Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mind Maintenance: Service Berkala untuk Isi Kepala
MENU
About Us  

Coba bayangkan begini:
Kamu punya mobil yang kamu pakai setiap hari. Berangkat kerja, nganter orang tua ke pasar, jalan ke mal, ngadem di pom bensin cuma karena butuh tempat mikir. Mobilnya kuat, iya, tapi kamu nggak pernah ganti oli. Udah enam bulan, tujuh bulan, setahun. Lalu suatu hari, mobil itu tiba-tiba berhenti di tengah jalan, mesinnya ngadat. Kamu panik.
Padahal bukan mobilnya yang salah. Kamu aja yang lupa rawat.

Nah, begitu juga dengan emosi kita.

Kita bangun pagi, buru-buru kerja, hadapi macet, target kantor, atasan yang nyolot, meeting mendadak, pasangan yang cuek, badan capek, pikiran nyangkut. Terus, tiap hari, kita simpan rasa kesal, kecewa, marah, sedih tanpa pernah diolah, apalagi dikeluarkan dengan sehat. Kita pikir: “Ah, nanti juga reda sendiri.” Tapi sebenarnya, kita sedang memaksa mesin emosi kita jalan terus dengan oli yang kotor.

Oli itu penting. Dia yang menjaga agar mesin tetap mulus.
Begitu juga dengan perasaan harus kita rawat, harus kita ganti. Kalau enggak, kita bisa “aus” di tengah jalan hidup.

Apa Itu Oli Emosi?

Oli emosi itu ibarat emotional lubricant. Pelumas batin. Sesuatu yang menjaga agar kita nggak kaku, nggak nyangkut, dan nggak bikin hubungan sama diri sendiri atau orang lain jadi seret.

Tiap hari, kita punya banyak hal yang kita rasain. Tapi kita jarang berhenti sejenak untuk memeriksa, “Hari ini aku lagi ngerasa apa, ya?”

Kita pikir, kalau diam saja, rasa itu akan hilang sendiri. Padahal, emosi yang disimpan tanpa diolah, bisa jadi racun. Kayak oli yang udah hitam legam tapi masih dipaksa mengalir. Dia bukan melindungi, malah merusak dari dalam.

Emosi yang Tertumpuk Itu Kayak Lumpur

Pernah nggak, kamu ngerasa marah sama hal kecil, padahal biasanya kamu nggak segitu baper-nya? Misalnya, temen telat lima menit, dan kamu langsung kesel seharian. Padahal kemarin-kemarin dia juga sering telat, dan kamu biasa aja.

Nah, itu tanda bahwa ada emosi lumpur yang belum kamu bersihkan.

Mungkin kamu lagi capek, mungkin kamu lagi nahan kecewa, mungkin kamu merasa nggak didengar. Dan emosi-emosi yang numpuk itu, saat nggak pernah diproses, akan muncul dengan cara aneh: tiba-tiba nangis pas nyetrika, tiba-tiba kesel lihat story orang, tiba-tiba ngerasa semua orang salah—padahal sebenarnya, kita cuma belum ganti oli hati.

 

Kapan Terakhir Kali Kamu Ngecek Perasaanmu?

Pernah nggak kamu duduk dan mikir,
“Hari ini aku ngerasa apa?”
“Apa yang bikin aku senyum atau kesel hari ini?”
“Perasaanku sehat nggak ya?”

Kita terlalu sibuk ngecek notifikasi, tapi lupa ngecek emosi.
Padahal ngecek perasaan itu bagian dari servis ringan harian.

Dan ya, ngecek perasaan itu nggak harus ribet. Kadang cukup ambil waktu 10 menit sebelum tidur, tarik napas, dan jujur sama diri sendiri. Rasain yang dirasain. Nggak usah dilawan. Nggak usah ditahan. Nggak usah langsung disuruh "positive thinking". Rasakan dulu, lalu lepaskan.

Karena kita nggak bisa ganti oli kalau mesinnya masih dipaksa jalan terus.

 

Bagaimana Cara Ganti Oli Emosi?

Berikut beberapa cara sederhana untuk mengganti oli emosi dalam hidup sehari-hari:

1. Menulis, Bukan Menahan

Coba tulis semua isi kepala dan hati dalam jurnal. Boleh curhat, boleh marah, boleh sedih, boleh tanpa struktur. Nggak usah indah, yang penting jujur. Itu kayak kamu buang oli lama dari mesinmu.

2. Menangis Tanpa Minta Maaf

Banyak orang merasa bersalah kalau menangis. Padahal air mata itu olinya hati. Menangis itu bukan lemah. Itu proses membilas luka yang nggak kelihatan.

3. Cerita ke Orang yang Nggak Ngasih Jawaban, Tapi Dengerin

Kadang kita butuh didengar, bukan dikasih solusi. Teman yang bisa diam, hadir, dan bilang “aku ngerti” itu jauh lebih ampuh daripada seribu saran yang kita nggak minta.

4. Memaafkan Diri Sendiri

Banyak dari kita yang kelelahan karena marah terus ke diri sendiri. Gagal sedikit, salah sedikit, langsung maki diri pakai kata-kata yang kita nggak pernah pakai ke orang lain.
Coba maafkan. “Nggak apa-apa kamu belum bisa, kamu masih belajar.”

5. Berhenti Sebentar

Istirahat bukan kemunduran. Kadang kita cuma butuh berhenti untuk lihat ke dalam. Biar tahu: bagian mana dari hati kita yang udah aus dan butuh diganti.

Hidup Nggak Harus Ngebut, Tapi Harus Dirawat

Kita sering iri lihat orang lain yang hidupnya kayak ngebut di jalan tol. Mereka sukses, produktif, story-nya penuh pencapaian. Kita merasa mesin hidup kita lambat, berat, dan butut.

Tapi kita lupa: tiap mobil punya waktu servisnya masing-masing. Yang penting bukan seberapa cepat kamu sampai, tapi seberapa sehat kamu bertahan di jalan.

Kalau kamu ngerasa aus, berhenti dulu. Ganti oli-nya. Biar mesin hidupmu bisa lanjut lagi—dengan hati yang lebih ringan, kepala yang lebih jernih, dan kaki yang tetap melangkah.

 

Refleksi: Tanda-Tanda Kamu Butuh Ganti Oli Emosi

·         Kamu sering kesal ke hal kecil

·         Kamu mudah tersinggung atau cepat lelah sosial

·         Kamu merasa “kosong” padahal nggak tahu kenapa

·         Kamu susah tidur karena pikiran muter terus

·         Kamu mulai menarik diri dari orang-orang

Kalau kamu mengalami salah satu atau beberapa hal di atas, bukan berarti kamu rusak. Mungkin kamu cuma lelah, dan sudah saatnya servis isi kepala.

✍Latihan Kecil: Ganti Oli Hari Ini

Ambil kertas atau aplikasi catatan di HP, lalu jawab jujur:

1.      Hari ini, apa yang paling membuat aku kesal?

2.      Apakah aku sudah mengizinkan diriku istirahat hari ini?

3.      Apa satu emosi yang aku rasakan sekarang?

4.      Aku butuh apa sekarang, tapi belum aku kasih ke diriku sendiri?

Lalu tutup dengan kalimat ini:

“Aku sedang belajar. Aku boleh lelah. Aku berhak dirawat, bukan cuma disuruh kuat.”

 

Penutup: Jangan Nunggu Mogok Baru Mau Ngerawat

Kalau mobil kita saja kita servis rutin, masa hati sendiri kita abaikan?

Emosi bukan musuh. Perasaan bukan kelemahan. Justru dari situlah kita tahu bahwa kita masih manusia. Masih hidup. Masih peduli. Tapi supaya kita bisa lanjut jalan, jangan lupa rawat diri. Ganti oli emosi, bersihkan kotoran hati, dan pastikan kita nggak jalan dengan mesin yang nyaris jebol.

Karena kepala kita bukan mesin pabrik.
Dan hati kita bukan tempat penampungan semua luka.

Pelan-pelan saja. Tapi tetap dirawat.
Karena hidup bukan soal cepat, tapi soal bertahan dengan utuh

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Ratu Blunder
44      37     2     
Humor
Lala bercita-cita menjadi influencer kecantikan terkenal. Namun, segalanya selalu berjalan tidak mulus. Videonya dipenuhi insiden konyol yang di luar dugaan malah mendulang ketenaran-membuatnya dijuluki "Ratu Blunder." Kini ia harus memilih: terus gagal mengejar mimpinya... atau menerima kenyataan bahwa dirinya adalah meme berjalan?
Aku Ibu Bipolar
47      40     1     
True Story
Indah Larasati, 30 tahun. Seorang penulis, ibu, istri, dan penyintas gangguan bipolar. Di balik namanya yang indah, tersimpan pergulatan batin yang penuh luka dan air mata. Hari-harinya dipenuhi amarah yang meledak tiba-tiba, lalu berubah menjadi tangis dan penyesalan yang mengguncang. Depresi menjadi teman akrab, sementara fase mania menjerumuskannya dalam euforia semu yang melelahkan. Namun...
UNTAIAN ANGAN-ANGAN
271      237     0     
Romance
“Mimpi ya lo, mau jadian sama cowok ganteng yang dipuja-puja seluruh sekolah gitu?!” Alvi memandangi lantai lapangan. Tangannya gemetaran. Dalam diamnya dia berpikir… “Iya ya… coba aja badan gue kurus kayak dia…” “Coba aja senyum gue manis kayak dia… pasti…” “Kalo muka gue cantik gue mungkin bisa…” Suara pantulan bola basket berbunyi keras di belakangnya. ...
Kamu Tidak Harus Kuat Setiap Hari
1931      1173     0     
Inspirational
Judul ini bukan hanya sekadar kalimat, tapi pelukan hangat yang kamu butuhkan di hari-hari paling berat. "Kamu Tidak Harus Kuat Setiap Hari" adalah pengingat lembut bahwa menjadi manusia tidak berarti harus selalu tersenyum, selalu tegar, atau selalu punya jawaban atas segalanya. Ada hari-hari ketika kamu ingin diam saja di sudut kamar, menangis sebentar, atau sekadar mengeluh karena semua teras...
Wilted Flower
288      216     3     
Romance
Antara luka, salah paham, dan kehilangan yang sunyi, seorang gadis remaja bernama Adhira berjuang memahami arti persahabatan, cinta, dan menerima dirinya yang sebenarnya. Memiliki latar belakang keluarga miskin dengan ayah penjudi menjadikan Adhira berjuang keras untuk pendidikannya. Di sisi lain, pertemuannya dengan Bimantara membawa sesuatu hal yang tidak pernah dia kira terjadi di hidupnya...
Lost In Auto
1506      597     1     
Romance
Vrinda Vanita, adalah seorang remaja putri yang bersekolah di SMK Loka Karya jurusan Mekanik Otomotif bersama sahabatnya Alexa. Di sekolah yang mayoritas muridnya laki-laki, mereka justru suka pada cowok yang sama.
Gerhana di Atas Istana
21727      5408     2     
Romance
Surya memaksa untuk menumpahkan secara semenamena ragam sajak di atas kertas yang akan dikumpulkannya sebagai janji untuk bulan yang ingin ditepatinya kado untuk siapa pun yang bertambah umur pada tahun ini
Time and Tears
245      192     1     
Romance
Rintik, siswi SMA yang terkenal ceria dan berani itu putus dengan pacarnya. Hal berat namun sudah menjadi pilihan terbaik baginya. Ada banyak perpisahan dalam hidup Rintik. Bahkan temannya, Cea harus putus sekolah. Kisah masa remaja di SMA penuh dengan hal-hal yang tidak terduga. Tak disangka pula, pertemuan dengan seorang laki-laki humoris juga menambah bumbu kehidupan masa remajanya. Akankah Ri...
Ilona : My Spotted Skin
499      358     3     
Romance
Kecantikan menjadi satu-satunya hal yang bisa Ilona banggakan. Tapi, wajah cantik dan kulit mulusnya hancur karena psoriasis. Penyakit autoimun itu membuat tubuh dan wajahnya dipenuhi sisik putih yang gatal dan menjijikkan. Dalam waktu singkat, hidup Ilona kacau. Karirnya sebagai artis berantakan. Orang-orang yang dia cintai menjauh. Jumlah pembencinya meningkat tajam. Lalu, apa lagi yang h...
Let me be cruel
4783      2637     545     
Inspirational
Menjadi people pleaser itu melelahkan terutama saat kau adalah anak sulung. Terbiasa memendam, terbiasa mengalah, dan terlalu sering bilang iya meski hati sebenarnya ingin menolak. Lara Serina Pratama tahu rasanya. Dikenal sebagai anak baik, tapi tak pernah ditanya apakah ia bahagia menjalaninya. Semua sibuk menerima senyumnya, tak ada yang sadar kalau ia mulai kehilangan dirinya sendiri.