Loading...
Logo TinLit
Read Story - Main Character
MENU
About Us  

Ketika Kinanti sudah datang, gadis itu langsung menggoda habis-habisan Mireya yang resmi menjadi kekasih si ketua basket yang terkenal tampan-dingin. Namun, tiba-tiba keseruan dan ketenangan itu berubah menjadi mulai tegang saat kemunculan Bianca.

Plak

Tanpa peringatan Bianca berhasil mendaratkan tangannya pada pipi Mireya yang sedikit merah berkat ulah Bianca. "Apa apaan sih!" bentak Kinanti sembari berdiri dari duduk dengan wajah marah.

Bianca tidak mempedulikan Kinanti. "Aku kasih tahu kamu ya, Mi. Kalau pun Kak Leo bukan sama aku, bukankah dia seharusnya bersama Kak Audry? Kak Audry lebih cocok sama Kak Leo dari pada kamu! Kamu benar-benar sudah menghancurkan hati seseorang!"

Mireya menghela nafas panjang, berdiri dari duduk. "Hati siapa? Hati kamu? Hati Audry? Hati perempuan yang mana?" tanya Leo yang berjalan memasuki kelas dengan kedua tangan yang melipat di depan dada.

"Kak Leo," ucap Mireya sembari menatap Leo yang tersenyum lembut padanya.

"Kenapa Mireya harus peduli sama hati orang lain? Kalau setiap manusia yang ada di dunia ini harus mengutamakan dirinya lebih dulu. Kamu sendiri? Apa akan lebih mengutamakan hati orang lain?" Pertanyaan itu sungguh menampar Bianca yang terdiam seribu bahasa dengan wajah kesal. Tentu orang egois macam Bianca tidak akan melakukan hal yang selama ini dilakukan Mireya.

Tanpa berniat membuat rusuh lebih lama, Bianca melangkah pergi dari sana bersama temannya yang lebih sering mengikutinya itu. Entah benar teman atau dayang-dayang.

Leo menyentuh pipi Mireya yang terlihat merah. "Sakit banget ya?" tanya Leo lembut dengan wajah merasa kasihan dan merasa bersalah karena ia tidak bisa melindungi Mireya.

"Gakpapa, Kak." Seraya tersenyum.

Setelah tegang dengan momen Bianca yang menampar tiba-tiba Mireya, kelas pun dibuat terasa ada manis-manisnya gitu. Murid-murid perempuan yang melihat perhatiannya seorang Leo, tengah senyum-senyum sendiri. Sepertinya kapal Leo-Mireya yang sudah berlayar itu akan ada lebih banyak penumpang yang antri untuk naik, ingin menyaksikan momen yang indah itu.

Leo menurunkan tangannya, beralih menyentuh salah satu tangan Mireya, menarik lembut Mireya, mengajak pergi dari sana. Senyum Kinanti sungguh lebar. Kapal yang Kinanti khawatirkan tidak berlayar, akhirnya berlayar!

Ternyata Leo membawa Mireya ke UKS. Menyuruh Mireya duduk di tepi brankar sementara Leo mencari sesuatu, di mana Dokter tidak ada. Leo menemukan ice bag yang ia isi dengan es. Berdiri di hadapan Mireya, Leo tempelkan ice bag itu di pipi Mireya yang merah.

"Siapa yang gak mau jadi pacar Kak Leo kalau Kak Leo seperhatian ini," kata Mireya sembari menatap Leo yang fokus pada pipi Mireya.

Leo tatap Mireya. "Dan aku seperhatian ini hanya sama kamu."

"Kalau Mama aku masih ada, dia pasti baik-baik saja menyerahkan aku sama Kak Leo."

"Tentu saja, aku kan anak laki-laki yang baik."

"Kak ...."

"Mm?"

"Kalau suatu hari aku menghilang, apa yang akan Kak Leo lakukan?" tanya Mireya, asal.

"Aku akan menemukan kamu gimana pun caranya! Karena sekali saja kamu sudah memasuki dunia aku, kamu gak akan keluar dengan mudahnya."

"Oh ya, Kak. Tadi Kak Leo bicara apa sama Kak Andrea? Tapi, kalau gak mau cerita juga gakpapa." Mireya penasaran, namun ia tidak bisa memaksa Leo bercerita, bukan?

"Soal Audry, Andrea khawatir Audry gak bisa menerima hubungan kita." Dengan nada santai.

"Aku juga khawatir sih, Kak. Saat aku tahu Kak Audry memiliki mental yang bisa sewaktu-waktu memburuk, aku jadi berusaha untuk gak melukai hatinya," jelas Mireya dengan tatapan mata yang selalu sepeduli itu pada orang lain.

"Kamu gak perlu khawatir, karena aku yakin Audry mampu mengatasinya. Audry sudah dewasa, dia pasti akan berpikir yang baiknya untuk dirinya, terlepas dari trauma yang masih melekat pada dirinya."

Mireya menganggukan kepala, yakin dengan apa yang Leo yakini. Terlihat pasangan yang sempurna, bukan?

Jam berputar dengan cepatnya. Malam telah datang menyapa Mireya yang sedang berjalan di dalam Rumah, dan saat melewati Ruang Kerja Papa-nya langkahnya terhenti saat mendengar suara Cyntia membentak Papa-nya. Mireya mendekatkan diri di depan pintu yang terbuka sedikit.

"Masa depan Mireya akan hancur kalau dibiarkan pacaran!" kata Cyntia, tegas. Mireya tidak tahu jika Cyntia setertarik itu dengan hubungannya dan Leo.

"Sejak kapan kamu peduli dengan masa depan Mireya? Bukankah kamu gak ingin Mireya memiliki kehidupan yang sempurna? Hanya kamu yang boleh memilikinya, bukan?!" ucap Papa-nya yang terdengar sangat serius.

"Aku rasa Papa mulai peduli dengan Mireya." Nada bicara Cyntia terdengar kecewa.

"Sudah cukup kamu ikut campur dalam hidup Mireya!" tegas Papa-nya.

Cyntia terkekeh. "Apa selama ini rasa benci itu hanya akting?!".

"Sebaiknya kamu kembali ke Kamar kamu!"

"Mireya gak tahu kan kalau diamnya Papa bukan cuma gak peduli? Tapi, karena Papa benci Mireya! Mireya yang sudah membuat istri yang Papa cinta pergi lebih cepat."

Deg

Hati Mireya seperti dilempar batu besar yang rasanya sangat menyakitkan. Bukan sekedar goresan luka kecil, namun sepertinya hati Mireya hancur. Telah menjadi serpihan-serpihan kecil. Kenyataan pahit apa lagi yang harus Mireya terima...

Mireya dengan langkah terasa berat dan lemas, akhirnya sampai di dalam Kamar. Belum sampai tempat tidur, tubuhnya lurus ke lantai. Terduduk di dinginnya lantai dengan air mata yang langsung keluar dalam jumlah banyak. Papa membenci aku?!

Tidak cukup hanya dengan terlihat tidak peduli, nyatanya pria paruh baya itu menyimpan kebencian pada putrinya sendiri. Mireya harus menerima bahwa Papa kandungnya membencinya? Anak perempuan mana yang sanggup menerimanya?

Salah satu tangan terulur menyentuh dada kanan yang terasa sangat sesak. Mireya terpantau sedikit kesulitan bernafas. Apa yang harus Mireya lakukan selanjutnya? Rasanya Mireya tidak sanggup melihat wajah Papa-nya. Mireya sungguh tidak tahu bahwa ia adalah penyebab Mama-nya meninggalkan dunia ini secepat itu.

Isakan yang mulai terdengar, Mireya membekap mulutnya karena tidak ingin didengar orang lain, seolah orang lain tidak boleh tahu bahwa ia sedang menangis.

Di tempat lain, Leo yang memakai pakaian santai memasuki Kamar-nya. Mengambil handphone yang ada di atas nakas, lalu mendudukkan diri di tepi ranjang. Mencoba melakukan panggilan keluar pada kontak 'Mire' dengan gambar hati merah. Namun, nomor Mireya tidak aktif. Leo pun heran karena selama ini nomor Mireya selalu aktif hanya saja suka tidak diangkat.

"Kamu baik-baik saja kan, Mire?" Leo nampak khawatir.
.
.

Seperti pagi sebelumnya, Leo tiba di depan pagar Rumah Mireya di mana terlihat Cyntia keluar dari dalam Rumah dengan tas di salah satu tangan. Cyntia yang melihat Leo, menghampiri.

"Cari Mireya, kan? Mireya gak ada," kata Cyntia dengan santai. Tanpa membuka pagar.

"Gak ada gimana? Mireya ke mana?" tanya Leo dengan wajah datar dan dingin. Padahal tengah bingung.

"Ya, gak ada di Rumah!" tegas Cyntia.

Leo pun memasang wajah khawatir. Ke mana kamu, Mire...

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Bittersweet Memories
40      40     1     
Mystery
Sejak kecil, Aksa selalu berbagi segalanya dengan Arka. Tawa, rahasia, bahkan bisikan di benaknya. Hanya Aksa yang bisa melihat dan merasakan kehadirannya yang begitu nyata. Arka adalah kembarannya yang tak kasatmata, sahabat sekaligus bayangan yang selalu mengikuti. Namun, realitas Aksa mulai retak. Ingatan-ingatan kabur, tindakan-tindakan di luar kendali, dan mimpi-mimpi aneh yang terasa lebih...
Di Punggungmu, Aku Tahu Kau Berubah
1529      709     3     
Romance
"Aku hanya sebuah tas hitam di punggung seorang remaja bernama Aditya. Tapi dari sinilah aku melihat segalanya: kesepian yang ia sembunyikan, pencarian jati diri yang tak pernah selesai, dan keberanian kecil yang akhirnya mengubah segalanya." Sebuah cerita remaja tentang tumbuh, bertahan, dan belajar mengenal diri sendiri diceritakan dari sudut pandang paling tak terduga: tas ransel.
God, why me?
190      155     5     
True Story
Andine seorang gadis polos yang selalu hidup dalam kerajaan kasih sayang yang berlimpah ruah. Sosoknya yang selalu penuh tawa ceria akan kebahagiaan adalah idaman banyak anak. Dimana semua andai akan mereka sematkan untuk diri mereka. Kebahagiaan yang tak bias semua anak miliki ada di andine. Sosoknya yang tak pernah kenal kesulitan dan penderitaan terlambat untuk menyadari badai itu datang. And...
Sweet Punishment
170      105     9     
Mystery
Aku tak menyangka wanita yang ku cintai ternyata seorang wanita yang menganggap ku hanya pria yang di dapatkannya dari taruhan kecil bersama dengan kelima teman wanitanya. Setelah selesai mempermainkan ku, dia minta putus padaku terlebih dahulu. Aku sebenarnya juga sudah muak dengannya, apalagi Selama berpacaran dengan ku ternyata dia masih berhubungan dengan mantannya yaitu Jackson Wilder seo...
Langit-Langit Patah
25      23     1     
Romance
Linka tidak pernah bisa melupakan hujan yang mengguyur dirinya lima tahun lalu. Hujan itu merenggut Ren, laki-laki ramah yang rupanya memendam depresinya seorang diri. "Kalau saja dunia ini kiamat, lalu semua orang mati, dan hanya kamu yang tersisa, apa yang akan kamu lakukan?" "Bunuh diri!" Ren tersenyum ketika gerimis menebar aroma patrikor sore. Laki-laki itu mengacak rambut Linka, ...
My Sunset
7290      1584     3     
Romance
You are my sunset.
Jadi Diri Sendiri Itu Capek, Tapi Lucu
1855      759     5     
Humor
Jadi Diri Sendiri Itu Capek, Tapi Lucu Buku ini adalah pelukan hangat sekaligus lelucon internal untuk semua orang yang pernah duduk di pojok kamar, nanya ke diri sendiri: Aku ini siapa, sih? atau lebih parah: Kenapa aku begini banget ya? Lewat 47 bab pendek yang renyah tapi penuh makna, buku ini mengajak kamu untuk tertawa di tengah overthinking, menghela napas saat hidup rasanya terlalu pad...
Kini Hidup Kembali
70      62     1     
Inspirational
Sebenarnya apa makna rumah bagi seorang anak? Tempat mengadu luka? Bangunan yang selalu ada ketika kamu lelah dengan dunia? Atau jelmaan neraka? Barangkali, Lesta pikir pilihan terakhir adalah yang paling mendekati dunianya. Rumah adalah tempat yang inginnya selalu dihindari. Namun, ia tidak bisa pergi ke mana-mana lagi.
Pasal 17: Tentang Kita
122      44     1     
Mystery
Kadang, yang membuat manusia kehilangan arah bukanlah lingkungan, melainkan pertanyaan yang tidak terjawab sebagai alasan bertindak. Dan fase itu dimulai saat memasuki usia remaja, fase penuh pembangkangan menuju kedewasaan. Sama seperti Lian, dalam perjalanannya ia menyadari bahwa jawaban tak selalu datang dari orang lain. Lalu apa yang membuatnya bertahan? Lian, remaja mantan narapidana....
Hello, Me (30)
19270      942     6     
Inspirational
Di usia tiga puluh tahun, Nara berhenti sejenak. Bukan karena lelah berjalan, tapi karena tak lagi tahu ke mana arah pulang. Mimpinya pernah besar, tapi dunia memeluknya dengan sunyi: gagal ini, tertunda itu, diam-diam lupa bagaimana rasanya menjadi diri sendiri, dan kehilangan arah di jalan yang katanya "dewasa". Hingga sebuah jurnal lama membuka kembali pintu kecil dalam dirinya yang pern...