Loading...
Logo TinLit
Read Story - SONGS OF YESTERDAY
MENU
About Us  

The story picks up where Secret in Silence left off, so I'd suggest reading book one first for the best experience!

**

**

**

"Jika kau tidak mengaku, aku pastikan kau tak akan melihat matahari terbit besok pagi."

Ia beranjak dari kursinya, lalu melangkah pelan melintasi kertas-kertas perkamen yang berserakan di lantai. Kemudian, berhenti tepat di depan pintu. Perempuan berambut emas itu bersenandung lembut, menyanyikan lagu masa kecilnya seraya tangannya menyusuri pinggiran kursi mewah.

Di hadapannya, seorang lelaki tua terduduk tegang di kursi. Rambut putihnya acak-acakan, matanya menatap Molly dalam pandangan horor. Dia menelan ludah dengan susah payah ketika jari-jari perempuan itu menyentuh punggung tangannya. Kemudian, ia mengerang saat sulur tanaman ivy yang berkilauan mengeratkan ikatannya pada tangan dan kakinya.

"Vince," Molly memanggil lembut. "Apa kau dengar?"

"A-aku tidak tahu siapa yang kau maksud!" Vince bersikeras.

Vince menelan ludah, dadanya naik-turun cepat saat Molly mengangkat jemarinya, seakan hendak menyentuh wajahnya. Tapi, ia berhenti. Senyum tipis menghiasi bibir perempuan itu.

"Namanya Rolan," Molly mengulangi, kali ini lebih pelan, setiap suku katanya meluncur seperti pisau halus yang siap menyayat. "Rambut merah, mata hijau. Seorang penyair. Sering terlihat di alun-alun desa."

Vince merapatkan bibirnya, tak berani mengedip.

Molly kemudian berjongkok di depan Vince, merayapi wajah lelaki tua itu dengan tatapannya. "Kau pasti mengenalnya," bisiknya.

"Sudah kukatakan, aku tidak mengenalnya!"

"Omong kosong!" Molly membentak. Matanya menyala dalam temaram cahaya lilin, membuat tanaman ivy yang berkilauan itu mengencangkan ikatannya ke leher Vince. "Kau memerintah Rolan untuk memisahkanku dengan saudara-saudaraku! Kau melakukannya karena kau tidak menyukai Agatha dan ingin menguasai bisnis Pamanku!"

Vince mendesah kesakitan, matanya membelalak lebar, dan napasnya tercekat. "I-itu tidak benar..."

"Bohong!"

Anjing hitam Vince yang juga terikat tiba-tiba menggonggong. Molly yang kesal mengayunkan jarinya, membuat sulur tanaman bergerak mengikat mulut si anjing, membungkamnya.

Molly membungkukkan tubuhnya, mendekatkan wajah. "Vince, aku benci mengulang pertanyaanku."

Pria tua itu mulai terisak, masih menyangkal keterlibatannya. Molly mendesah dramatis, dan sulur itu kini merambat ke pipinya seperti tentakel hidup.

"Aku berkata jujur!" Suara Vince pecah dalam tangisan, matanya yang renta berkaca-kaca. "Aku tidak tahu pria yang kau maksud! Tidak ada yang namanya Rolan di desa ini. Kau salah orang, aku tidak pernah memiliki rencana seperti itu pada keluargamu! Perjodohanku dengan keluarga Edagon murni karena aku membutuhkan seorang istri untuk menemani masa tuaku. Aku tidak pernah berpikiran untuk membunuh adikmu atau menghilangkan kakakmu! Aku berani bersumpah dalam nama leluhurku!"

Mata Molly menyipit, jari-jarinya yang ramping berdenyut seolah merasakan gelombang kejujuran dalam kata-kata Vince. Ada getaran samar dalam suara pria tua itu, ketakutan yang lebih dalam dari sekadar kebohongan, sesuatu yang mentah dan tulus.

Untuk sepersekian detik, Molly ingin percaya, bahwa Vince hanyalah korban dari kesalahpahaman. Namun, sebelum keyakinan itu sempat bertunas, pria tua itu menggeram, mendongak, sorot ketakutan dalam matanya berubah mencemooh.

"Tapi, aku sudah menyadari kalau akhirnya akan seperti ini. Keluargamu memang seharusnya lenyap!" Vince menantang. "Kalian hanya membawa kesialan! Seharusnya keluargamu mengerti kalau perempuan tidak diciptakan untuk menolak jodohnya! Ini adalah kesalahan kalian sendiri! Agatha menghilang? Pandia mati? Itu harga yang pantas untuk mereka! Kau pikir dunia ini peduli pada perempuan-perempuan pembangkang seperti kalian? Kalian adalah aib bagi desa ini!"

Sesuatu yang keras memukul setiap inci kendali emosi Molly. Napasnya tersengal, bukan karena kesedihan, tetapi karena amarah yang meluap. Cahaya lilin bergetar, beberapa padam seketika. Sulur-sulur itu kini berdenyut, menghitam, berkilauan seperti baja.

Mata Molly berkilat terang, dan dalam suara sedingin salju, ia berbisik, "Kalau begitu, biar aku tunjukkan padamu apa yang terjadi pada mereka yang menyembunyikan kejahatannya."

Kemudian sulur-sulurnya menumbuhkan duri-duri tajam siap melukai kulit keriput Vince. Satu sulur tumbuh menjulang dan mengeluarkan sekuntum bunga mawar merah muda sebesar dua kali kepala manusia. Bunga itu mengeluarkan suara desisan ular saat membuka mulut, memamerkan gigi-gigi tajamnya, siap melahap kepala Vince.

Di saat bersamaan, anjing Vince berhasil lepas dari ikatannya, kemudian berlari cepat menyerang Molly dari belakang. Sayang, sebelum ia berhasil mencapai targetnya, api dari pendiangan tiba-tiba menyembur seperti lidah naga yang marah, memisahkan keduanya. Anjing itu menangis kesakitan, lalu berlari terbirit-birit meninggalkan tuannya.

Lantas, api itu berbelok, meluncur secepat kilat, melahap bunga mawar raksasa milik Molly yang kini tampak seperti meneteskan air mata api, menyelamatkan Vince dari cengkeraman maut. Mawar itu terbakar habis, kelopaknya menjadi abu yang terbang ke udara. Setelah berhasil membakar habis mawar itu, api itu kembali tenang ke pendiangan.

Molly menyipitkan matanya, menilai situasi dalam diam. Ia tahu siapa yang mengendalikan api itu. Vince bergeming, terperangkap dalam tatapan tajamnya, saat keduanya mendengar suara derak lantai kayu dari belakang.

"Apa yang kau lakukan di sini, Hugo?" Molly bertanya tanpa membalikan badan.

Hugo muncul lengkap dalam seragam militernya. Ia menyandarkan tubuhnya pada kosen pintu seraya melipat tangannya ke dada. Lelaki itu menyeringai saat Molly memandangnya dari balik bahu.

"Seharusnya aku yang bertanya begitu." Hugo menjawab datar. "Aku mendapatkan laporan kalau ada penyusup di rumah ini. Ternyata itu kau. Sangat menggemaskan bisa bertemu sepupuku dalam kondisi mengamuk begini."

"Oh, tuan prajurit! Tolong aku!" Vince berkata penuh harap, meronta di kursinya saat Hugo berjalan mendekat. "Tolong selamatkan aku dari perempuan gila ini! Dia menuduhku membunuh kakak dan adiknya tanpa bukti-"

Ucapannya teredam saat duri pada tanaman itu menusuk bagian tengkuk Vince, membuat pria tua itu pingsan dalam hitungan detik. Hugo menjentikkan jarinya, menghidupkan setitik api di antara sulur tanaman Molly, membakarnya seolah membakar sebuah kertas dalam api kecil yang penuh hati-hati.

"Dasar pembohong," Molly akhirnya berkata. "Kau tidak bertugas malam ini."

"Yang artinya kau sedang beruntung malam ini. Aku harusnya tahu kalau kau menggunakan essentia-mu untuk balas dendam," balas Hugo dingin. Dia kemudian menarik pergelangan tangan Molly, memaksa perempuan itu menghadap padanya. "Kita pulang."

Molly menekuk wajahnya, tak setuju. "Tidak- hei!"

Belum sempat Molly menyelesaikan ucapannya, Hugo lebih dulu menarik tangannya kasar, membuatnya terhuyung maju. Lelaki bermata biru itu menariknya pergi dari ruangan, tak memberikan kesempatan bagi Molly untuk mengadu argumennya. Hugo menarik tudung jubah Molly, menyembunyikan wajahnya dari penglihatan para pelayan keluarga Vince, sebelum akhirnya keluar dari pintu belakang.

"Lepaskan aku, Hugo! Kau tidak berhak mengaturku!" geram Molly.

Hugo menyergah, "Ini bukan dirimu, Mol!"

Mereka melangkah melintasi halaman belakang yang tembus ke jalan sempit penghubung sungai desa. Selama perjalanan itu pula, Molly meronta, merengek meminta agar Hugo melepaskan pegangannya. Tanaman ivy tumbuh dari tanah dan melilit kaki Hugo berkali-kali, berharap dapat menghentikannya. Namun, lelaki itu berhasil terbebas dengan bantuan apinya. Sampai-sampai pohon di dekat mereka bergetar hendak berdiri.

Hugo berdecak dan menarik Molly ke gang sempit dan gelap. Ia mendorong sepupunya ke dinding, lalu mengunci kedua tangannya.

"Lepaskan aku! Aku tidak akan berhenti sampai aku berhasil mendapatkan Rolan!" Molly menggeram, rambut emasnya memanjang, kemudian mengeras membentuk ranting tanaman hidup yang siap menusuk mata sepupunya. Lantas, ranting-ranting itu tersulut api kecil, membakar bagian ujung rambutnya.

"Apa peraturan pertama bagi seorang essentor, Molly?" Hugo bertanya lembut setengah mengerang kesakitan saat sulur bunga mawar yang penuh duri tumbuh dari balik seragamnya, melukai leher dan kedua pipinya.

Molly mengerucutkan bibirnya, menatap liar sepupunya. "Simpan pembelajaranmu, Hugo! Rolan masih ada di luar sana, aku harus-"

"Aku bilang, apa peraturan pertamanya?!" Hugo menyela, setengah membentak, membuat Molly terdiam. Napas mereka tersengal-sengal dan keheningan mulai menyelimuti keduanya.

Menyadari sesuatu, bibir Molly bergetar saat mengatakan, "Se-seorang essentor harus bisa mengendalikan emosinya."

Seketika itu juga, sulur tanaman mawar yang menyerang sepupunya perlahan-lahan turun dari tubuh lelaki itu. Molly menarik napas tajam dan menggelengkan kepala saat air mata mulai membasahi wajahnya.

Hugo menatap Molly yang terisak dalam diam. Gadis itu tampak begitu kecil di hadapannya sekarang-tidak lagi sosok yang mengancam dengan sulur-sulur berbisa, melainkan seorang perempuan yang kehilangan pegangan, terhimpit oleh beban dendam.

"Apa yang sudah kulakukan?" Suara Molly pecah. "Aku ... aku hampir membunuh seseorang."

Ia menggigit bibirnya, mencoba menahan isak. Tetapi tubuhnya bergetar. Mata Hugo melembut. Ia mengulurkan tangan, menyentuh pipi Molly dengan hati-hati, seakan takut gadis itu akan runtuh dalam genggamannya.

"Kau sudah pergi terlalu jauh," kata Hugo, bukan sebagai seorang prajurit, melainkan sebagai keluarga.

Molly menutup matanya, membiarkan dahi mereka bertemu, menyerap ketenangan dari kehadiran sepupunya. Hugo tidak memarahinya. Tidak menghakiminya. Dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa tidak sendirian.

Seolah tak dibiarkan bernapas, suara peluit terdengar dari arah kediaman rumah Vince. Disusul oleh suara kegaduhan pelayan wanita, geraman para pria, dan langkah kaki para prajurit. Cahaya obor mulai memenuhi gang-gang desa. Suara derap langkah mereka semakin dekat.

Menyadarinya, Hugo kemudian langsung menarik Molly dan berbisik, "Kita pergi sekarang."[]

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Luka dalam Asmara
1543      770     0     
Romance
Penyihir wanita yang dikhianati oleh sang kekasih memicu sebuah penyakit yang menjangkit umat manusia dari masa ke masa. Wabah darah merebak, manusia berubah menjadi monster haus darah. Namun semua berubah ketika gadis bernama Eva yang merupakan reinkarnasi jiwa penyihir jatuh cinta dengan monster yang dia ciptakan.
Gue Mau Hidup Lagi
431      286     2     
Short Story
Bukan kisah pilu Diandra yang dua kali gagal bercinta. Bukan kisah manisnya setelah bangkit dari patah hati. Lirik kesamping, ada sosok bernama Rima yang sibuk mencari sesosok lain. Bisakah ia hidup lagi?
Surat Dari Masa Lalu
1530      770     8     
Fantasy
Terresa menemukan dirinya terbangun di kehidupan masa lalu. Setelah membaca surat yang dikirim oleh seseorang bernama Beverla Tuwiguna Darma. Dirinya memang menginginkan kembali ke masa lalu agar dia bisa memperbaiki takdirnya, namun bukan sampai ke kehidupan zaman kuno seperti yang terjadi saat ini. Dia harus menemukan kunci agar dia bisa kembali ke zamannya sendiri. Petualangan Terresa akan dim...
Train to Heaven
1008      658     2     
Fantasy
Bagaimana jika kereta yang kamu naiki mengalami kecelakaan dan kamu terlempar di kereta misterius yang berbeda dari sebelumnya? Kasih pulang ke daerah asalnya setelah lulus menjadi Sarjana di Bandung. Di perjalanan, ternyata kereta yang dia naiki mengalami kecelakaan dan dia di gerbong 1 mengalami dampak yang parah. Saat bangun, ia mendapati dirinya berpindah tempat di kereta yang tidak ia ken...
My Naughty Wolf
10285      1446     3     
Fantasy
Rencana liburan musim dingin yang akan dihabiskan Elizabeth Brown di salah satu resor di pulau tropis bersama sahabat-sahabat terbaiknya hanya menjadi rencana ketika Ayahnya, pemilik kerajaan bisnis Brown Corp. , menantang Eli untuk menaikan keuntungan salah satu bisnisnya yang mulai merugi selama musim dingin. Brown Chemical Factory adalah perusahaan yang bergerak di bidang bahan kimia dan ter...
PROMISES [RE-WRITE]
6081      1790     13     
Fantasy
Aku kehilangan segalanya, bertepatan dengan padamnya lilin ulang tahunku, kehidupan baruku dimulai saat aku membuat perjanjian dengan dirinya,
The Maze Of Madness
5254      1887     1     
Fantasy
Nora tak banyak tahu tentang sihir. Ia hidup dalam ketenangan dan perjalanan normal sebagai seorang gadis dari keluarga bangsawan di kota kecilnya, hingga pada suatu malam ibunya terbunuh oleh kekuatan sihir, begitupun ayahnya bertahun-tahun kemudian. Dan tetap saja, ia masih tidak tahu banyak tentang sihir. Terlalu banyak yang terjadi dalam hidupnya hingga pada saat semua kejadian itu merubah...
Waiting
1726      1278     4     
Short Story
Maukah kamu menungguku? -Tobi
When I Was Young
9243      1920     11     
Fantasy
Dua karakter yang terpisah tidak seharusnya bertemu dan bersatu. Ini seperti membuka kotak pandora. Semakin banyak yang kau tahu, rasa sakit akan menghujanimu. ***** April baru saja melupakan cinta pertamanya ketika seorang sahabat membimbingnya pada Dana, teman barunya. Entah mengapa, setelah itu ia merasa pernah sangat mengenal Dana. ...
Di Bawah Langit Bumi
2414      925     87     
Romance
Awal 2000-an. Era pre-medsos. Nama buruk menyebar bukan lewat unggahan tapi lewat mulut ke mulut, dan Bumi tahu betul rasanya jadi legenda yang tak diinginkan. Saat masuk SMA, ia hanya punya satu misi: jangan bikin masalah. Satu janji pada ibunya dan satu-satunya cara agar ia tak dipindahkan lagi, seperti saat SMP dulu, ketika sebuah insiden membuatnya dicap berbahaya. Tapi sekolah barunya...