Suara guntur yang menggelegar dan disertai hujan deras di luar, membuyarkan kenangan menyakitkan pada masa itu.
Neyra memutuskan untuk mengganti lagu rainy days karya V BTS di earphone nya, dan beranjak dari bangku ke atas tempat tidur.
Neyra bisa merasakan angin malam yang begitu dingin dan begitu menusuk ke kulit mulusnya, karena Neyra hanya menggunakan kaos berlengan pendek dan celana pendek yang menutupi sebagian tubuh.
aku sendirian dan hanya bertemankan guling dan selimut doraemon yang ku genggam dengan erat untuk menghangatkan tubuhku, sepertinya teman satu apartemenku belum pulang, apa dia terjebak hujan deras di luar sana?lalu aku mengambil ponsel di atas nakas.
Aku tatap layar hp yang berbentuk persegi panjang tersebut, tertera empat angka di sana 11.00 malam. aku rasa madoka tak pulang malam ini karena terjebak hujan deras di luar sana.
Neyra membalikkan badan ke kiri tetap dalam posisi memeluk guling dan berselimutkan kain tebal. Sekilas ia menatap ke arah jendela untuk memastikan, jika jendelanya sudah tertutup rapat. Ia menutup kedua matanya dan berusaha meluncur ke dunia mimpi.
Terdengar suara deru motor yang bersaut-sautan, Bagas ingin menyalip pengendara yang ada di depannya, Satria mengencangkan motornya, lebih kencang lagi karena sudah melihat garis finish tepat 10 meter di hadapannya.
Sorak-sorai pendukung dan ke 3 sahabat nya Satria yaitu Jean, Andre, Alex sedang meneriaki kalimat penyemangat "ayo bro dikit lagi...buruan gasss poll !!".
Bagas tertinggal jauh di belakang sana, karena matanya pedih terkena asap dari kenalpot Motor milik Satria.
Satria menggas motor agar lebih cepat, dan beberapa saat Satria dan Motornya sampai ke garis finish, dan berhenti tepat di depan ku sambil tersenyum manis yang berbahaya. gawat kok firasat gue aneh ya, semoga nih bocah GK minta yang aneh-aneh deh ke pacar gue. Batinku cemas memikirkan kekalahan telak pacar ku.
Semua orang-orang dan sahabat satria mendekat ke arah pria tersebut, mereka semua memberi ucapan-ucapan selamat dan mereka tertawa berbarengan saat melihat motor pacar ku baru sampai garis finish.
"Gue menang dan Lo kalah lagi, udah gue kata Lo gak bakal menang ngelawan gue, pake segala nantangin gue lagi, sekarang gue minta hadiah gue!" Seru Satria congkak di hadapan aku dan pacarku.
"Yaudah lu mau apa cepetan, sebutin aja apapun kemauan lo gue kasih...cepat sat!!" Bagas menyerah dan malu akan kekalahannya. semoga si satria ini gak minta cewek lagi buat dia permainin kaya waktu itu.batin ku berbisik.
Satria menimbang-nimbang terlebih dahulu apa keinginan nya, beberapa saat dia menjentikkan jari, dan lalu " okey gue udah tahu keinginan gue sekarang, gue minta cewek lo!...mau kan neng Neyra jadi pacar Aa Satria?"
Seketika aku memandang wajah cowokku, aku berharap Bagas bisa menolak permintaan yang konyol itu. Tapi sayangnya dia hanya diam membatu, ini membuatku semakin cemas.
Neyra tahu permintaan pemenang adalah hal yang mutlak, jika tidak mengabulkannya maka cowoknya akan di seret tubuhnya dengan motor hingga kulit punggungnya terbakar terkena gesekkan aspal yang panas dan tidak rata, atau lebih parahnya lagi, satria bisa saja membunuhnya.
"Oke gue rasa diemnya pacar lo tandanya setuju, jadi Ney besok bakal jadi pacar gue ya selama 1 semester, alias sampai kita lulus SMA, Neyra cantik!" Ucap Satria sambil menepuk-nepuk pipi gempi ku hingga bergoyang.
"Enak aja, gue gak Sudi jadi pacar lo, dan hari ini gue mau kita putus Bagas!" Sugut ku gak terima dijadikan barang taruhan murahan mereka.
Di samping aku melihat Bagas sedari tadi diam membatu, mungkin dia juga syok baru saja mendengar kata putus keluar dari mulut ku.
Tanpa basa-basi Neyra langsung menarik tangan Wina sahabatnya, agar keluar dari kerumunan orang-orang yang sedang menonton pertikaian ku dengan pacar ku yang gila itu, semua orang yang melihat kami mulai asyik bergosip tentang kekalahan pacarku dalam balapan motor malam ini.
Saat aku mulai memotong jalan untuk hendak pergi. Tiba-tiba lengan ku di genggam cukup erat oleh tangan kekar mantanku bagas.
“Ney…dengerin gue dulu, maksud gue tuh tadi mau nyerahin cewek yang lain, bukan lo Ney!” Sangkalnya buru-buru karena panik melihat ku marah dan langsung memutuskannya di depan banyak orang.
Ku tatap iris kedua matanya yang berwarna almond itu dengan raut wajahnya yang tampak menyesal, dan seperti memohon dimaafin. mulai sekarang aku membenci pria bodoh ini, batinku di dada yang berbicara.
“Lepasin gue sialan, menurut lo semua cewek barang mainan lo. habis manis, sepat dibuang. Gue benci banget sama laki-laki yang gak bisa ngehargain cewek macam lo! Teriak ku gak sabar pengen cabut, gak betah berlama-lama ngeliat wajahnya yang macam lutung.
Tanpa sadar ternyata satria sudah ada di sampingku, dia mencengkram lengan Bagas dengan sangat kuat hingga bagas meringis kesakitan.
“Lo budek ya, cewek gue bilang lepasin tangan lo brengsek!”. Ucapnya keras tadi tepat di depan daun telinga Bagas, hingga telingannya berdegung. membuat Bagas menatap sengit Satria dengan wajah yang murka.
Akhirnya cengkram tangan kekar itu mulai melemah. Aku menyentak keras tangan Bagas, dengan cepat aku berlari pergi keluar dari kerumunan orang yang sedang menonton perkelahian dua pria berbadan kekar tersebut, mereka sedang asyik saling tinju muka lawannya.
Akhirnya aku sampai ke parkiran motor, motorku bersebelahan dengan motor mantan ku dan teman-teman Bagas.
Aku tendang saja motor mantan ku hingga roboh ke samping, lalu menciptakan efek domino dalam sekejap satu deret motor gede di sampingnya ikut terjatuh ke tanah yang becek karena genangan air dari gerimis yang tak henti-hentinya sedari tadi membasahi bumi.
“Tenang dulu Ney, gue tau lo sakit hati, karena dijadikan barang taruhan sama pacar lo, tapi gak gini donk caranya!” Ujar Wina sambil memelukku dia berusaha membuat ku tenang dalam pelukannya.
“Gue sakit win, kenapa harus gue yang jadi bahan taruhan mereka, gue gak nyangka Bagas Setega itu sama gue.” bisikku bersama deras nya air mata yang keluar dari kelopak mataku.
“Yang sabar Ney, gue yakin lo kuat buat ngadepin rasa sakit itu, waktu pasti akan menyembuhkan luka-lukamu.” Ucapnya sambil terus mengelus-elus punggung belakangku.
“thanks wina, lo bener gue wanita yang kuat, gue gak boleh tangisi pria brengsek itu.” secepatnya air mata di pipi ku, ku usap kasar dengan punggung tanganku.
aku langsung menunggangi motor BMW hitam mengkilap ku. Secepatnya ku pasang kunci ke lubangnya, ku nyalakan motor ku, setelahnya Ku lempar jaket hitam dengan lambang serta tulisan God drivers milik Bagas secara sembarangan ke tanah. di saat Wina sudah duduk di jok belakang, aku langsung tancap gas melintasi jalan raya yang sepi.
Angin mulai kencang menerpa dedaunan yang jatuh di sekitarnya, diiringi gemuruh guntur yang bersaut-sautan tandanya hujan deras akan datang. sesaat kemudian turunlah hujan, titik-titik air menerpa kaca helm dan tubuhku pun ikut basah kuyup dan kedinginan yang tidak ku hiraukan.
Suara petir yang menggelegar membengkakkan telinga, sebab earphone sebelah kanan terjatuh ke sprei.
Hal itu berhasil mengusik tidurku, kenapa mimpi konyol itu lagi. Ini bermula semenjak aku meninggalkan kota jakarta dan menetap di jepang, ingatan konyol tentang masa lalu SMA dan pertengkaran dengan orang tua ku, membuat ku jadi sulit tidur dengan tenang sekarang.
masih dengan mata mengantuk kulihat jendela terbuka cukup lebar sehingga kain hordeng ku hampir basah semua, ternyata aku lupa untuk menguncinya. Tanpa pikir panjang ku beranjak dari tempat tidur ku, hingga guling ku terjatuh ke lantai. Ku bergegas menutup dua jendela itu dan tak lupa menguncinya.
“Yahh basah deh hordengnya.” Gumamku. terdengar suara ketukkan di pintu, sekejap pokus ku teralihkan pada pintu kamarku, siapa ya apa itu doka dengan langkah kecil aku mendekati pintu.
Saat sudah berada tepat di depan pintu, ku sandarkan kepalaku ke pintu, suara ketukan nya lumayan keras membuat ku kaget.
Beberapa detik terdengar suara “woi Ney lu ma-sih bangun gak hacciw?” terdengar suara bersin dan menggigil, sepertinya itu teman ku madoka.
Aku buka lebar pintuku, dan tampaklah seorang wanita muda berkulit putih dan berbadan agak gemuk dengan tinggi 175cm berdiri diam matanya yang panda dan pipi yang gempi, serta memakai coat yang sudah basah kuyup.
“Eh lama amat si, ming-gir Sono mau ma-suk!” terdengar suara menggilnya.
“stop jangan masuk, kamar mu kan di sebelah sana.” aku menghalanginya masuk dan sambil menunjuk ke seberang sana.
“Iya tau, aku pengen pinjem handuk untuk mandi, handuk ku basah karena mengelap wajah dan rambut ku yang basah kuyup ini.”
Secepatnya aku menyuruhnya tetap diam di sana saja, aku mulai mengambil handuk yang aku gantungkan di paku, lalu ku berikan handuk itu ke tangan nya, tanpa bicara dia langsung masuk ke dalam kamarnya sendiri.
Wanita harunya di sayang, bukan buat taruhan, jadi ikut sedih mba neyra😢
Comment on chapter Chapter 1: mimpi konyol yang terus berulang