Viral itu indah, kecuali kalau viralnya karena kamu adalah bahan tertawaan.
Setiap kali Lala membuka aplikasi media sosial di ponselnya, komentar "Ratu Blunder is real!" selalu menyambutnya, membuat Lala bertanya-tanya, apakah ini yang dinamakan "mimpi yang jadi kenyataan"? Kamarnya yang biasanya hanya berisik suara ketikan keyboard atau desauan kipas laptop, kini dipenuhi dengungan notifikasi tanpa henti. Notifikasi itu datang dari berbagai platform—Instagram, TikTok, Twitter—semuanya mengarah pada satu hal: videonya yang terbaru, makeup challenge bertema "Transformasi Jadi Karakter Anime".
Lala menatap layar ponsel, wajahnya merengut. Di layar, wajahnya sendiri terpampang dengan dua lingkaran merah menyala di pipi, persis seperti tomat busuk, bukannya blush on anime yang cute. Bibirnya—astaga, bibirnya—terlalu tebal dengan lipstik ungu gelap yang melebar sampai ke dagu, seolah habis makan jengkol. Belum lagi alisnya yang tebal sebelah, seperti ulat bulu yang baru menetas. Ini jelas bukan transformasi jadi karakter anime. Ini lebih mirip transformasi jadi badut penjual balon di pasar malam.
"Mampus, Lala, mampus," gumam Lala, menutupi wajah dengan bantal. Rasanya ingin sekali ponselnya meleleh ditelan bumi.
Di sisi kanan layar, kolom komentar terus bergerak dengan kecepatan cahaya.
@AnimeLover77: "Ini mah bukan anime, ini alien kena cacar!"
@BeautyQueen123: "Skill-nya masih perlu dipertanyakan, sis."
@NetijenJulid: "Ratu Blunder gak pernah mengecewakan. Ngakak pol!"
"Lihat ini, Keish! Lihat!" Lala mengulurkan ponselnya pada Keisha yang duduk bersila di karpet bulu di sampingnya, sibuk memulas kutek di kukunya. Keisha, dengan sweatshirt kebesaran dan headband motif leopard, adalah definisi effortlessly chic. Sementara Lala, malam itu, tampak seperti korban fashion yang baru saja selamat dari ledakan pabrik kosmetik.
Keisha melirik sekilas layar, lalu terkikik. "Ya ampun, La. Itu blush on-mu kenapa kayak kena timpuk bola basket?"
"Kan konsepnya blush on anime yang merona sampai pipi! Tapi ini kenapa jadi gini?" Lala menunjuk wajahnya di layar.
"Mungkin kamu terlalu menghayati," sahut Bima, yang baru saja masuk kamar Lala membawa dua gelas es teh manis dan sepiring pisang goreng. Ia meletakkannya di meja belajar Lala yang sempit, di antara tumpukan brush makeup dan botol setting spray. Bima, dengan kaus band metal lusuh dan celana jins belelnya, selalu terlihat santai, seolah tak ada beban hidup di dunia.
"Menghayati apanya? Ini murni blunder, Bim!" Lala mengambil pisang goreng, melampiaskan kekesalan pada camilan gurih itu. "Padahal aku udah niat banget kali ini. Udah beli brush baru, udah hapalin gerakannya. Kenapa selalu gini sih?"
"Mungkin itu charm kamu?" Bima duduk di kursi gaming Lala, memutar-mutarnya pelan. "Orang-orang suka karena kamu real, La. Nggak kayak influencer lain yang perfect terus."
"Real apanya? Real malu-maluin iya!" Lala menghela napas. "Mimpiku kan jadi influencer yang diakui karena skill, bukan karena aku jadi bahan tertawaan!"
Keisha yang sudah selesai dengan kukunya, meraih ponsel Lala. Ia scroll ke bawah, melewati berbagai komentar negatif, lalu berhenti di beberapa komentar positif.
@TrueFansLala: "Kak Lala! Gak apa-apa kok blunder, yang penting menghibur. Kami suka vibe positifnya!"
@RandomGuy: "Aku nyari tutorial makeup, eh nyasar ke sini. Langsung terhibur! Jadi follower deh. 😂"
@CiciGemoy: "Bukan blunder, itu seni! Ratu Blunder for life!"
"Tuh kan, La! Ada juga yang suka!" Keisha menunjuk komentar-komentar itu. "Mereka suka kejujuran kamu. Jarang lho ada influencer yang berani nunjukkin sisi apesnya."
"Tapi... tapi kan cita-citaku bukan jadi komedian makeup, Keish. Aku pengen jadi kayak Rara Anggraini, yang setiap look-nya selalu on point, yang direkomendasiin brand-brand besar," Lala bergumam, suaranya mengecil.
"Rara Anggraini mah hidupnya diatur banget. Mungkin dia bahkan tidur pake face mask," celetuk Bima, menyeruput es tehnya. "Kamu authentic. Itu yang bikin kamu beda."
"Bedanya beda jauh banget dari kata sempurna," Lala mendengus. "Pokoknya, video selanjutnya harus sempurna. Nggak ada lagi eyeliner terbang, blush on kayak tomat, atau lipstik cemong. Titik."
"Oke, oke, Nona Lala si Perfeksionis," Bima tersenyum kecil. "Butuh bantuan?"
"Nggak! Kali ini aku akan mengunci diri di kamar dan tidak akan ada yang mengganggu sampai aku bisa bikin look yang sempurna!" Lala menyilangkan tangan di dada.
Keisha dan Bima saling pandang, lalu menggelengkan kepala bersamaan. Mereka tahu, tekad Lala setinggi langit, tapi kesialannya juga tak kalah tinggi.
Beberapa hari berikutnya, Lala betul-betul mengisolasi diri. Kamarnya menjadi benteng pertahanan terakhirnya. Pintu dikunci rapat, jendela ditutup rapat agar tidak ada gangguan dari drone Kak Dimas. Ia belajar teknik contouring dari pagi sampai sore, mencoba puluhan kali membuat smokey eyes yang dramatis, sampai matanya perih. Ia bahkan sampai lupa makan siang dan Mama harus menggedor-gedor pintu sambil membawa sepiring nasi goreng.
"La, makan dulu! Kamu mau jadi Ratu Blunder sungguhan karena pingsan kelaparan?" teriak Mama dari luar pintu.
"Sebentar lagi, Ma! Tinggal sedikit lagi!" Lala membalas, sambil mencoba mengaplikasikan eyeshadow glitter yang licin.
Dia terus berlatih, berlatih, dan berlatih. Setiap kali ada kesalahan sedikit, ia akan menghapusnya dan memulai dari awal. Tidak ada blunder kali ini. Tidak ada. Ia bertekad.
Pada akhirnya, Lala berhasil menciptakan sebuah look yang menurutnya cukup sempurna. Eyelinernya tajam, blush onnya merona natural, bibirnya penuh dan cantik. Ia bahkan berhasil memasang bulu mata palsu tanpa insiden. Senyum kemenangan terkembang di wajahnya.
"Akhirnya!" Lala berseru pada diri sendiri, mengacungkan jempol ke cermin.
Ia langsung mengambil ponsel, merekam video singkat untuk teaser konten selanjutnya, dengan caption "Bersiaplah untuk transformasi yang sesungguhnya!"
Video teaser itu diunggah. Lala menunggu. Kali ini, ia yakin. Tidak ada blunder. Tidak ada tawa. Hanya pujian dan kekaguman.
Tapi, notifikasi yang muncul justru membuatnya membeku. Sebuah akun di Instagram men-tag dirinya. Bukan akun influencer atau brand kecantikan. Tapi sebuah akun dengan nama aneh: "@PengagumBlunderLala".
Lala mengeklik profil itu dengan jari gemetar. Loading.
Dan apa yang ia lihat di sana membuat matanya membulat. Sebuah fanpage. Untuknya. Dengan nama "Pengagum Blunder Lala". Fanpage itu penuh dengan screenshot dan GIF dari semua kegagalannya yang ia kira sudah dihapus. Ada GIF dirinya saat foundation tumpah, saat eyeliner melesat, saat bulu mata palsu terbang ke rambut. Bahkan ada screenshot komentarnya sendiri yang bertanya "Ya ampun, ini apaan sih?".
Di bagian bio akun itu tertulis: "Tempat berkumpulnya para penikmat keautentikan Ratu Blunder. Karena kecantikan sejati adalah keberanian untuk gagal! Follow untuk update blunder terbaru Lala!"
Lala terdiam. Ini... ini sebuah fanpage rahasia. Tapi isinya... ini isinya semua kesalahan terparahnya. Ia menutup wajah dengan kedua tangannya. Di satu sisi, ia merasa malu luar biasa. Di sisi lain, ada sensasi aneh. Seolah-olah, semua kegagalannya itu bukan lagi aib, melainkan sebuah aset. Sebuah... karya.
Lala menatap ponselnya lagi. Pengagum Blunder Lala. Berapa banyak follower yang akun ini punya? Ia menggeser layar ke atas, dan angka follower di bio akun itu membuat rahangnya jatuh.
150 ribu.
Lala menelan ludah. Angka itu jauh lebih banyak dari follower di akun pribadinya. Ia bukan hanya Ratu Blunder. Ia adalah Ratu Blunder yang punya kerajaan rahasia.
Dan babak baru kehidupannya baru saja dimulai. Lala hanya bisa berharap, semoga kali ini, blundernya tidak melibatkan kebakaran. Atau setidaknya, kebakaran itu bisa jadi konten yang viral.
Kocak juga, ya, Lala
Comment on chapter Prolog: Ratu Blunder