Di langit Callindra, cahaya cinta bukan hanya harapan, tapi juga sekaligus sebagai senjata dan ancaman.
Dalam diam, Raja Vergana Armushu berdiri di tepi Fluvia Sentis, menyaksikan sungai emosi itu berubah warna, merah menyala. Tanda cinta manusia kembali tak seimbang. Ini berarti menjadi sebuah peringatan, bahwa para Match Breaker harus turun tangan, untuk melaksanakan tugas.
“Segera panggil Freya Amethys!” titahnya pada bayangan di belakangnya yang masih duduk bersimpuh seraya menundukkan wajah.
Tatapan sang raja masih terpaku pada hamparan sungai yang warnanya semakin memerah. Berbagai kecamuk rasa serta bermacam-macam pikiran tengah menguasai jiwanya.
Usai melakukan sembah salam hormat, sosok di belakang sang raja pun segera menghilang dengan secepat kilat.
****
Sementara itu, di tempat lain, Freya tampak membuka matanya perlahan-lahan, kemudian berulang kali mengerjap. Ini merupakan sebuah pertanda bahwa misi berikutnya telah dimulai.
Namun kali ini, wanita itu sama sekali tak mengetahui perubahan besar yang akan dihadapinya. Misinya yang sekarang, akan membuatnya mempertanyakan segalanya—terutama siapa dirinya.
Menarik sekali
Comment on chapter World Building dan Penokohan