Dari salah satu bangku, Mireya perhatikan Leo yang tengah berlatih bersama siswi dari klub drama yang berperan sebagai cinderella. Dapat Mireya lihat bahwa mendalami karakternya.
"Kayaknya gak akan sia-sia kita mempercayainya," ucap Salsa yang baru tiba, duduk di bangku samping Mireya.
"Kan sudah aku bilang gak ada salahnya mencoba percaya," kata Mireya sembari menatap Leo.
Datang siswi berambut hitam lurus panjang sepinggang yang saat itu dibiarkan terurai dengan bandana pink fanta yang dipakainya, bersama satu siswi lainnya yang penampilannya tidak beda jauh. Tiba-tiba kedua siswi itu naik ke atas panggung tanpa memiliki kepentingan.
"Mau apa lagi si Bianca?!" kata Salsa dengan wajah tidak suka.
Salsa beranjak dari duduk, berniat ke panggung. Mireya memilih mengamati dari tempatnya. Dapat Mireya lihat Bianca yang menggandeng tangan Leo yang mencoba melepaskan.
"Aku rasa seorang Bianca gak ada keperluan di sini!" ujar Salsa dengan nada tegas.
"Kata siapa? Tentu aku ada keperluan yaitu menemui calon pacar aku!" Dengan wajah terlalu percaya diri bahwa suatu hari Leo akan menjadi kekasihnya.
Salsa yang mendengar itu sengaja tertawa sedikit keras. "Mimpi di siang bolong lebih enak ya dari pada malam hari?!" ucap Salsa dengan nada sarkas.
Bianca kembali menggandeng tangan Leo yang memasang wajah malas. "Leo, bukankah dia sedang meledek aku," kata Bianca dengan nada manja.
Salsa yang melihat itu memasang wajah 'jijik'. Bagaimana bisa seorang perempuan mengejar laki-laki seperti itu, seperti tidak memiliki harga diri! Bukankah setidaknya sedikit jual mahal? Biar tidak terlihat gampangan.
Dengan sedikit kasar Leo melepaskan tangan Bianca, melangkah pergi dari sana. Mireya perhatikan Leo yang keluar dari Aula. Tidak ingin ada ribut-ribut, Mireya pun turun tangan. Menghampiri Salsa dan Bianca yang sedang adu mata. Sorot mata yang sama-sama terlihat siap membunuh siapa pun yang ada di hadapannya.
"Aku saranin sebaiknya kamu meninggalkan tempat ini! Lagi pula Leo sudah gak ada," kata Mireya dengan nada tegas dan sorot mata tak main-main.
"Akhirnya kita bertemu," ucap Bianca yang tersenyum penuh arti pada Mireya.
Mireya yang melihat itu merasa aneh. Ada apa dengan perempuan itu?!
"Keberadaan kamu di sini hanya menghabat proses latihan," ujar Mireya.
"Aku gak percaya!"
"Percaya apa?" tanya Mireya bingung.
"Sudah lah Mi, gak usah diladenin manusia satu ini," ujar Salsa yang semakin muak dengan Bianca.
Bianca melangkah, berhenti di samping Mireya. "Pacar Leo? Terlalu gak mungkin!" bisik Bianca di depan telinga Mireya. Lalu, melangkah pergi bersama temannya itu.
Mireya menoleh ke arah Bianca, menatapnya. Apa yang dia maksud dengan pacar Leo? Ah, hampir lupa. Kayaknya Bianca sudah tahu soal kejadian di lorong itu.
"Kamu gakpapa, Mi?" tanya Salsa.
"Gakpapa. Sebaiknya aku cari Leo untuk latihan lagi."
"Okay."
Mireya tinggal Salsa. Di tengah langkah kaki itu Mireya mencoba menelepon Leo namun tidak juga diangkat. Apa yang tengah dilakukan lelaki itu sampai tidak bisa menerima telepon? Mireya pun pergi ke Gymnasium dan benar Leo di sana. Namun, langkah Mireya terhenti di dekat pintu lantaran ragu untuk mengganggu Leo yang sedang bersama seorang siswi yang wajahnya sempat Mireya lihat di UKS, waktu Mireya pingsan. Mereka nampak sangat dekat terlihat dari perempuan itu yang bersandar di bahu Leo.
"Ketua osis?"
Mendengar ada yang memanggilnya dari arah belakang sontak Mireya membalikan tubuh dan nampak Willy. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Willy dengan wajah heran.
"Mencari Kak Leo."
"Sudah ketemu?"
"Sudah, tapi ...."
Salah satu alis Willy terangkat. "Tapi, apa?"
Bagaimana Mireya mengatakannya? Mireya pun bingung. Willy yang tidak juga mendengar jawaban Mireya, melangkah pergi dari hadapan Mireya dan dapat Willy lihat Leo bersama Audry di mana Audry sudah tidak bersandar di bahu Leo.
"Le, ada yang cari tuh!" kata Willy sembari berjalan.
"Siapa?"
"Ketua osis."
Mireya pun menampakkan dirinya. Leo langsung meninggalkan Audry, berjalan ke arah Mireya. "Ada apa?" tanya Leo saat sudah di hadapan Mireya.
"Bianca sudah gak ada jadi Kak Leo bisa kembali latihan."
Audry muncul, berdiri di samping Leo. "Aku boleh ikut, kan?" tanya Audry sembari menatap Leo dan Mireya bergantian.
"Tentu saja," kata Leo sebelum Mireya membuka mulutnya.
Leo berjalan lebih dahulu bersama Audry yang setia di sampingnya. Mireya mengikuti di belakang dengan langkah sedikit pelan. Mireya pun mulai bertanya-tanya, apa kah mereka pasangan?
Sampainya di Aula ternyata ada kepala sekolah yang seorang pria itu. Mireya langsung menyapanya. "Bagaimana kemajuannya? Gak ada masalah kan?" tanya kepala sekolah pada Mireya.
"Sebelumnya pemeran pangeran akan dilakukan oleh anak klub drama tapi berhubung mendadak Rifki masuk ke Rumah Sakit jadi kami mencari penggantinya, dan ini penggantinya, Pak." Mireya perkenalkan Leo pada kepala sekolah.
"Loh, Leo. Memangnya kamu gak sibuk sama tim basket?" tanya kepala sekolah yang terlihat sudah cukup mengenal Leo.
"Kebetulan saya bisa mengatur waktunya, Pak."
"Begitu ya? Kalau gitu, saya harap kamu bisa memberikan yang terbaik saat harinya." Kepala sekolah menepuk pelan lengan Leo.
"Ada Audry juga, Bapak gak sadar."
Audry tersenyum hangat. "Bukan kah saya terlalu besar untuk gak kelihatan?" Audry mencoba bercanda.
"Kalau gitu, Bapak gak akan ganggu lagi." Kepala sekolah tersenyum yang dibalas senyum oleh Mireya dan Audry.
Leo kembali ke atas panggung sementara Mireya dan Audry mengamati di bangku penonton. "Perfect bukan Leo sebagai cowok?" tanya Audry tiba-tiba sembari menatap Leo.
Mireya menatap sebentar Audry yang terlihat mengagumi Leo. "Siapa pun yang jadi pacarnya beruntung yaa," ujar Mireya sembari menatap Leo.
"Kamu tahu? Leo gak pernah punya pacar. Padahal dia lahir di keluarga yang penuh cinta. Entah apa yang membuatnya belum memilih seseorang untuk dijadikan tempatnya bersandar."
"Kalian sudah kenal lama?" tanya Mireya sembari menatap Audry.
"Kami sudah kenal sejak taman kanak-kanak. Orang tua kami berteman baik, dan kami pun melakukan hal yang sama."
"Maksudnya, kalian berteman?" tanya Mireya yang memastikan 'sesuatu'.
"Iya. Melihat kamu gak tahu soal itu, aku pikir kamu bukan salah satu penggemar Leo."
Entah kenapa Mireya merasa... lega. Sebelum Mireya membuka mulutnya, dari arah panggung Leo memanggil Audry yang langsung menghampiri. Mireya perhatikan kedua orang itu di mana Leo meminta Audry berperan sebagai cinderella.
Kenapa mereka gak pacaran saja? Leo terlihat perhatian dan menyayangi Audry, dan Audry pun nampak nyaman bersama Leo. Lamunan Mireya buyar beriringan dengan getar handphone yang berada di saku sweater pink soft nya itu. Di sana terdapat panggilan masuk dari Ibu tiri-nya.
"Hallo, Bu."
"Papa kamu masuk Rumah Sakit! Sekarang ada di IGD."
Deg
Sontak Mireya langsung pergi dari sana dengan langkah tidak santai. Semua orang yang melihat, heran. Berbeda dengan Leo, apa ada masalah?. Leo mengkhawatirkan Mireya.