Kata siapa anti-gagal? Bagiku, itu cuma tantangan baru untuk jadi lebih gagal.
Dengan tekad sekuat baja, tangan Lala memegang eyeliner seakan-akan benda itu adalah pedang samurai. Dua hari setelah menemukan fanpage "Pengagum Blunder Lala", suasana hatinya campur aduk. Ada rasa geli, sedikit malu, tapi juga secercah rasa yang agak aneh. Jadi, kegagalanku dihargai?
Namun, tetap saja, Lala ingin membuktikan bahwa ia mampu. Ia bisa membuat konten makeup yang flawless, yang benar-benar bisa jadi panduan, bukan hiburan semata.
"Oke, Lala. Ini saatnya kamu menunjukkan bakat dan minat yang terpendam," gumam Lala pada pantulan dirinya di cermin.
Wajahnya kali ini polos tanpa makeup, bersih seperti kanvas kosong yang siap dilukis dengan sebuah lukisan mahakarya. Lampu ring light menyala terang, memancarkan cahaya putih sempurna. Di depannya, eyeliner cair favoritnya tergeletak rapi, siap tempur. Sebuah playlist musik klasik yang menenangkan diputar pelan dari laptopnya, berusaha menciptakan suasana syahdu.
"Selamat siang, beauty enthusiasts!" sapa Lala ke kamera dengan suara yang jauh lebih tenang dari sebelumnya. "Hari ini, Lala akan tunjukkan tutorial eyeliner anti-gagal. Dijamin sharp, on point, dan pastinya tidak akan ada tragedi seperti kemarin-kemarin lagi." Lala berkedip ke arah kamera, mencoba terlihat tampil percaya diri.
Lala memulai dengan ritual membersihkan kelopak mata. Kemudian, ia mengambil eyelinernya. Botol ramping, kuasnya runcing dan lentur. Lala menarik napas dalam-dalam, menghembuskannya perlahan. Tangannya mantap. Ia menopang siku di meja untuk stabilitas ekstra.
"Kunci pertama," ucap Lala, "pastikan tangan kita nggak lagi tremor. Jangan sampai gemetar. Tarik garis tipis dari sudut dalam mata, sejajar dengan garis bulu mata."
Kuas eyeliner menari pelan di kelopak mata kanan Lala. Garis hitam tipis muncul dengan sangat rapi. Bibir Lal menyunggingkan sebuah senyuman.
"Perfect."
Dengan rasa percaya diri yang meningkat karena langkah pertama telah berjalan dengan lancar tanpa drama gagal, ia melanjutkan ke bagian wing. Dengan presisi seorang ahli bedah, ia menarik garis ke atas, lalu menyambungkannya kembali ke garis dasar. Lagi-lagi hasilnya membuat bibir Lala tersenyum semakin merekah. Sebuah wing eyeliner yang sempurna, tajam seperti pisau cukur, menukik elegan ke arah pelipis.
"Lihat, guys?" Lala menunjuk mata kanannya ke kamera, bangga. "Anti-gagal, kan?"
Ia mengalihkan pandangannya ke mata kiri. Ini dia bagian tersulit.
"Left eye is always the problematic one, "pikirnya.
Ia mengulang proses yang sama dengan sangat hati-hati. Menarik garis tipis, menahan napas, dan berusaha berkonsentrasi penuh. Ujung kuas hampir mencapai ujung wing.
"Tinggal sedikit lagi, please jangan gagal," ucapnya dalam hati dengan nada memohon penuh harap.
Saat itulah, dari balik jendela kamarnya yang tertutup, terdengar suara WHIZZ! yang sangat familiar. Sebuah suara dengungan baling-baling mini yang mendekat dengan kecepatan tak wajar. Lala tersentak. Jantungnya hampir saja melompat.
"Kak Dimas! Please, deh!" teriak Lala spontan. Namun, terlambat.
Brak!
Sesuatu seperti terdengar menabrak kaca jendela kamar Lala dengan keras. Suaranya seperti bola bowling yang menghantam pin. Lala melotot. Drone Kak Dimas menabrak jendela kamarnya, lalu memantul tak beraturan di udara, seperti lalat mabuk.
Lala panik seraya mengangkat kedua tangan. Saking paniknya, siku yang tadi menopang di meja kini terangkat. Tangannya sedikit gemetar.
Kuas eyeliner yang ada di genggamannya melesat. Bukan ke kelopak mata, tapi ke arah hidungnya. Dan karena kuas itu masih penuh tinta eyeliner, kini terdapat titik hitam besar persis di ujung hidungnya, seperti tahi lalat raksasa yang baru tumbuh.
Lala menatap pantulan dirinya di cermin, lalu beralih ke kamera yang masih merekam, kemudian berpaling ke arah drone Kak Dimas yang kini sudah berhasil mendarat darurat di pot bunga di luar jendela, dengan salah satu baling-balingnya patah.
"KAK DIMAS!" teriak Lala. Suaranya terdengar naik beberapa oktaf.
Terdengar langkah kaki terburu-buru di luar pintu. "Lala! Ada apa? Ada gempa?" tanya Mama panik, berjalan tergopoh-gopoh dari arah dapur menuju kamar Lala.
"Bukan, Ma! Drone Kak Dimas nabrak jendela!"
"Ya ampun! Dimas! Bikin kaget aja, deh!" omel Mama, lalu bergegas kembali ke dapur karena mencium bau gosong.
Lala menghela napas panjang, berusaha menenangkan dirinya.
"Sabar, Lala, sabar. Ini ujian mau jadi terkenal."
Ia mengambil tisu basah, mencoba menghapus noda di hidungnya. Namun, tinta eyeliner itu rupanya lumayan waterproof. Semakin digosok, semakin menyebar, membuat hidungnya terlihat seperti habis kena tinta spidol permanen.
"Oke, guys, maaf, barusan ada sedikit ..., insiden teknis." Lala mencoba tersenyum hambar ke kamera, menunjuk hidungnya yang hitam. "Tapi jangan khawatir, kita akan teruskan. Anggap aja ini look yang ...." Dahinya tampak berkerut, seperti sedang berpikir keras, "seperti edgy?" ujarnya seraya tersenyum canggung.
Lala melanjutkan tutorial dengan sisa-sisa semangat dan percaya diri yang berusaha kembali dibangunnya. Ia berhasil menyelesaikan eyeliner mata kiri, walau kini ada titik hitam di hidungnya. Setidaknya wing yang ia buat di kedua mata, tampak seimbang. Atau paling tidak, ia berharap para penonton kontennya berpikiran begitu.
Video itu akhirnya selesai direkam. Lala mengeditnya dengan kecepatan kilat, tidak mau terlalu banyak membuang waktu. Ia tetap memasukkan adegan drone Kak Dimas yang menabrak jendela dan insiden eyeliner di hidung. Karena toh, ini sudah jadi ciri khasnya, bukan?
Lala bahkan menambahkan sound effect lucu saat drone itu menghantam jendela. Lala beri judul video tutorialnha kali ini dengan sebaris kalimat unik.
Ratu Blunder: Tutorial Eyeliner Anti-Gagal (Edisi Kena Serangan Drone Nyasar).
Video tersebut diunggah malam itu juga. Lala membiarkan ponselnya di meja, tidak ingin terlalu memikirkan reaksi netizen. Ia sudah pasrah.
Keesokan paginya, Lala terbangun dengan suara berisik dari luar kamarnya. Suara Mama sedang berbicara di telepon dengan nada antusias, disusul suara Kak Dimas yang mengeluh.
"Ma, aduh, Ma! Jangan lebay gitu dong!" protes Kak Dimas.
Lala mengernyit, mengambil ponselnya. Notifikasi sudah membludak. Oh, lagi-lagi. Ia membuka aplikasi media sosial.
Dan kali ini, jumlah view videonya meningkat lebih dahsyat dari video sebelumnya. Video eyeliner dengan insiden drone itu viral, bukan hanya di Indonesia, tapi sampai ke platform beauty community global. Orang-orang di berbagai negara merepost, mengetag, dan membuat meme dari ekspresi panik Lala saat drone itu menabrak dinding.
Hashtag #RatuBlunder dan #DroneEyelinerChallenge menduduki trending topic. Sejumlah komentar memenuhi layarnya.
@GlobalBeautyFans: "OMG this is the most relatable beauty tutorial ever! 😂"
@LaughingQueen: "I can't stop laughing! Her reaction is priceless!"
@DronePilotGirl: "My brother also does this to me! I feel you, sis!"
Namun, yang membuat Lala terkejut adalah sebuah email baru di kotak masuknya. Bukan dari brand kosmetik ternama, tapi dari brand eyeliner yang namanya nyaris tak pernah ia dengar sebelumnya, Sharpliner Cosmetics.
Subjek email itu berbunyi, "Tawaran Kolaborasi dengan Ratu Blunder."
Lala membuka email itu dengan mata berbinar sekaligus bingung.
Yth. Anastasia Putri (Lala),
Kami dari Sharpliner Cosmetics telah melihat video tutorial eyeliner Anda yang viral dengan insiden drone. Kami sangat terkesan dengan keberanian dan kejujuran Anda dalam menunjukkan sisi "blunder" yang realistis, namun tetap menghibur.
Video Anda telah membuat produk eyeliner kami (yang sebenarnya sangat waterproof dan anti-gagal, percayalah!) mendadak dicari banyak orang yang ingin "meniru" kesalahan itu, atau sekadar melihat seberapa "anti-gagal" produk kami di tangan seorang Ratu Blunder.
Kami ingin menawarkan Anda kerjasama endorsement. Kami percaya, Anda adalah representasi sempurna dari "real life beauty" yang tidak takut dengan kegagalan. Kami ingin Anda menggunakan produk kami, dan membuat konten yang... Anda tahu, khas Ratu Blunder.
Kami menunggu kabar baik dari Anda.
Hormat kami,
Tim Sharpliner Cosmetics
Lala membaca email itu sekali lagi, untuk memastikan kalau ia kini tak salah baca. Endorsement? Aku? Karena blunder? Ini di luar nalar.
Sebuah brand eyeliner kurang terkenal ingin meng-endorse-nya karena video yang gagal justru membuat produk mereka dicari orang. Mereka ingin ia tetap jadi Ratu Blunder.
Lala menutup laptopnya, lalu memandangi eyeliner-nya yang tergeletak di meja, bekas ia gunakan saat ngonten. Ia baru saja menyadari, ternyata eyeliner itu adalah salah satu produk keluaran Sharpliner Cosmetics. Ya, ternyata eyeliner yang ia gunakan dan menimbulkan titik hitam di hidungnya itu memang brand mereka. Dan di kemasannya, tertera label kecil, Formula Waterproof & Anti-Smudge.
Lala tersenyum tipis. Perasaannya kini campur aduk, entah harus merasa terhibur atau terkejut. Sepertinya, dia memang ditakdirkan untuk jadi Ratu Blunder. Dan kali ini, Ratu Blunder itu baru saja mendapatkan kontrak perdana berkat kesialannya.
Kocak juga, ya, Lala
Comment on chapter Prolog: Ratu Blunder