Aku pernah mikir, jadi orang itu harus punya sesuatu yang “wow”. Harus hebat. Harus menonjol. Harus bisa jadi bahan cerita di seminar motivasi atau minimal masuk di slide PowerPoint yang sering dibagikan lewat WA grup keluarga.
Tapi kenyataannya...
Aku bukan orang yang wow.
Aku nggak punya pencapaian viral.
Nggak pernah jadi ranking satu.
Nggak bisa nyanyi, apalagi main alat musik (kecuali rebana waktu SD, itu pun disuruh mundur ke barisan belakang karena mukulnya nggak kompak).
Dan jujur aja, lama-lama aku capek ngejar versi hebat yang katanya harus aku jadiin tujuan hidup. Karena ternyata... hidup bukan lomba, dan aku bukan peserta audisi ajang pencarian bakat.
Aku cuma manusia biasa yang kadang bangun kesiangan, suka beli kopi padahal tahu saldo e-wallet lagi sakaratul maut, dan sering mikir overthinking cuma gara-gara chat “oke.” doang tanpa emoji.
Tapi justru di situ letak lucunya.
Dan indahnya.
Dan nyatanya.
Aku bukan tokoh utama dari film superhero. Tapi aku pernah nyelametin temen dari quarter life crisis cuma dengan nemenin makan siang dan dengerin dia curhat sambil pura-pura ngerti astrologi.
Aku bukan influencer dengan followers jutaan. Tapi aku pernah bikin orang senyum cuma karena ngirimin stiker lucu di chat tengah malam.
Aku bukan motivator. Tapi aku tahu rasanya nyemangatin diri sendiri waktu lagi nggak ada yang ngerti. Dan itu, teman-teman, adalah bentuk kekuatan super yang tidak kelihatan di CV.
Hidupku mungkin nggak luar biasa.
Tapi hidupku nyata.
Dan ternyata, itu cukup.
Cukup untuk bikin aku bersyukur bisa ngelewatin hari demi hari walau kadang absurd.
Cukup untuk bilang ke diri sendiri, “Hari ini nggak sempurna, tapi aku masih di sini.”
Cukup untuk sadar, bahwa menjadi diri sendiri itu memang capek... tapi juga satu-satunya jalan pulang yang paling nyaman.
Kita sering lupa bahwa menjadi manusia biasa bukan berarti gagal.
Menjadi biasa berarti… kita bisa jadi diri sendiri tanpa tekanan.
Bisa bikin kopi sambil nyanyi fals.
Bisa nyender di jendela dan mikir, “Ya udah sih, hidup nggak harus luar biasa buat bisa dinikmati.”
Aku sekarang tahu:
Aku mungkin nggak jadi inspirasi banyak orang.
Tapi aku bisa jadi temen yang ngertiin.
Aku mungkin nggak punya cerita menggelegar.
Tapi aku punya tawa, air mata, dan pelajaran hidup yang… ya, valid banget.
Dan kalau kamu merasa biasa-biasa aja, bukan berarti kamu gagal.
Kamu nyata.
Dan itu, percayalah, jauh lebih berharga daripada sekadar luar biasa.