“Liana! Aku tidak paham mengapa kau membawa adiknya kesini?”
“Aku mendapatkan penglihatan, Idris.”
“Liana, bahkan dia makhluk non magis! Dan sekarang adiknya disandera. Apa yang bisa kita jelaskan kepadanya?”
Kuping Nemeea bergerak pelan, menangkap esensi dari pembicaraan di sekitarnya. Dia tahu ini penting dan dia harus bangun, tapi matanya terasa berat dan sulit dibuka.
“Kurasa dia akan bangun, Liana,” suara bas itu menggema di telinga Nemeea.
Nemeea membuka mata perlahan. Pandangannya langsung bertemu dengan manik mata Idris. Sebagai keturunan Velarion, darah bangsawan dan sihir mengalir dalam diri Idris Velarion. Wajah Idris tampan bak dewa kuno, dan tatapannya mampu membuat waktu seolah berhenti.
“Kau tidak apa-apa?” tanya Idris. Ada ketenangan dalam suaranya. Ia berbicara perlahan, setiap kata meninggalkan bekas yang sulit diabaikan.
Nemeea berjengit dan bangkit, menyebabkan kepalanya terbentur dengan kepala pewaris Stredelon itu. Keduanya mengaduh tidak keruan.
Benturan itu membawa pikiran Nemeea jernih. Dia jadi mengingat peristiwa sebelum dirinya kehilangan kesadaran. Makhluk bernama Idris ini, dengan Makhluk bernama Gustava, disertai kehadiran Eryndel Mournshade dan… Pat! Adiknya dibawa oleh Eryndel.
Bunyi gemerisik terdengar dari gaun panjang Liana. Kelopak bunga anggrek menghiasi setiap sudutnya saat ia mendekat.
“Nemeea, bagaimana kondisimu?” tanya Liana, makhluk magis yang baru dikenalnya itu tampak khawatir.
Nemeea yang sudah mengingat peristiwa sebelum dirinya kehilangan kesadaran tidak bisa menahan diri. Tanpa pikir panjang Nemeea menerjang Liana. Mereka berdua terjatuh berdebam di lantai yang dihiasi sulur ungu, milik Liana.
“Astaga! Kau apa apaan sih!” seru Liana tajam dan lantang seperti anak panah yang dilepas dari busurnya.
“Adikku! Kenapa kau membawanya? Dimana dia?!” Keputusaasan tampak jelas dalam setiap kata yang ditanyakan oleh Nemeea. Suara itu lirih, namun jelas menggetarkan.
Bagi Liana, menyingkirkan Nemeea semudah menjentikkan jari, tapi dia tahu makhluk ini sedang putus asa. Liana memilih untuk menahan diri. Dirinya menatap langit tempat sulur-sulur ungunya terjalin kuat, membentuk sebuah kubah besar sebagai tempat bernaung, bagi penduduk Lembah Gunung Erba.
Nemeea mengguncang bahunya kuat-kuat, tapi Liana tidak ambil pusing. Dia berfokus menatap dinding kubah besar yang memisahkan makhluk di dalam dan di luar. Liana mendengar langkah-langkah yang bergerak cepat. Penyelamat itu datang. Sesosok makhluk dengan bulu berwarna oranye muncul diambang pintu.
“Nemeea! Sudah! Kau menyakiti dirimu sendiri!” Master Boni mencengkram keras bahu Nemeea berusaha melepaskan Nemeea dari Liana. Idris mengamati situasi tanpa campur tangan. Ia merasa Liana harus bertanggung jawab atas keputusannya sendiri. Di satu sisi, pembimbing magisnya Liana terlihat tidak terluka, dan menurutnya lebih baik tidak ikut campur dalam permasalahan yang memang dibuat oleh Liana sendiri.
Idris sendiri menyayangkan keputusan Liana untuk membawa bocah itu. Apalagi sampai dijadikan sandera oleh Eryndel. Tapi melihat Liana tidak membalas perlakuan Nemeea, Idris merasa Liana memang mencoba bertanggung jawab
Mata abu-abunya memandang kakak dari bocah yang diculik itu, Nemeea namanya. Idris merasakan keberanian tersembunyi dari kebodohan luar biasa makhluk non magis itu. Berdiri di antaranya dan Gustava, apa yang bisa dia lakukan coba?
Kuping runcing Nemeea terus bergerak. Makhluk berbulu oranye yang sepertinya kenalan lamanya masih mencoba melepaskan cengkraman Nemeea kepada Liana.
“Makhluk itu membawa adikku! Eryndel Mournshade membawa adikku!” seru Nemeea, lalu menangis. Master Boni berusaha menenangkan Nemeea, menepuk punggung Nemeea pelan.
Idris sendiri menepuk bahu Liana, pembimbing magisnya itu berdiri. Liana ingin bergerak mendekati Nemeea. Akan tetapi tangisan Nemeea membuatnya gelisah.
Begitu pilu dan menyesakkan.
***
Hari masih gelap. Cahaya fajar belum muncul. Dingin menusuk tubuh.
Master boni mengedarkan makanan hangat ke semua makhluk yang mengitari api unggun. Giliran Nemeea tiba, namun Nemeea menolak mengambil sup hangat, masih setia dengan kain kasar tak berguna dan kerisauan hatinya. Master Boni menghela napas dan berlalu, bergerak ke arah makhluk lain, membiarkan Nemeea menjalani penerimaannya.
Api unggun berkobar, ujungnya meliuk menerpa udara dingin. Kayu bakar ditambah untuk menjaga kehangatan api. Percikan kecil meletup dari kayu-kayu yang dilemparkan ke sumber panas menambah sedikit kobaran api yang memberikan kehangatan di Lembah Gunung Erba. Nemeea sendiri sulit dibuat merasa hangat, karena hatinya cukup dingin memikirkan nasib Pat yang ditawan.
Master Boni telah menyelesaikan tugasnya membagikan makanan dan kembali ke sisi Nemeea. Tidak terdengar suara sendok beradu, semua menikmati makanannya dalam diam. Mengingat kejadian petang ini, menyesap makanan saja sudah cukup.
Ketika sebagian besar makhluk sudah selesai makan, seseorang dengan postur tubuh bagus memasuk lingkaran api unggun. Wajahnya memiliki rahang yang tegas dengan mata kelabu seperti badai.
“Pantas saja ia disebut sebagai Pangeran Cahaya oleh penduduk Lembah,” gumam Master Boni. “Parasnya seolah diukir dari cahaya fajar dan kegelapan malam sekaligus. Lihat Nemeea, dia amat tampan dan menawan.”
Master Boni membawakan selimut untuk Nemeea, bentukan kain kasar itu sekarang mengelilingi tubuh Nemeea. “Terimakasih Master Boni,” kata Nemeea lirih.
Master Boni menyelesaikan sup nya, dia mendapatkan porsi yang besar, berkat bantuannya di dapur umum. “Aku belum menyampaikannya, ku tunda sejak tadi. Tapi kurasa perlu juga aku bicara, bahwa aku turut prihatin dengan kondisi Pat.”
Nemeea mengalihkan pandangan. Dia bersyukur diberikan selimut, tapi hatinya masih penuh duka.
“Nemeea aku tidak dapat berkata bahwa aku merasakan hal yang sama, tetapi aku amat bersimpati kepadamu karena hal ini.” Master Boni menunjukkan simpati yang mendalam.
Nemeea menoleh ke arahnya, “terimakasih Master Boni,” balas Nemeea lirih.
“Selain selimut, aku juga membawakan mu makanan, siapa tahu kau mau makan sekarang.” Master Boni menyodorkan semangkuk sup, Nemeea hanya tersenyum.
Sketika itu, Idris berdeham. Semua makhluk langsung menatapnya, termasuk Nemeea.
“Seperti yang kalian semua ketahui, hari ini kita mendapat gempuran yang cukup kuat dari negeri Obedient. Dengan sangat menyesal, aku menyampaikan informasi bahwa beberapa dari kita ditawan oleh Gustava Mordain.”
Hening.
Nemeea merapatkan selimut.
“Rakyatku! Aku tidak akan membiarkan Gustava Mordain bertindak sesukanya lagi. Selama ini, kalian sudah melindungi aku! Sekarang sudah saatnya aku melindungi kalian!”
Suara riuh rendah terdengar dalam lingkaran api unggun, para makhluk saling menatap. Beberapa berdiri memberi penghormatan pada Pangeran Idris. Nemeea memandang lekat pada mata abu-abu bagai badainya yang menerima dengan tangan terbuka setiap antusiasme yang diarahkan untuk mendukungnya.
Hati Nemeea tersentuh, tak peduli bagaimana dia menolak menerima adiknya ditawan, adiknya memang ditawan! Nemeea memutuskan untuk memiliki tujuan. Saat ini tujuannya hanya satu yaitu menyelamatkan adiknya yang ditawan.
“Untuk menyelamatkan Pat aku memerlukan tenaga,” gumam Nemeea lalu Nemeea meraih sup yang dibawakan Master Boni, menyesap sup hangat yang disiapkan sepenuh hati di tengah keterbatasan.
“Nemeea?” Pertanyaan Master Boni menggantung di udara.
“Master Boni , aku akan menyelamatkan adikku,” ucap Nemeea, sup hangat itu sudah tandas. “Temani aku berbicara dengan Pangeran itu yuk?”
Mereka berdua beranjak dari tempat duduk mereka.
Langit malam masih diselimuti kelam saat api unggun di tengah perkemahan darurat perlahan padam, menyisakan bara merah yang meredup di bawah timbunan abu. Di dekat api unggun yang sudah dingin, Idris Velarion nampak sedang berbicara serius dengan Liana Orchelia.
“Liana, kau sepertinya harus menghadapi hal ini dulu,” Idris merujuk kepada gadis huma penyembuh yang sedang berjalan ke arah mereka berdua.
Idris mengamati Nemeea, gadis itu sudah tidak sekacau sebelumnya. Saat ini dia tampak stabil dan sepertinya tidak akan menerjang Liana lagi. Idris bersiap pergi dari tempat itu ketika gadis itu mengarahkan sapaan justru kepadanya.
“Permisi,” sapa Nemeea. “Pidatomu tadi bagus.”
Idris menoleh ke arah Nemeea, terkejut. “Kau berbicara kepadaku?” tanya Idris.
“Iya. Aku ingin bertanya. Kau benar-benar ingin melindungi rakyatmu?”
“Tentu saja,” sahut Idris.
“Apa tepatnya hal yang akan kau lakukan untuk melindungi rakyatmu?”
Idris menatap Liana Orchelia, Liana mengangguk tanda setuju. Idris menjawab, “Aku sendiri akan turun ke garis depan, takkan berhenti sampai setiap sandera kembali ke pelukan keluarganya,” jawab Idris dengan tekad yang kuat di dalam mata abu-abu bagai badainya itu.
Nemeea memandang dalam pada mata abu-abu bagai badai itu. Dia melihat sesuatu, kekuatan yang kokoh dan kejujuran yang memancar.
“Aku akan mengabdi padamu, Pangeran. Membantumu menyelamatkan semua sandera, termasuk adikku.”
Master Boni tertugun. Ekspresi Idris dingin dan skeptis. “Aku tidak yakin hal itu adalah pilihan yang terbaik. Kau tidak terlatih untuk bertarung. Perjalanan yang akan aku dan pasukan ku tempuh bukanlah perjalanan yang mudah.”
Nemeea memejamkan mata sesaat, lalu menghela napas panjang. Seumur hidupnya, ia tidak pernah membayangkan akan terseret dalam perjuangan sebesar ini. Tetapi saat ini, ia tidak punya pilihan lain. Harapannya hanya pada pasukan Stredelon agar adiknya bisa segera diselamatkan. “Aku akan berusaha semampuku.” jawab Nemeea tanpa ragu.
Idris mengalihkan pandangan ke Liana, mencari jawaban lain. “Liana, kau tidak akan mengizinkannya bergabung dengan pasukanku, bukan?”
“Kehadirannya memang cukup penting di sini,” jawab Liana tenang.
Nemeea menatap kesal pada Liana, makhluk magis sulur anggrek sumber kekacauan ini versi Nemeea. Akan tetapi, Nemeea menyadari kesal tidak akan membuat permasalahan usai, Nemeea harus mencari solusi demi bersama adiknya kembali.
“Liana, aku minta maaf atas sikapku tadi,” ucap Nemeea bersungguh-sungguh.
Liana mengulurkan sulurnya untuk menggamit tangan Nemeea, “Aku juga minta maaf.”
Nemeea menarik napas, “Aku benar-benar ingin bergabung dalam pasukan Pangeran Idris.”
“Tentu saja kau akan bergabung,” balas Liana.
Idris merasa keberatan. “Liana, kau yakin makhluk ini bisa ikut bersama kita?”
“Kita membutuhkan semua sumber daya yang kita miliki Pangeran.” jawab Liana
“Aku tidak ingin membawa seseorang untuk mati sia-sia.”
“Pangeran, keberadaannya penting. Nemeea kau tidak tahu kenapa aku membawa adikmu, bukan?”
“Tidak.”
“Aku mendapat penglihatan mengenai anak-anak keluarga Finch. Kalian akan membantu Stredelon untuk memenangkan pertarungan pasca invasi negeri Obedient.”
“Atas dasar apa?” tanya Nemeea sangsi. “Liana, aku ingin ikut pasukan pembebasan sandera demi adikku. Tapi, aku juga tidak bisa membohongi fakta bahwa aku dan adikku hanyalah makhluk non magis yang bertahan hidup di tengah invasi dari negeri Obedient. Bagaimana kami bisa membantu menyelamatkan negeri ini?”
Liana tidak menjawab. Semua menunggu jawaban Liana, begitu juga Idris.
“Jelaskan Liana,” desak Idris
“Pangeran, mediasi tidak lagi bisa menghentikan Gustava. Dia sudah mengambil keputusan sepihak untuk memiliki Totem. Penglihatan ku sederhana. Anak-anak Finch, adalah makhluk yang bisa membantu kita mengalahkan kavaleri Obedient. Aku tak bisa mengabaikan mimpi yang sekuat itu.”
“Aku menghargai mu Liana,” kata Idris. “Kau pembimbingku,” lanjut Idris. “Kau bertugas dengan baik mendampingi makhluk rupawan untuk mengisi tahta dengan bijaksana. Sesungguhnya, banyak saran mu kuambil sebagai bagian dari kebijaksanaan ku. Tapi bagaimana makhluk non magis ini bisa membantu kita?”
“Dia punya kemampuan.”
“Kemampuan apa?”
“Aku belum bisa menjawab.”
“Liana dia akan memperlambat perjalanan kita,” ucap Idris
“Anehnya, bisa kupastikan kami tidak akan memperlambat perjalanan pasukanmu, Pangeran,” sela Master Boni. “Kami makhluk tercepat di desa. Kami akan seimbang,” ucap Master Boni.
Idris menggeleng. “Aku tidak ingin membawa satu orang yang akan mati sia-sia, sudah cukup kesulitan rakyatku akibat invasi Stredelon.”
“Pangeran, aku memang belum sepenuhnya memahami penjelasan Liana,” ucap Nemeea, suaranya mantap. “Tapi satu hal yang bisa kutegaskan, aku tidak merasa kesulitan. Jika itu alasanmu melarangku bergabung dalam pasukan, maka dengarkan ini, aku akan pastikan kau tidak akan pernah menyulitkanku. Sebaliknya, aku telah siap bersumpah setia kepadamu. Karena di matamu, aku melihat kejujuran dan kekuatan. Dan aku percaya keduanya.”
Idris terdiam sejenak. Mata abu-abunya memandang lurus ke arah Nemeea.
“Kejujuran dan kekuatan mudah dikenali di mata orang lain,”katanya akhirnya. “Tapi membuktikannya di meda peperang adalah cerita yang berbeda.” Idris melangkah mendekati Nemeea, tak mengalihkan pandangannya.
“Kau akan ikut. Tapi bukan karena janjimu… melainkan karena keberanianmu.”
“Aku juga akan ikut Pangeran,” ucap Master Boni.
Idris menghela napas. “Ya, kau bisa ikut, untuk pertama kalinya, aku ingin percaya bahwa bukan hanya kaum magis yang bisa mengubah takdir Stredelon.”
The Boy Between the Pages
1543
929
0
Romance
Aruna Kanissa, mahasiswi pemalu jurusan pendidikan Bahasa Inggris, tak pernah benar-benar ingin menjadi guru. Mimpinya adalah menulis buku anak-anak. Dunia nyatanya membosankan, kecuali saat ia berada di perpustakaantempat di mana ia pertama kali jatuh cinta, lewat surat-surat rahasia yang ia temukan tersembunyi dalam buku Anne of Green Gables. Tapi sang penulis surat menghilang begitu saja, meni...
Sebab Pria Tidak Berduka
120
100
1
Inspirational
Semua orang mengatakan jika seorang pria tidak boleh menunjukkan air mata. Sebab itu adalah simbol dari sebuah kelemahan. Kakinya harus tetap menapak ke tanah yang dipijak walau seluruh dunianya runtuh. Bahunya harus tetap kokoh walau badai kehidupan menamparnya dengan keras. Hanya karena dia seorang pria.
Mungkin semuanya lupa jika pria juga manusia. Mereka bisa berduka manakala seluruh isi s...
Kertas Remuk
139
112
0
Non Fiction
Tata bukan perempuan istimewa. Tata nya manusia biasa yang banyak salah dalam langkah dan tindakannya. Tata hanya perempuan berjiwa rapuh yang seringkali digoda oleh bencana. Dia bernama Tata, yang tidak ingin diperjelas siapa nama lengkapnya. Dia hanya ingin kehidupan yang seimbang dan selaras sebagaimana mestinya. Tata bukan tak mampu untuk melangkah lebih maju, namun alur cerita itulah yang me...
Kaca yang Berdebu
114
93
1
Inspirational
Reiji terlalu sibuk menyenangkan semua orang, sampai lupa caranya menjadi diri sendiri.
Dirinya perlahan memudar, seperti bayangan samar di kaca berdebu; tak pernah benar-benar terlihat, tertutup lapisan harapan orang lain dan ketakutannya sendiri.
Hingga suatu hari, seseorang datang, tak seperti siapa pun yang pernah ia temui.
Meera, dengan segala ketidaksempurnaannya, berjalan tegak. Ia ta...
Melihat Tanpamu
165
129
1
Fantasy
Ashley Gizella lahir tanpa penglihatan dan tumbuh dalam dunia yang tak pernah memberinya cahaya, bahkan dalam bentuk cinta. Setelah ibunya meninggal saat ia masih kecil, hidupnya perlahan runtuh. Ayahnya dulu sosok yang hangat tapi kini berubah menjadi pria keras yang memperlakukannya seperti beban, bahkan budak.
Di sekolah, ia duduk sendiri. Anak-anak lain takut padanya. Katanya, kebutaannya...
Loveless
7271
3425
609
Inspirational
Menjadi anak pertama bukanlah pilihan. Namun, menjadi tulang punggung keluarga merupakan sebuah keharusan. Itulah yang terjadi pada Reinanda Wisnu Dhananjaya. Dia harus bertanggung jawab atas ibu dan adiknya setelah sang ayah tiada.
Wisnu tidak hanya dituntut untuk menjadi laki-laki dewasa, tetapi anak yang selalu mengalah, dan kakak yang wajib mengikuti semua keinginan adiknya. Pada awalnya, ...
Sweet Punishment
213
141
10
Mystery
Aku tak menyangka wanita yang ku cintai ternyata seorang wanita yang menganggap ku hanya pria yang di dapatkannya dari taruhan kecil bersama dengan kelima teman wanitanya.
Setelah selesai mempermainkan ku, dia minta putus padaku terlebih dahulu. Aku sebenarnya juga sudah muak dengannya, apalagi Selama berpacaran dengan ku ternyata dia masih berhubungan dengan mantannya yaitu Jackson Wilder seo...
Unframed
709
481
4
Inspirational
Abimanyu dan teman-temannya menggabungkan Tugas Akhir mereka ke dalam sebuah dokumenter. Namun, semakin lama, dokumenter yang mereka kerjakan justru menyorot kehidupan pribadi masing-masing, hingga mereka bertemu di satu persimpangan yang sama; tidak ada satu orang pun yang benar-benar baik-baik saja.
Andin: Gue percaya kalau cinta bisa nyembuhin luka lama. Tapi, gue juga menyadari kalau cinta...
Kini Hidup Kembali
80
70
1
Inspirational
Sebenarnya apa makna rumah bagi seorang anak?
Tempat mengadu luka? Bangunan yang selalu ada ketika kamu lelah dengan dunia? Atau jelmaan neraka?
Barangkali, Lesta pikir pilihan terakhir adalah yang paling mendekati dunianya. Rumah adalah tempat yang inginnya selalu dihindari. Namun, ia tidak bisa pergi ke mana-mana lagi.
Unexpectedly Survived
117
104
0
Inspirational
Namaku Echa, kependekan dari Namira Eccanthya. Kurang lebih 14 tahun lalu, aku divonis mengidap mental illness, tapi masih samar, karena dulu usiaku masih terlalu kecil untuk menerima itu semua, baru saja dinyatakan lulus SD dan sedang semangat-semangatnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Karenanya, psikiater pun ngga menyarankan ortu untuk ngasih tau semuanya ke aku secara gamblang. ...