aku masuk sekolah aku bertemu anak pendiam dengan berbagai hiasan kumal di bajunya (hiasan berbagai tinta hitam dan sedikit sobekan di saku baju kusamnya yang berlapis logo yang masih berwarna kuning itu) sungguh bocah kumal.
Namanya Habibie yang juga ikut terserat dalam kisah perjalananku.
“Permisi... ahh,, aku kenal kamu, kau masih mengingatku sobat!!” sambil memegang buku yang didempetkan ke dadanya.
“yaaaaa... tentu saja Tidak..!!” sahutku tanpa menoleh kearahnya, terpikir dalam benakku, sungguh bocah kaku dengan pakaian yang kumal, aku langsung pergi menuju kelas tanpa berkata-kata lagi.
“Aaahhh... inilah hidup nikmati aja” sapaku dalam kelas yang hanya berisikan 65 orang saja.
Mataku tersorot pada sebuah gelas kaca yang berisikan kopi lezat siap santap di tangan seorang anak gadis yang memerah mukanya ketika melihatku.
“Perrr..mmmisi kak ini kopinya untuk mu” sebagai pembuka di pagi hari aku meminum kopinya.
Untuk permulaan pagi hari ini cukup menyenangkan di temani teman-teman yang ramah dan pemandangan yang estotis, aku menikmati indahnya hari ini. Tak lama kemudian aku terus-terusan bertemu dengan habibie, yaaa mau bagaimana lagi aku satu kelas dengannya pikirku melayang.
Entah kenapa semakin lama sejak aku sekelas dengannya aku udah mulai berubah sediki demi sedikit, di lorong kelas yang sepi dekat dengan perpustakaan aku menemuinya.
“Eheem.. loh kenapa mau temenan sama gue padahal gue sering nakalin kamu,” sepontan dia menjawab
“Sahabat bukanlah di kenal dari sebuah nama terpandang ataupun dari banyaknya uang, tapi sahabat harus tetap menjaga agar persahabatannya tetap utuh.”
Mendengar dari kata-katanya aku teringat Aldi teman sepermainanku ketika aku masih kecil yang telah sangat membantuku dan telah banyak berkorban untukku, namun aldi hanyalah kenangan kecil ku dulu, sekarang ia sudah tenang di alam sana.
Semenjak kematian sahabatku itu aku mulai berubah karena tiada lagi sahabat yang bisa membimbingku menjadi anak baik-baik lagi, kata-kata ku kasar dan udah mulai mencari masalah sana sini. Tapi ini lah hidup kita tidak bakalan tahu apa jalan yang Maha Kuasa. Saat itu aku tersentuh dan akhirnya kami berteman sampai sekarang. Entah kenapa aku kembali mengingat sosok aldi dalam diri habibie. Lama-kelamaan Habibie merubah konsep pemikiran ku yakni “tiada yang berharga selain Harta dan Tahta” dengan kebersamaan dia mengajarkanku persahabatan dan dengan dihargai dia mengajarkanku menghargai, trimakasih sobat.
Tak terasa tahun demi tahun kami lewati, akhirnya aku dan habibie lulus sekolah. Kamipun terpisah aku berangkat ke Eropa, yaaaa negeri tempat orang-orang pintar di lahirkan seperti Mozart dan Bethoven, mereka menciptakan musik klasik yang melegenda sepanjang masa. Aku meneruskan study disana dan akhirnya aku menamatkannya dengan predikat nilai yang hampir sempurna. Aku mendapatkan Beasiswa untuk meneruskan S2 ku ke German, Semanjak kelulusan aku tidak tahu lagi sosok sahabat yang telah merubahku hingga seperti ini.
* * *
Namun ketika di German aku sedang menimba ilmu untuk mendapatkan gelar S2 ku, Master Sastra ... tiba-tiba...
“Wie geht’s dir Dika ??”(Apa kabarmu) dengan berbahasa Deutsch (German) ia menyapaku.
“Gut, danke...!!” (Baik-baik saja),, sahutku.
“Habiebie.!!!” Kataku dengan raut senang yang lepas.
“Yeaaaah Sobat masih mengingatku.?? hahaaa..” sorot matanya yang dalam seperti ingin menggigitku.
kami pun di pertemukan dalam perjalanan menimba ilmu. Menuntut ilmu sampai ke negeri Cina, Begitulah yang ada di pikiran kami berdua.
Menuntut ilmu ke negeri orang-orang pintar sangatlah hebat kawan..!!
setelah sekian lama kami terpisah jauh dan kami akhirnya pulang membawa kebanggaan.
Aku pulang meraih mimpi yang pernah aku impikan, sedangkan Habibie berhasil dengan segala jeri payah yang ia lalui.. ia kini telah berhasil dengan semua mimpinya bahkan ia telah menjadi Bapak Penerbangan Indonesia sekaligus Presiden Indonesia yang semangat juang dan prestasinya sangat cemerlang, sungguh hebatkan Sobat cerita kami.
Dan aku masih mengingat kata-katanya ketika aku mulai tertarik dengan dunia sastra,, “Ketika kamu Berhasil merangkai sebuah kata-kata dengan indahnya.. Bukan hanya kamu saja yang bangga dan kagum. Maka kamu juga bisa membuat hati orang lain tergetar karnanya.”
Aku berhasil mewujudkan impianku menjadi seorang penulis ternama yang menuliskan banyak kisah-kisah menginspirasi.
“Kawan..! masa depan bukanlah suatu hal yang kita tunggu, melainkan suatu hal yang harus kita ciptakan.”