"Hati-hati di jalur 1 dari arah selatan segera masuk Commuterline tujuan akhir stasiun Jatinegara. Penumpang yang akan naik dipersilahkan menunggu dibelakang garis aman peron. Jaga dan teliti kembali barang bawaan anda." terdengar pemberitahuan dari announcer Stasiun pertanda kereta akan segera tiba. Bergegas aku berdiri dan merubah posisi tasku sembari kudekap. Karena sore itu sangat ramai, untuk orang baru seperti ku yang belum terbiasa menggunakan fasilitas umum ini.
Terlihat diujung sana, kereta nampak dan tak lama sudah berhenti didepanku. Tepat pintu terbuka, dan duaaarrrrr dari arah belakang para pejuang rupiah itu mendorongku sekuat tenaga yang nyaris membuatku hampir terjungkal ke lantai kereta.
"Busettt, ga bisa biasa aja apa ya? gilaaa ini cewek-cewek. Main dorong-dorong aja" batinku kesal saat itu. Baiklah, karna tidak ada bangku kosong, aku berdiri bersandar di samping pintu. Biar ga bosen, aku keluarkan HP ku. Niat hati ingin sekedar memutar lagu, tapi aku tertegun dengan 1 pesan yang masuk ke whatsappku. Nomor siapa ini??
Segera ku buka pesannya, "hai Ca, salam kenal aku Angga" tampilan dari whatsapp dengan nomor 0878********.
Anyway, Namaku Caca. Anak tunggal yang sedang menjalani kehidupan dewasa untuk pertama kalinya. Aku adalah karyawan baru di perusahaan tersebut, sebut saja perusahaan Sudirman. Jadi, bisa dibilang aku belum mengenal siapapun disana kecuali atasanku. Ya mungkin hanya 1 atau 2 orang saja yang baru aku tau namanya, yang pasti bukan Angga.
Karena aku merasa tidak mengenalnya, aku abaikan pesan tsb. Tak lama, dia mengirim pesan lagi.
"udah dibaca lhoh, ga niat dibales nih?" tulisnya.
"bodo amat" batinku sambil menaruh kembali HP ku kedalam tasku.
Sesaat lagi anda akan tiba di Stasiun Duri. terdapat informasi dari dalam kereta yang aku rasa itu ada suara rekaman. Aku harus turun dan berganti kereta untuk melajutkan perjalanan pulang ke rumah. sungguh pemandangan yang luar biasa, begitu banyak manusia berjalan cepat bahkan berlali untuk mengejar kereta yang akan mereka naiki. Dengan wajah lelah, baju yang sudah kusut, dan mungkin dengan beban pikiran yang bercampur aduk. Serumit itukah kehidupan orang dewasa? Apakah aku akan seperti mereka? tidak terbayangkan olehku bagaimana aku nanti menghadapinya.