Loading...
Logo TinLit
Read Story - Main Character
MENU
About Us  

Nampak sebuah mobil sport putih yang berhenti tepat di depan gerbang Sekolah SMA pelita harapan satu yang mengundang banyak mata, menatapnya kagum. Keluar dari dalam seorang siswi berambut panjang sedada sedikit bergelombang, berwajah kecil. Berjalan masuk dengan murid lainnya yang baru datang.

Gadis dengan senyum hangat bernama Mireya itu bertegur sapa dengan beberapa siswi. Seorang Mireya yang terkenal begitu baik hati bukan hanya sebagai Ketua OSIS, melainkan sebagai teman. Bahkan Mireya terkenal memiliki keluarga yang sempurna terlepas dari status Ibu dan Kakak perempuannya yaitu tiri.  Siapa yang tidak ingin memiliki kehidupan macam Mireya dengan Ibu tiri sebagai presenter berita ternama, Kakak perempuan tiri seorang model internasional, dan Ayah yang sibuk menjadi Direktur bank?

Seorang siswi dengan bando pink yang dipakainya, menghampiri Mireya. "Oh ya, Mi. Kostum belum diambil. Pulang Sekolah ambilin, yaa?"

"Itu bukannya tanggung jawab kamu?" Dengan wajah sedikit bingung. Kenapa siswi di hadapannya itu menyuruhnya?

"Pulang Sekolah aku ada urusan keluarga jadi gak bisa mampir-mampir."

Bukankah mengambil kostum tidak memakan waktu sampai setengah jam? Padahal jika dipikir-pikir lagi seharusnya siswi itu menyempatkan waktu untuk menyelesaikan tugasnya yang sebentar itu. Namun, karena Mireya "terlalu" baik, Mireya mengiyakan.

"Masih di tempat sebelumnya, kan?" tanya Mireya.

"Yaps. Kalau gitu, aku duluan yaa." Siswi dengan bando pink itu berlalu tanpa mengucapkan terima kasih.

Mireya kembali melanjutkan langkah kaki dengan wajah yang masih baik-baik saja, walau ia harus direpotkan seseorang. Direpotkan oleh hal yang bukan menjadi tanggung jawabnya.

"Biar aku yang ambil kostumnya," kata siswi berambut hitam lurus sebahu yang dibiarkan terurai.

"Gakpapa, aku saja," kata Mireya sembari menatap siswi yang berjalan di sampingnya yang bernama Kinanti.

Saat Mireya kembali menatap lurus ke depan kinanti menghela nafas. "Kamu gak lelah Mi terus terlihat baik-baik saja? Belum nanti pas ke Aula, pasti ada saja yang minta bantuan kamu."

"Aku gakpapa, Kin." Tanpa menatap Kinanti.

Kinanti hanya bisa menggelengkan kepala. Entah sampai kapan sahabatnya dari SMP itu terus bersikap terlalu baik. Entah Mireya suka menolong atau memang bodoh?

Baru saja meletakkan ransel di atas meja, datang salah satu teman sekelas menghampiri Mireya yang duduk bersebelahan dengan Kinanti.

"Mireya, aku lupa bawa buku kamu! Gimana dong? pr-nya dikumpulkan hari ini," kata siswi berambut hitam panjang bergelombang yang saat itu diikat satu, dengan raut wajah bukan merasa bersalah, lebih tepatnya takut Mireya tidak meminjamkannya buku lagi lain waktu saat dia tidak masuk. Kenapa tidak pinjam pada yang lain? Karena tentu sekalian melihat jawabannya, bukan? Mireya adalah siswi dengan peringkat satu di kelas.

"Sudah dikasih pinjam, bisa-bisanya lupa!" ucap Kinanti dengan nada tegas dan tatapan mata tajam.

"Gakpapa. Masa ada waktu, aku bisa mengerjakannya sekarang."

"Gitu ya? Sekali lagi maaf ya, Mi."

"Iya, gakpapa." Mireya tersenyum. Senyum yang membuat Kinanti menatap tak percaya Mireya. Bagaimana bisa Mireya tersenyum?! Jika Kinanti yang jadi Mireya, Kinanti tentu akan meluapkan emosinya karena gara-gara orang itu harus mengerjakan pr lagi dalam kurun waktu singkat.

Setelah siswi itu pergi Mireya langsung duduk, mengeluarkan buku dari dalam tas dengan Kinanti yang terus memperhatikan sembari berdiri. Raut wajah yang tidak suka dengan sikap Mireya yang sejak dahulu selalu terlihat "baik-baik saja".
.
.

Ketika mapel pertama selesai, Mireya disuruh guru perempuan yang mengajar biologi itu untuk menaruh beberapa buku di Ruang Guru, karena guru perempuan itu akan langsung pergi ke Ruang kepala sekolah. Mireya yang terkenal "penurut" tentu menjalankan tugasnya. Meninggalkan Kelas sesaat dengan 3 buah buku berukuran sedikit tebal yang dibawanya.

Turun ke lantai dua dari lantai empat menggunakan tangga, Mireya berhenti di depan pintu yang bertuliskan teacher's room. Diketuknya pintu, lalu membukanya. Terlihat hanya ada satu guru perempuan yang berada di meja-nya. Guru dengan kerudung abu-abu. "Maaf, Bu. Saya mau taruh bukunya bu Laras."

"Oh ya, silakan."

Berjalan ke salah satu meja, Mireya taruh buku di atas meja, lalu melangkah pergi dari sana. Saat Mireya berjalan di lorong yang sebelumnya tidak ada orang, terdapat seorang siswi dan siswa yang sedang berbicara. Entah apa yang dibicarakan sampai terlihat wajah serius dari si siswi.

"Maaf, tapi aku gak bisa. Aku sudah punya pacar," kata siswa yang parasnya tampan seperti idol Korea. Bahkan bukan hanya wajah yang terlihat bagus, proporsi tubuhnya nampak okay.

Mireya yang melewati kedua orang itu, pura-pura tidak dengar. Walau sejujurnya terdengar sangat jelas, mereka pun pasti bisa tahu hal itu. Tiba-tiba salah satu tangan Mireya ditarik hingga membuat Mireya terkejut. Mireya menatap tak percaya siswa berparas idol Korea itu yang tengah memegang tangannya.

"Ini pacar saya," kata siswa itu dengan nada santai.

Hah? Pacar?! Sejak kapan aku punya pacar??

Siapa yang tidak terkejut jika dalam satu hari tiba-tiba memiliki kekasih? Seorang lelaki yang sebelumnya tidak ada dalam rencana. Mireya hendak berkata, namun ucapannya tertahan lantaran melihat siswi itu seperti akan menangis, terlihat dari mata yang berkaca-kaca.

"Ini gak—" Mireya mencoba menjelaskan yang sebenarnya, namun siswi itu sudah keburu pergi.

Mireya melepas kasar tangan siswa itu yang masih memegang tangannya. "Aku tahu alasan kamu melakukan itu karena gak mau sama dia, tapi gak seperti ini juga caranya!" Mireya marah.

"Kenapa kamu gak bisa bantu aku? Bukankah seorang Mireya terkenal dengan kebaikannya?"

Mireya semakin dibuat tak percaya dengan lelaki di hadapannya itu. Entah dari mana lelaki itu mengenalnya, atau memang Mireya seterkenal itu. "Aku hanya membantu mereka yang membutuhkan bantuan!" ucap Mireya tegas.

"Oh ya? Bukankah kamu membantu tanpa berpikir dulu? Mereka benar-benar harus dibantu atau nggak."

Wajah sih tampan, enak dipandang, namun sikapnya sungguh membuat Mireya ingin meninju wajah itu. Sangat menyebalkan! Perkataan itu seperti sedang menghina sikap baik Mireya.

"Yang lebih tahu aku!"

"Benar. Lagi pula gak ada urusannya sama aku," kata siswa itu yang menjadi kalimata terakhir sebelum melangkah meninggalkan Mireya yang menatap penuh kekesalan.

Sampainya di Kelas di mana belum ada guru, Mireya duduk dengan wajah masih kesal, hingga membuat Kinanti bertanya-tanya. "Kamu kenapa, Mi?" tanya Kinanti.

"Kamu kenal cowok di Sekolah kita yang badanya tinggi terus wajahnya kayak idol Korea itu gak?"

"Siapa sih yang lagi kamu bicarakan?" Kinanti nampak bingung.

"Tadi aku ketemu salah satu siswa yang sangat sangat menyebalkan!"

"Semenyebalkan apa sih? Belum pernah aku lihat kamu sekesal ini."

"Kamu kalau di posisi aku pasti ingin melakukan hal yang sama juga, meninju wajahnya!"

Kinanti tersenyum, merasa lucu dengan wajah kesal Mireya yang jarang sekali terlihat.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Monologue
633      431     1     
Romance
Anka dibuat kesal, hingga nyaris menyesal. Editor genre misteri-thriller dengan pengalaman lebih dari tiga tahun itu, tiba-tiba dipaksa menyunting genre yang paling ia hindari: romance remaja. Bukan hanya genre yang menjijikkan baginya, tapi juga kabar hilangnya editor sebelumnya. Tanpa alasan. Tanpa jejak. Lalu datanglah naskah dari genre menjijikkan itu, dengan nama penulis yang bahkan...
Mimpi & Co.
1191      770     2     
Fantasy
Ini kisah tentang mimpi yang menjelma nyata. Mimpi-mimpi yang datang ke kenyataan membantunya menemukan keberanian. Akankah keberaniannya menetap saat mimpinya berakhir?
The Emergency Marriage Secret
133      42     0     
Romance
Raina tidak pernah berpikir bahwa hidupnya akan berubah drastis hanya karena satu permintaan terakhir dari sang Ayah. Permintaan yang sederhana namun berat, menikah. Calon suaminya adalah seorang dokter muda, anak dari sahabat lama Ayahnya. Raina tidak mencintai pria itu, bahkan nyaris tak mengenalnya. Tapi demi Ayah yang terbaring sakit dengan riwayat jantung melemah, Raina mengiyakan. ...
Sendiri diantara kita
1260      726     3     
Inspirational
Sendiri di Antara Kita Arien tak pernah benar-benar pergi. Tapi suatu hari, ia bangun dan tak lagi mengingat siapa yang pernah memanggilnya sahabat. Sebelum itu, mereka berlima adalah lingkaran kecil yang sempurna atau setidaknya terlihat begitu dari luar. Di antara canda, luka kecil disimpan. Di balik tawa, ada satu yang mulai merasa sendiri. Lalu satu kejadian mengubah segalanya. Seke...
Let Me be a Star for You During the Day
1077      583     16     
Inspirational
Asia Hardjono memiliki rencana hidup yang rapi, yakni berprestasi di kampus dan membahagiakan ibunya. Tetapi semuanya mulai berantakan sejak semester pertama, saat ia harus satu kelompok dengan Aria, si paling santai dan penuh kejutan. Bagi Asia, Aria hanyalah pengganggu ritme dan ambisi. Namun semakin lama mereka bekerjasama, semakin banyak sisi Aria yang tidak bisa ia abaikan. Apalagi setelah A...
Ameteur
93      82     1     
Inspirational
Untuk yang pernah merasa kalah. Untuk yang sering salah langkah. Untuk yang belum tahu arah, tapi tetap memilih berjalan. Amateur adalah kumpulan cerita pendek tentang fase hidup yang ganjil. Saat kita belum sepenuhnya tahu siapa diri kita, tapi tetap harus menjalani hari demi hari. Tentang jatuh cinta yang canggung, persahabatan yang retak perlahan, impian yang berubah bentuk, dan kegagalan...
Halo Benalu
1099      495     1     
Romance
Tiba-tiba Rhesya terlibat perjodohan aneh dengan seorang kakak kelas bernama Gentala Mahda. Laki-laki itu semacam parasit yang menempel di antara mereka. Namun, Rhesya telah memiliki pujaan hatinya sebelum mengenal Genta, yaitu Ethan Aditama.
Layar Surya
1746      1011     17     
Romance
Lokasi tersembunyi: panggung auditorium SMA Surya Cendekia di saat musim liburan, atau saat jam bimbel palsu. Pemeran: sejumlah remaja yang berkutat dengan ekspektasi, terutama Soya yang gagal memenuhi janji kepada orang tuanya! Gara-gara ini, Soya dipaksa mengabdikan seluruh waktunya untuk belajar. Namun, Teater Layar Surya justru menculiknya untuk menjadi peserta terakhir demi kuota ikut lomb...
Langit-Langit Patah
28      24     1     
Romance
Linka tidak pernah bisa melupakan hujan yang mengguyur dirinya lima tahun lalu. Hujan itu merenggut Ren, laki-laki ramah yang rupanya memendam depresinya seorang diri. "Kalau saja dunia ini kiamat, lalu semua orang mati, dan hanya kamu yang tersisa, apa yang akan kamu lakukan?" "Bunuh diri!" Ren tersenyum ketika gerimis menebar aroma patrikor sore. Laki-laki itu mengacak rambut Linka, ...
Ikhlas Berbuah Cinta
1231      831     0     
Inspirational
Nadhira As-Syifah, dengan segala kekurangan membuatnya diberlakukan berbeda di keluarganya sendiri, ayah dan ibunya yang tidak pernah ada di pihaknya, sering 'dipaksa' mengalah demi adiknya Mawar Rainy dalam hal apa saja, hal itu membuat Mawar seolah punya jalan pintas untuk merebut semuanya dari Nadhira. Nadhira sudah senantiasa bersabar, positif thinking dan selalu yakin akan ada hikmah dibal...