Azalea Mahardika
Aku benar-benar di buat malu oleh pak mario, setiap kami berbelok, ada saja siswa-siswi yang melihat kami sambil menatap heran ada yang menahan tawa karena aku melototi orang yang berusaha menertawakan nasip sial ku ini.
"Arghhh..sial banget gue hari ini, di gandeng sama manusia segede raksasa!" batinku berisik, mana berani aku mengatakannya langsung, bisa-bisa aku selamanya akan diborgol dengannya.
"Pak kita mau ke mana si?" Tanya Lea, disaat di giring ke suatu tempat.
"Kamu diam aja, sebentar lagi nyampek kok." Ujar pak Mario tanpa menengok ke belakang, pandangan nya pokus ke arah depan.
Aku hanya bisa diam, disaat lengan kanan ku masih setia terborgol. aku hanya sedikit melirik ke arah jendela, aku lihat banyak anak-anak yang melihat ku di jendela, muka mereka terlihat ada yang sedang bergosip ke temannya dan ada yang berekspresi ketawa julid, saat melihat ku bergandengan tangan bersama pak mario.
Lalu tiba-tiba saja kami berbelok ke ruangan guru, kurasa pak Mario ingin membawaku ke hadapan Bu Marina.
What the fack, tamatlah riwayatku. Ternyata benar dugaan ku, pak Mario membawaku menghadap bu wali kelas dan aku tidak tahu orang asing yang sedang berbincang dengan wali kelasku itu.
"Good morning ms.marina." ucap pak Mario pake gaya-gaya mengucapkan selamat pagi kepada Bu Marina dalam bahasa English.
"Good morning pak Mario, apa yang bapak lakukan terhadap lea?" Tanya Bu Marina sambil melihat kami serta borgol yang masih menyatu di lengan kami.
"Hehehe... Ini cuman main-main sedikit aja Bu dengan Lea, pak Cakra, nih saya sudah membawa anaknya kemari." Ujar pak Mario, aku hanya diam, dan melongo seperti orang bodoh.
"Oh baiklah, kemarikan tangan kalian berdua, biar saya bisa melepas borgol itu terlebih dahulu !" Perintah sang detektif Cakra.
Setelah beberapa saat, akhirnya bisa lepas juga dari borgol jahanam ini. Benar-benar membuatku lega, tapi aku jadi sekilas menatap wali kelasku, dan berbalik menatap pria berjas dengan kemeja putih dan dasi hitam, orang yang tadi pagi aku liat sedang berbincang dengan Bu mawar di depan asrama pagi tadi.
"Hai Lea, nama saya Cakra Dewangga, lalu nama lengkap mu?" Tanya orang berjas hitam tersebut.
"Nama saya Azalea Mahardika, dan langsung ke intinya saja pak detektif cakra, ada yang ingin ditanyakan?" Aku melihat ekspresinya, sedikit terkejutan di mukanya.
Asumsi ku saat melihat dia terkejut, mungkin dia kaget. kenapa bocah ini tidak merasa takut bertemu dengan detektif kepolisian, Yap aku tahu dari name tag yang di kalungi di lehernya.
"Ku rasa kau tahu, identitas ku langsung karena ini." Dia mendekatkan name tagnya ke wajahku.
Aku hanya mengangguk pelan, setelahnya dia masukan name tagnya ke saku dalam jasnya. Dia memandangi ku begitu intens dan aku memberikan tatapan seperti tak mau kalah, aku juga tidak menunjukan muka takut di hadapannya, setelahnya dia memulai bicara.
"Baiklah sebentar ya Lea, oh ya Bu Marina bolehkah saya pinjam siswi ibu sebentar?" Tanya pria tersebut.
"Boleh pak detektif Cakra, anda bisa membawa Lea pergi, tapi saya mohon setelah bel ke dua berbunyi, biarkan Lea kembali ke dalam kelas. sebagai murid dia harus tetap berada di ruang kelas di jam pelajaran saya." Ucap Bu Marina begitu lembut, ku kira tadi tampangnya akan terlihat marah besar, ternyata wali kelas baru ku ini tipe guru yang super baik.
"Baik Bu Marina, saya permisi ke ruangan kedisplinan bersama pak mario." Ucap pak Cakra dengan anggukkan pelan.
Detektif Cakra melangkah dengan tenang keluar pintu, aku masih begong. sebenarnya aku ingin di bawa ke mana, apa aku akan di interogasi oleh dia. Lalu pak Mario menepuk pundakku cukup kenjang, hingga aku mulai sadar dari lamunan ku.
"Ayo jalan nak Lea, malah bengong aja!" Ujar pak Mario.
Setelahnya kami berdua mengikuti pak Mario, dan pria berjas ada di sampingku, aku tahu sekali-kali dia melirik ke arahku, tapi saat aku meliriknya, tatapan kami bertemu, tapi dia hanya tersenyum kecil, sedangkan aku hanya membuang muka ke sisi sebelah.
Setelahnya kami sudah berada di depan ruangan pak Mario, pak guru berbadan besar, tinggi dan berotot tersebut. mulai memutar kunci ke lubang pintu, dan setelahnya pintu pun dia buka dengan lebar.
Dia mempersilakan pak Cakra dan aku masuk dan duduk di bangku, ternyata pak Mario tidak ikut ke dalam, dia menunggu di luar ruangan.
Pak Cakra duduk di kursi putar milik pak Mario, sedangkan aku duduk di bangku kayu saja, sambil melipat kedua lengan ku di atas meja kayu jati yang lebar, berwarna coklat dan kokoh.
Kami saling melempar tatapan, sebelum memulai obrolan, kurasa aku akan di interogasi olehnya.
Pak Cakra mengeluarkan foto siswi perempuan, aku mengenal muka perempuan tersebut. wanita itu ialah mantan teman ku, di saat kami kelas 1 namanya kalau tidak salah Acha. Batinku berbisik
"Kau kenal dia, apa dia teman mu?" Tanya orang di seberang sana, sambil mendorong lebih dekat foto tersebut mendekati kedua lengan ku yang masih terlipat di atas meja.
"Aku kenal dia, tapi dia bukan temanku, jadi kalau pak cakra punya masalah dengan orang ini, bapak bisa langsung ke kelasnya XI IPA 2." Ucap ku tanpa basa-basi.
"Dia adalah Acha Vanessa, dia dulu teman sekelasmu saat kelas 10 IPA 1, tapi sayangnya aku dengar-dengar sekarang kau tidak akrab dengannya dan beberapa hari yang lalu kau sempat berbincang dengan Acha dan memberi peringatan yang cukup menarik, apa yang saya katakan betul adanya nak Lea?" Tanyanya masih masih melipat lengan di bawah dadanya.
"Iyaps itu benar, saya memang sempat adu mulut dengan nya" Aku mengangguk memberi tanda kalau memang benar begitu.
" Baik..saya lanjutkan, aku dan senior menemukan jasadnya tanpa busana dan kepalanya hilang, jadi hanya tubuh, kedua tangan dan kakinya yang masih tersambung ditubuhya. jasad nya kaku saat di temukan di dalam kamar asrama nya di lantai 3 nomor 6, apa sebelum meninggal kau sempat juga berbicara dengan si korban?." Jelasnya panjang lebar, dan dia mulai bertanya lagi, aku yang mendengarnya tersenyum kecil dan Kurasa dia pasti melihat sedikit reaksiku.
"Kenapa kau tersenyum saja, ayo ceritakan saja padaku, semua hal yang menyangkut siswi ini !" Titahnya sambil mengamati mukaku.
"Ternyata benar dugaan ku, dia terbunuh juga akhirnya, itu salahnya tidak mau mendengar perkataan ku tempo lalu, di saat kami berdua berbicara dengan sengit, dia mengabaikan peringatan ku dengan muka sok bodoamat nya, padahal pengutit itu terus mengikutinya diam-diam, dasar bodoh!" Kataku menjelaskan dengan rinci sambil tetap tersenyum.
"Apa kau tahu siapa yang mengutitnya?" Tanyanya sambil melipat kedua lengan nya di sisi meja seberang sana.
"Aku tidak tahu, tapi aku tahu alasannya, orang itu mengutitnya diam-diam." Ucap ku semakin menyeringai dan pak Cakra memajukan wajahnya hingga wajah kami hanya berjarak 5cm.
"Apa kau mengira si pengutitnya lah yang membunuh si korban?" Tanyanya menilik ke dalam mata, sedang mencari jawaban ku di dalam sana.
"Ku rasa mungkin iya tapi juga tidak, aku tidak tahu jelas motif sebenarnya dari si pengutit itu." Ucapku sambil menatapnya
"Apa kau menaruh dendam pada wanita itu? kata salah satu temannya, kau membencinya dan hendak membalas pembullyan yang dia lakukan, bersama dengan teman-temannya." Ucapnya, semakin dekat ke wajahku.
Aku hanya tersenyum saja, sambil meliriknya, dia menunggu suatu reaksi di muka ku, atau ada yang aneh dengan riasan gotik ku.
Ruangan terasa sunyi dan cukup mencekam, kami saling melempar tatapan saja sedari. Aku tahu apa yang ada dipikiran detektif itu. apa kau pembunuhnya Lea?. Kurasa seperti itu bunyi pertanyaan berikutnya.
Sayangnya detektif Cakra membuang muka terlebih dahulu ke arah pintu, karena terdengar deritan suara pintu terbuka dari luar, aku menoleh dan melihat pak Mario menggenggam 2 kaleng kopi bermerek, dan langsung menaruhnya di atas meja.
Beberapa detik kemudian, bel pelajaran ke 2 berbunyi, aku langsung mengambil satu kopi kaleng, dan meninggalkan detektif Cakra dan pak Mario mulai mengobrol hal-hal ringan.
"sebentar Lea, apa nanti saya bisa berbicara dengan mu, setelah bel istirahat pertama berbunyi?" Tanya detektif Cakra kepada ku, disaat sudah melewati pintu keluar.
Aku menengok ke arahnya dan hanya mengangguk pelan, aku segera bergegas pergi dari ruangan itu menuju ruang kelasku.
Baru prolog udah ada yang mati๐ญ
Comment on chapter Prolog