Anka tidak pernah menyukai genre romantis, itu faktanya. Baginya, genre romantis hanyalah fiksi yang dipaksa berdiksi nyata.

Terlalu banyak imajinasi yang ditarik paksa menjadi nyata. Tak nyata, tapi dibuat seolah sempat menjadi nyata.

Maka, ketika kepala redaksi menyerahkan naskah terbaru untuknya—dengan kilasan mata tajamnya—Anka terpaku: genre fiksi remaja, romantis.

Apa-apaan ini?

Apakah kantor redaksi akan segera mencapai epilog-nya?

Hingga seorang Anka, yang telah menerima banyak naskah selama lebih dari tiga tahun, sang editor dari genre misteri, thriller—mesti menerima tugas milik editor lain?

Belum sempat Anka menolak, kepala redaksi memberi pesan akhir: seorang editor yang terbiasa menyunting naskah untuk genre fiksi remaja, romantis, tidak diketahui keberadaannya.

Hilang tanpa kabar.

Apa katanya? Hilang? Tidak masuk akal. Cuti atau mengundurkan diri masih memungkinkan.

Padahal waktu yang diterima untuk menyunting naskah kali ini benar-benar terbatas.

Kenapa ... Anka?

Dia ditinggalkan seorang diri dalam ruangan itu. Hanya untuk memaksa indera penglihatannya membaca satu deret nama beserta judul menjijikkan.

Penulis : Denting
Judul : Revisi Emosi
Genre : Fiksi remaja, romantis

Rasanya, hanya dengan nama dan judul saja, Anka hampir mual. Nama pena macam apa itu? Terlebih dengan judul ... Revisi Emosi?

Apakah ini saatnya bukan hanya Anka yang bertugas merevisi naskah—tapi juga hatinya yang perlu direvisi?

Bagaimana Anka harus jatuh hati dan patah pada sebuah naskah kali ini?

Jika Anka saja ... terpaksa?