Acha Vanessa
Hujan deras disertai kilatan petir yang mengelegar sedang terjadi pada malam hari, di pusat kota jakarta. Membuat kemacetan yang cukup parah, rintik hujan menerpa kaca depan mobil putih milikku.
Di tambah malam ini, aku kedinginan karena seluruh badan dan juga baju ku basah, sebab aku sehabis berantem lagi dengan mantan pacar ku, Jackson di rumah besar miliknya itu.
Jacklah pelaku yang menyiram muka serta pakaian ku dengan air minum yang tadinya ingin dia teguk, dia marah karena ponsel miliknya aku sembunyikan, lalu aku melihat foto-foto di galeri, DM Insta dan aku juga membuka room chatnya dengan viona.
Padahal dia sudah berjanji akan putus dari viola, tapi tetap saja dia masih terus spam chat dengan mantan sahabat ku itu, hal itu membuatku marah besar dan menolak balikan dengan mantan ku yang menjengkelkan itu.
Setelah terjebak macet cukup lama, akhirnya mobil ku bisa berjalan dengan mulus hingga sampai ke sekolah.
Di saat sudah sampai ke gerbang sekolah, dengan sigap pak satpam yang berada di pos nya, langsung membuka gerbang sekolah, agar aku bisa masuk ke dalam.
Aku memarkirkan mobil di tempat parkiran sekolah, setelah sudah terparkir mobil ku dengan benar. Aku melihat di sekeliling ku, tak ada seorang pun, hanya ada dedaunan yang terbang di terpa angin malam ini dan ternyata hujan sudah berhenti sedari tadi. tanah yang lembab, membuat sepatu heels ku yang berwarna pink menjadi kotor, itu membuat ku semakin bete.
Lalu aku berjalan menuju asrama putri yang berada cukup jauh dibelakang sekolah kami yang mewah ini.
Setelah sampai asrama, aku langsung saja, masuk ke dalam lift. Mau buru-buru ke kamar asrama ku. Tubuhku sudah menggigil parah, make up pun juga luntur, rambut lepek bukan main, hari ini benar-benar hari yang sial untukku.
Aku langsung pencet tombol lantai 3, lalu lift pun dengan perlahan naik ke atas. Setelahnya pintu lift terbuka lebar, tampak lorong asrama dengan pintu-pintu dikanan dan kiri terlihat begitu sepi.
Aku mendongakkan kepala ke luar lift, ingin melihat apa ada orang yang masih bangun, ternyata benar-benar sepi. Tidak ada seorangpun di lorong kamar asrama putri.
Langsung saja aku melangkahkan kaki dengan cepat menuju kamar ku yang bernomor 6. Tapi anehnya aku merasa ada seseorang yang melirik tajam ke arah ku, secepatnya aku berlari ke pintu asrama ku.
Disaat aku memasukan kunci ke lubang pintu, ku coba melirik ke sebelah kiri, tepat ke arah pintu lift. oh my god. muncul seseorang berpakaian Hoodie hitam dan memakai kacamata bulat, serta sebagian wajah yang tertutup masker, baru hendak keluar dari lift menuju ke arah ku dengan langkah yang cepat.
Tanpa pikir panjang aku putar kunci nya ke arah kanan hingga terdengar bunyi klek, tanda sudah bisa dibuka.
Setelah terbuka, secepatnya aku melenggang masuk ke dalam. Di saat aku ingin menutup pintunya kembali, Muncul sneaker hitam yang menahan pintu ku sehingga sulit tertutup.
Aku mulai ketakutan dan akhirnya berteriak begitu histeris, orang berhodie di seberang menutup mulutku, Lalu membuka tudung Hoodienya dan juga masker yang ia kenakan.
Aku memberanikan diri menatap wajah cowok tersebut, ternyata dia adalah mantan ku Arka. Setelahnya dia melepas tangannya yang menutupi mulutku, sambil tersenyum begitu manis.
"Sutt...diam, boleh aku masuk?" Tanyanya, sambil meletakan jari telunjuknya ke bibirku yang kecil nan imut ini.
"Kenapa kau mengagetkan ku, kau hampir membuatku jantungan tadi." Ucapku sambil menggenggam telunjuknya.
"Sorry..i have something for you, may i come in?" pintanya agar di perbolehkannya masuk ke kamar ku.
"Yes of course my honey." Ucapku setuju sambil tersenyum lebar kepadanya.
Setelahnya ku buka pintunya, agar dia bisa masuk ke dalam. Lalu ku biarkan dia duduk di sofa panjang ku yang berwarna pinky.
Secepatnya aku bergegas menuju kulkas miniku, lalu ku buka pintu kulkas dan ku ambil 1 botol sprite, setelahnya aku serahkan botol sprite lemon ukuran sedang ke tangannya.
"Kamu semakin sexy saja sekarang." Gombal arka sambil tersenyum nakal dan melirik setiap inci di tubuhku. Dia pun sambil meneguk setegah botol sprite, lalu menaruhnya di meja.
"Ihh nakal ya matanya, tumben sekali kau bertingkah begitu manis sekarang Arka, apa...kau belum move on dariku?" Tanya ku sambil menggenggam rahang tegas miliknya, dan aku sambil melihat wajahnya yang manis, dia adalah mantan ku yang very cute boy.
Dia menyentuh kain dress yang masih basah yang menyetak jelas di area dada sampai ke pinggang ku, dress yang aku pakai ini adalah dress mini berbahan sutra berlapis 2, bermotif Bunga sakura pink dengan latar putih.
"Aku sudah berusaha untuk move on, tapi ternyata sulit untuk move on dari gadis secantik kamu, aku begini hanya agar mengubah suasana di antara kita saja." Gombal maut yang keluar dari bibirnya, membuat pipiku merah padam.
Tingkah manja Arka baru kali ini aku lihat sekarang, apa dia berubah karena dia tahu aku tidak suka dengan sifat nerd dan kutu bukunya itu.
Dia menarik lengan ku, hingga tubuh ku terjatuh di pangkuannya. Pandangan mata kami bertemu, aku jelas bisa melihat iris matanya yang berwarna coklat terang, warna kulit putih, tahi lalat kecil di kiri mata dan bulu matanya yang lentik, begitu mempesona ingin terus memandangnya sedekat ini.
Dia mulai meraba pinggang ku, terus naik ke bagian atas dada ku, karena aku sudah tidak tahan dengan tangannya yang nakal itu. Ku genggam tangan tersebut, ku bawa hingga menyentuh pipiku.
Setelahnya aku mencium bibir tebal miliknya, dan dia mulai membalas ciuman sengit ku. Setelahnya kami berhenti sejenak, dia melepas pangutan di bibirku, untuk bisa mengambil napas dan tiba-tiba saja aku merasa ada yang janggal.
Saat itulah aku baru menyadari jika arka paling anti di cium sejak kami pacaran. Apa ini arka yang ku kenal. pria itu menyodorkan sprite yang tadi ia minum.
"Minumlah dulu, kau telihat tampak lelah sekarang!" Ucapnya sambil menyodorkan botol sprite yang sisa setengah itu kepadaku.
aku mengangguk, lalu meminum sprite punyanya yang tinggal setengah, hingga tandas tak tersisa. Ku buang botolnya ke sembarangan arah, kulihat lagi wajahnya tanpa kacamata begitu perfect di setiap sudut muka, rahang, dan tengkuknya yang naik-turun di lehernya yang jenjang.
Beberapa saat aku merasa mata ku berkunang-kunang, aku tidak tahan lagi dengan hawa kantuk ku yang tiba-tiba datang.
Aku langsung memejamkan kedua mata ku dan tertidur pulas di dada bidangnya, yang terakhir ku lihat adalah wajah arka sedang memakai lagi kacamata bulat dan sambil tersenyum begitu lebar di samping ku.
Baru prolog udah ada yang mati๐ญ
Comment on chapter Prolog