Alice berpikir ia bisa menggasak habis semua nasi kepal pada rak pendingin. Nyatanya, ia malah terjebak saat masuk melewati pintu minimarket. Walaupun dengan bersusah payah untuk mencapai rak pendingin. Ia masih harus terhimpit tangan-tangan berotot para paman pekerja konstruksi itu.
Ia bisa merasakan kepalanya sudah hampir pusing saat salah satu tangan yang sempat ia selipkan melalui tubuh para paman mulai meraih sesuatu. Bentuknya benar-benar segitiga, masalah utamanya adalah makanan itu ada di rak bawah. Alice tak bisa memastikan rasa nasi kepal apa yang akan ia dapatkan. Tidak masalah apakah itu rasa tuna mayonnaise atau ayam suwit.
Tangannya menggengam erat dua bungkus nasi kepal itu. Dengan susah payah ia menarik keluar tangannya. Ia bisa menarik tangannya lebih mudah, entah karena kekuatan para paman yang melemah, atau ada seseorang yang membantunya.
Benar, memang ada seseorang yang membantunya. Orang itu menarik bajunya dari belakang.
Alice bisa merasakan lantunan napas berat di atas kepalanya. Saat mendongakkan kepalanya, ia tidak akan pernah menduga bahwa orang yang membantunya adalah arwah lelaki itu.
“Wah, kekuatan yang luar biasa. Bagaimana kau bisa selamat dari sana?” celetuk arwah itu acuh tak acuh.
Alice menaikkan kedua bahunya, ia harus segera membayar nasi kepal yang ia dapatkan sebelum ada orang yang merebutnya. Ia langsung pergi ke meja kasir dan membayarkan sesuai harga yang seharusnya. Nasi kepal yang masih baru seharga lima ribu, dan saat kadarluarsa harganya menjadi dua ribu lima ratus. Setidaknya dengan harga penuh, ia bisa mendapatkan 2 nasi kepal yang masih enak dimakan.
Tentu saja Alice juga sudah mempelajari cara memanaskan nasi kepal itu dari paman berkepala botak.
Seusai merasa puas memenangi peperangan, Alice berjalan keluar dari minimarket. Ia belum sempat memastikan isian nasi kepal apa yang ia dapatkan. Tulisan berwarna merah terang bertuliskan ayam suwir pedas.
Alice melayangkan tangannya ke atas penuh kemenangan, setidaknya ia bisa membawa pulang dua nasi kepal dengan rasa yang ia inginkan. Meskipun nasi kepal itu hanya memiliki sedikit isian, dan buatan rumahan bukan merek mahal, tetap saja ia merasa senang. Setidaknya nasi seukuran kepalan tangannya itu bisa menunda laparnya.
Sekarang harga makanan di luar sedang meroket, harga nasi bungkus yang naik dengan pesat, bahkan kadang makanan mahal yang tidak bisa mengenyangkannya.
Tinggal di perkotaan tidak semenyenangkan itu, banyak barang-barang yang terbilang mahal. Makanan murah yang lumayan sulit dicari karena area tinggalnya benar-benar dekat dengan daerah industri. Kadang ia tidak sanggup untuk membayar makanan di kantin dan berakhir dibelikan makanan oleh Helen-teman dekatnya di perkuliahan.
“Kau bisa bertahan hanya dengan memakan nasi kepal?” suara itu membuyarkan pikiran Alice.
“Tentu, porsi makananku tidak terlalu banyak. Terkadang aku tidak sengaja melewatkan waktu makan karena tidak ada hal yang bisa dimakan.”
“Kenapa tidak membeli makanan di dekat kafe saja?”
“Harganya terlalu mahal. Gaji bulananku baru akan dibayar beberapa hari lagi. Setidaknya aku harus bisa bertahan hidup meskipun hanya meminum air putih sebagai penunda lapar.”
Arwah lelaki itu mengerjap tidak percaya. “Jadi kau akan menyiksa dirimu?”
“Apa itu menyiksa diri? Apakah aku melakukannya dengan sengaja atau mungkin memang hal seperti ini harus terjadi? Jujur aku tidak punya jawaban yang tepat. Aku melakukannya hanya untuk bertahan hidup.”
“Karena itu kau menyuruh para arwah gentayangan itu memasak?”
Alice terus berjalan ke depan tanpa melihat ke belakang. “Kalau aku dikaruniai kemampuan untuk memasak, mungkin aku tidak akan memohon pada mereka. Tapi satu-satunya menu makanan yang baru kupelajari dari arwah yang menghilang itu hanya menanak nasi serta memasak sup telur. Aku kira, setidaknya aku akan tetap hidup dengan satu menu. Tanpa harus mengkhawatirkan betapa laparnya diriku.” Gadis itu menatap langit malam yang dipenuhi bintang. “Tapi aku salah, ternyata aku tidak akan bisa berpegangan hanya pada satu menu.”
Arwah lelaki itu ikut memandangi langit malam. “Bagaimana dengan belajar dari buku menu?”
“Tidak bisa,” Alice menggeleng mantap. “Sudah pernah kulakukan, hasilnya sangat buruk. Aku bahkan tidak bisa menyebutnya makanan yang layak untuk dimakan.”
Mereka akhirnya hanya berjalan dalam diam, sampai di tempat induk semang. Lampu sudah dimatikan, hanya ada samar-samar salah satu lampu teras yang masih hidup.
Alice membuka pintu gerbang perlahan, memasuki pintu utama tanpa suara menganggu.
Di meja tamu, induk semang tidur dalam duduknya. Wajahnya berkilat akibat cahaya yang sengaja di redupkan, tampak jelas keriput menghiasi wajahnya, rambut putih yang mencuat-cuat tidak rapi dari ikatan rambutnya yang longgar.
“Induk semang...” Alice menggoyang-goyangkan tubuh wanita yang umurnya sudah melewati setengah abad itu.
Induk semang membuka matanya perlahan, ia menguceknya perlahan kemudian menatap Alice lekat-lekat.
“Bibi kenapa tidur di sini? Malam hari terlalu dingin untuk tetap berada di luar.”
“Ah, aku menunggumu pulang. Sebentar,” induk semang menarik tangan Alice masuk ke dalam rumahnya.
Rumah induk semang lebih kecil daripada yang Alice pikir, bahkan besarnya kira-kira hanya seukuran dua kali kamar loteng dengan sekat kamar serta kamar mandi. Pada bagian depannya lebih sempit karena ditambahi rak-rak penyimpan sepatu. Induk semang tinggal di lantai paling pertama dari kos-kosan miliknya.
Di dinding rumah induk semang dipenuhi foto-foto dirinya dengan beberapa orang. Induk semang berada di tengah, menggendong bayi yang masih kecil serta sepasang perempuan dan lelaki di samping kanan-kirinya. Keduanya tampak tersenyum lega penuh kebahagiaan.
Di foto-foto lainnya adalah foto pernikahan keduanya, diikuti foto bayi yang sudah agak besar dengan pipi kemerahan yang menggemaskan.
Alice terus berdiri di depan foto, melihat-lihat induk semang saat masih lebih muda dari usianya saat ini. Rambut putihnya belum terlalu banyak, guratan keriput di wajahnya tidak sedalam sekarang.
Tapi, ia tampaknya mengenali kedua orang yang ada diseluruh foto induk semang. Seperti dua orang yang pernah ia temui bukan dalam wujud manusia.
Induk semang berdiri di dapur, mengocok telur dengan perlahan. Di samping kanan kirinya berdiri dua orang seperti dalam foto. Keduanya mengenakan piyama, sedang mencoba berbicara dengan induk semang.
“Wah, ibu memasak telur kukus kesukaan kita. Suamiku, kalau kupikir-pikir, sudah berapa lama kita tidak memakan telur kukus ini, ya?” kata si istri.
Suaminya mengangguk dengan senyuman terulas di wajahnya. “Benar, aku merindukan aromanya. Coba saja bisa menciumnya lebih dekat...”
Keduanya mendekatkan wajah mereka dekat-dekat, wangi telur segar sepertinya menusuk hidung keduanya. Mereka berdua saling memukul dan menyenggol, tertawa begitu kencang meskipun induk semang tidak memerdulikan keduanya.
Penampakkan yang begitu indah. Apakah induk semang bisa merasakan kedatangan keduanya yang selalu menemani dirinya yang kesepian? Apakah induk semang juga rindu memasak untuk mereka?
Tapi luka bakar di wajah keduanya membuat Alice teringat kejadian kebakaran yang diceritakan paman bertato itu sebelum menghilang. Kalau begitu, semua orang yang meninggal karena kebakaran mungkin saja tetangga induk semang. Namun, mengapa induk semang seolah tidak terkena dampaknya?
Alice melangkah mendekati induk semang.
Induk semang menuangkan air mendidih ke dalam telur yang sudah ia kocok dan ia bumbui dengan bubuk lada.
“Aku menunggumu pulang untuk memasakkan telur kukus.” Kata induk semang sambil mengambil buih-buih dari kocokan telur lalu meletakkannya dalam panci yang sudah diberi tatakan besi. Kemudian induk semang menyiramkan air ke dalam panci sampai melewati tatakan besi.
Induk semang memutar kenop kompor gas, api meraung-raung marah dari lingkaran besi. Induk semang menutup panci, api sedang itu mencoba meluapkan air di dalam panci.
Luapannya sampai membuat tutup panci bergoyang-goyang, mengeluarkan asap panas serta muncratan air ke mana-mana.
“Mengapa induk semang tiba-tiba memasak untukku?” tanya Alice heran.
Induk semang berbalik, diikuti kedua arwah gentayangan di samping kanan kirinya.
“Aku melihat bungkusan mie instan serta bungkusan nasi kepal kadarluarsa dari kantung sampah di pagi hari.” Induk semang berbalik melihat kondisi telurnya. “Kalau kau butuh lauk pauk, datang padaku. Aku selalu memasak terlalu banyak dan sulit menghabiskannya. Lain kali, ketuk pintu rumahku, atau kau bisa langsung masuk dan mengambil lauk yang kau sukai. Tapi, aku tidak tau apa yang kau sukai.”
Alice terdiam, ia tidak ingin siapapun mengkhawatirkannya. Perasaan ini membuat beban besar baginya, ia tidak pernah mendapatkan perhatian seperti ini. Seolah ada celah mengamuk dari hatinya yang dahulu menginginkan perhatian ini dari penjaga di penampungan anak.
“Sudah matang...” ucapan induk semang membuyarkan lamunannya.
Induk semang melapisi tangannya dengan kain, kemudian mengangkat mangkok dari dalam panci. Di dalamnya telur kukus yang Nampak seperti pudding menampakkan diri. Induk semang menaruhnya di atas meja, menambahkan minyak wijen, kecap asin serta potongan daun bawang.
“Kau punya nasi di rumah?” tanya induk semang lagi.
Alice hanya bisa mengangguk. Ia lupa betapa laparnya ia hari ini, nasi kepal itu masih tergenggam di tangannya. Alice menyembunyikannya ke dalam kantong celana, meremasnya karena bingung apa yang harus ia perbuat sekarang.
Induk semang lalu melapisi mangkok dengan kain. “Kalau begitu, bawa ini ke atas dan makanlah selagi hangat. Kau pasti belum makan malam, kan? Melihat kau membawa pulang nasi kepal lagi. Simpan itu untuk besok, untuk malam ini makanlah ini.”
Asap mengepul dari dalam mangkok, benar-benar terlihat mengiurkan.
Sejak ia keluar dari penampungan anak, Alice mengalami banyak kejadian yang tidak pernah ia lalui.
Alice menunduk, ia melihat lantai rumah induk semang yang sudah kusam. Ia tidak tau harus berkata apa, seolah mulutnya di lem kuat-kuat.
“Terima kasih banyak...” bisiknya.
Anehnya induk semang bisa mendengarnya, senyum mengulas di wajahnya. Ia segera menyerahkan mangkok itu, menunggu Alice mengambil mangkok itu darinya.
Alice meletakkan telur kukus di atas meja kecilnya. Ia segera menghangatkan nasi yang sudah ia masak sebelumnya. Menatanya dengan sepasang sendok-garpu.
Ia menatap telur itu lekat-lekat, uap panas masih membumbung tinggi dari mangkuk. Untuk pertama kalinya Alice mendengar nama minyak wijen, wanginya benar-benar menggugah seleranya. Lapisan atas telur tampak seperti pudding lembut yang mudah di congkel.
Alice memotong bagian lapisan atas, telur kukus itu bergoyang-goyang di atas sendoknya. Ia memasukkannya ke dalam mulut, seolah ada balon yang pecah terasa di dalamnya. Hangat dan lembut, mudah hancur, jenis tekstur yang tidak pernah ia coba sebelumnya.
Rasa asin yang khas dan lembut tidak terlalu dalam. Kali ini Alice memakannya dengan nasi, benar-benar pas. Keduanya makanan hangat yang bisa menghangatkan hati siapapun yang memakannya. Makanan sederhana yang mengenyangkan.
Pipinya tiba-tiba menjadi panas. Ada bagian basah yang tiba-tiba teralir dari matanya, melewati wajahnya. Ia terdiam sesaat sembari memegangi sendoknya.
Alice menarik kerah bajunya tinggi-tinggi, ia mengelap sudut matanya yang mulai menghangat. Keduanya malah memberikan jejak air di baju milik Alice.
Ia mengangkat wajahnya melihat langit-langit. Untuk pertama kalinya Alice bisa melewati malam tanpa harus menahan lapar, tanpa harus menahan lapar dengan meminum air gula, tanpa harus terbangun di pagi hari dan menjejalkan nasi keras.
Untuk pertama kalinya.
Similar Tags
Gue Mau Hidup Lagi
434
288
2
Short Story
Bukan kisah pilu Diandra yang dua kali gagal bercinta. Bukan kisah manisnya setelah bangkit dari patah hati. Lirik kesamping, ada sosok bernama Rima yang sibuk mencari sesosok lain.
Bisakah ia hidup lagi?
Ikhlas Berbuah Cinta
1074
765
0
Inspirational
Nadhira As-Syifah, dengan segala kekurangan membuatnya diberlakukan berbeda di keluarganya sendiri, ayah dan ibunya yang tidak pernah ada di pihaknya, sering 'dipaksa' mengalah demi adiknya Mawar Rainy dalam hal apa saja, hal itu membuat Mawar seolah punya jalan pintas untuk merebut semuanya dari Nadhira.
Nadhira sudah senantiasa bersabar, positif thinking dan selalu yakin akan ada hikmah dibal...
Premium
Bertemu Jodoh di Thailand
5088
1719
0
Romance
Tiba saat nya Handphone Putry berdering alarm adzan dan Putry meminta Phonapong untuk mencari mesjid terdekat karena Putry mau shalat DzuhurMeskipun negara gajah putih ini mayoritas beragama buddha tapi ada sebagian kecil umat muslimnya
Sudah yang Sholatnya
Sudah selesai yang
Sekarang giliran aku yaaku juga mau ibadah ke wiharakamu mau ikut yang
Iya yangtapi aku tunggu di luar saja ya
Baikl...
My love doctor
303
255
1
Romance
seorang Dokter berparas tampan berwajah oriental bernama Rezky Mahardika yang jatuh hati pada seorang Perawat Salsabila Annisa sejak pertama kali bertemu. Namun ada sebuah rahasia tentang Salsa (nama panggilan perawat) yang belum Dokter Rezky ketahui, hingga Dokter Rezky mengetahui tentang status Salsa serta masa lalunya . Salsa mengira setelah mengetahui tentang dirinya Dokter Rezky akan menja...
LUKA
3506
1275
4
Romance
Aku menangis bersama rembulan digelapnya bumi yang menawan. Aku mengadu kepada Tuhan perihal garis hidup yang tak pernah sejalan dengan keinginan. Meratapi kekasihku yang merentangkan tangan kepada takdir yang siap merenggut kehidupan.
Aku kehilangannya.
Aku kehilangan kehidupanku.
Berseteru dengan waktu karena kakiku kian tak berdaya dalam menopangnya.
Takdir memang senang mempermain...
Kisah Alya
329
234
0
Romance
Cinta itu ada. Cinta itu rasa. Di antara kita semua, pasti pernah jatuh cinta. Mencintai tak berarti romansa dalam pernikahan semata. Mencintai juga berarti kasih sayang pada orang tua, saudara, guru, bahkan sahabat.
Adalah Alya, yang mencintai sahabatnya, Tya, karena Allah. Meski Tya tampak belum menerima akan perasaannya itu, juga konflik yang membuat mereka renggang. Sebab di dunia sekaran...
Asmara Mahawira (Volume 1): Putri yang Terbuang
6123
1223
1
Romance
A novel from Momoy
Tuanku Mahawira, orang yang sangat dingin dan cuek. Padahal, aku ini pelayannya yang sangat setia. Tuanku itu orang yang sangat gemar memanah, termasuk juga memanah hatiku. Di suatu malam, Tuan Mahawira datang ke kamarku ketika mataku sedikit lagi terpejam.
"Temani aku tidur malam ini," bisiknya di telingaku.
Aku terkejut bukan main. Kenapa Tuan Mahawira meng...
She's (Not) Afraid
1944
862
3
Romance
Ada banyak alasan kecil mengapa hal-hal besar terjadi. Tidak semua dapat dijelaskan.
Hidup mengajari Kyla untuk tidak mengharapkan apa pun dari siapa pun. Lalu, kehadiran Val membuat hidupnya menjadi lebih mudah. Kyla dan Val dipertemukan ketika luka terjarak oleh waktu.
Namun, kehadiran Sega mengembalikan semua masalah yang tak terselesaikan ke tempat semula. Dan ketika kebohongan ikut b...
Belum Tuntas
5016
1719
5
Romance
Tidak selamanya seorang Penyair nyaman dengan profesinya. Ada saatnya Ia beranikan diri untuk keluar dari sesuatu yang telah melekat dalam dirinya sendiri demi seorang wanita yang dicintai. Tidak selamanya seorang Penyair pintar bersembunyi di balik kata-kata bijaknya, manisnya bahkan kata-kata yang membuat oranglain terpesona. Ada saatnya kata-kata tersebut menjadi kata kosong yang hilang arti.
...
Bifurkasi Rasa
143
123
0
Romance
Bifurkasi Rasa
Tentang rasa yang terbagi dua
Tentang luka yang pilu
Tentang senyum penyembuh
Dan
Tentang rasa sesal yang tak akan pernah bisa mengembalikan waktu seperti sedia kala
Aku tahu, menyesal tak akan pernah mengubah waktu. Namun biarlah rasa sesal ini tetap ada, agar aku bisa merasakan kehadiranmu yang telah pergi. --Nara
"Kalau suatu saat ada yang bisa mencintai kamu sedal...