Loading...
Logo TinLit
Read Story - Intertwined Hearts
MENU
About Us  

Bau antiseptik yang menyengat menusuk hidung Sheyna ketika sampai di rumah sakit. Langkahnya tergesa-gesa menuju ruangan dimana Nara berada. Di belakangnya, ada Zevan yang juga sama paniknya dengannya.

Beberapa menit lalu, ketika Zevan hendak pulang dari rumahnya, Nara menelponnya. Tanpa pikir panjang, Sheyna langsung mengangkat telepon tersebut dan berniat meminta maaf atas kejadian siang tadi. Namun, ternyata bukan suara Nara yang menyapa di ujung sana. Melainkan suara seorang pria asing terdengar di seberang sana. Tenang, tapi cukup membuat jantung Sheyna berhenti berdetak.

"Halo, maaf, apa ini dengan keluarga atau kerabat pemilik HP ini?"

"I-iya, saya temannya Nara, pemilik ponsel ini. Kenapa HP ini bisa sama Anda ya?"

"Oh gitu ... ini gue mau ngabarin kalau yang punya HP ini kecelakaan tunggal, tapi udah dibawa ke RS Harapan."

"APA?! O-oke saya ke sana sekarang," ucap Sheyna yang langsung mematikan sambungan telepon itu dan berteriak memanggil Zevan, "Zevan!" teriak Sheyna sambil mendekati motor yang baru saja dinyalakan oleh pemuda itu.

Zevan menoleh cepat, keningnya berkerut melihat wajah Sheyna yang pucat dan panik.

"Nara kecelakaan! Buruan ke RS Harapan, Van!"

Mata Zevan langsung membulat. Tanpa bertanya lebih jauh, segera setelah Sheyna melompat naik ke boncengan dengan tangan gemetar, ia melesat dengan kecepatan tinggi membelah jalanan dengan perasaan tak karuan.

"Jangan gini, Ra, please," batin Zevan. Dadanya terasa sesak seperti dipukul dari dalam, membayangkan yang tidak-tidak tentang kondisi Nara.

Sesampainya di rumah sakit, Zevan dan Sheyna menanyakan informasi pasien kecelakaan tunggal ke resepsionis rumah sakit. Setelah mengetahui dimana ruangan Nara, mereka bergegas ke sana tanpa pikir panjang. Di bangku tunggu yang berada di depan ruang UGD tempat Nara dirawat, ada seorang pemuda dengan seragam sekolah yang duduk di sana.

Pemuda itu menengok kala menyadari bahwa ada seseorang yang datang. Ia kemudian berdiri dan berkata, "Temennya Nara?" tanya pemuda itu.

"Iya. Gimana kondisinya? Nggak parah kan? Nggak ada luka serius kan?" tanya Sheyna bertubi-tubi.

Bukannya menjawab, pemuda itu justru mengulurkan ponsel dan juga dompet yang tentu saja milik Nara kepada Sheyna. "Gue kurang tahu, dokternya belum bilang apa-apa karena emang belum keluar. Kelihatannya sih cuma luka ringan aja, tapi nggak tahu kalau ada luka dalam atau nggak," jawab pemuda itu dengan tenang.

Sheyna sedikit lega mendengar hal itu. Ia kemudian melangkah menuju pintu dan mengintip ruangan Nara dari sana.

Sementara Zevan yang entah mengapa tidak menyukai pemuda itu. Namun, ia merasa familiar dengan orang ini.

"Lo anak Nusa Bakti?" tanya Zevan.

"Lo bisa lihat sendiri," katanya sambil menyuruh Zevan melihat seragamnya.

Zevan membaca nama di badge pemuda ini.

Raksha Dylan Sadewa.

Tatapan mereka berdua lantas bertemu setelah Zevan membaca badge pemuda bernama Raksha ini dan Raksha pun menyadari bahwa Zevan sudah mengetahui namanya. 

"Eh, ini emang belum boleh masuk ya?" tanya Sheyna kembali menghampiri mereka berdua setelah beberapa saat mengintip ruangan Nara.

Raksha menggeleng tipis setelah mengalihkan pandangannya ke arah Sheyna. 

"Ya udah, biar kita yang nungguin Nara sekarang," ujar Zevan lalu memberi jeda sejenak sebelum berkata, "Makasih bantuannya."

Mendengar itu, Raksha menatap datar ke arah Zevan lalu ke arah pintu ruangan Nara. Ia menghela napas sebelum akhirnya mengangguk dan langsung pergi dari sana.

"Makasih banyak!" seru Sheyna karena Raksha sudah melenggang pergi. "Btw, namanya siapa deh? Lupa kan nggak nanyain. Tapi kok seragamnya kayak seragam sekolah kita ya?" lanjut Sheyna meminta pendapat Zevan.

Zevan mengiyakan dan langsung duduk di bangku itu sembari menunggu dokter keluar.

"Demi apa? Oh, berarti gampang lah nyarinya."

"Hah?" 

Sheyna menoleh, menyadari ekspresi Zevan yang memberinya tatapan penuh dengan kecurigaan dan ketidakpercayaan dengan Sheyna yang masih bisa memikirkan hal 'itu' di saat kondisi Nara saja mereka belum tahu pasti.

"Nggak, Van. Ihh, lo mah curigaan. Maksud gue tuh gampang kalo misalnya nanti Nara nanyain siapa orang yang ngembaliin dompet sama HP dia ke RS dan kalo dia mau ngucapin makasih gitu ..."

Zevan tak menanggapi perkataan Sheyna lagi. Ia juga tidak berniat memberi tahu nama Raksha kepada Sheyna.

Alih-alih, ia justru berharap bahwa tidak ada luka serius yang dialami oleh Nara. Ia juga penasaran mengapa Nara bisa mengalami kecelakaan itu. Apa yang terjadi padanya saat itu? Seharusnya, tadi ia mengantar Nara pulang setelah mengetahui sendiri apa yang baru saja dialami oleh gadis itu. Tiba-tiba, Zeva merasa bahwa ini adalah salahnya. 

"Van, kita perlu ngabarin ibunya Nara nggak sih?" tanya Sheyna membuyarkan kegelisahannya.

"Oh iya, gue sampe lupa. Gimana kalo kita kabarin beliau setelah tahu kondisi Nara aja? Supaya kita bisa lebih prepare ngomongnya gimana. Soalnya beliau pasti shock banget kalo tiba-tiba denger kabar Nara kecelakaan."

"Iya bener juga sih. Yaudah, kita tunggu aja dulu."

Beberapa menit kemudian, akhirnya seorang perawat dan dokter keluar dari ruangan Nara. Zevan dan Sheyna yang duduk sontak berdiri dan menunggu apa yang akan dikatakan oleh dokter itu.

"Dengan kerabat pasien bernama Nara?" tanya seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan Nara, wajahnya tampak lelah tapi tenang.

"Iya, Dok! Saya temannya. Gimana keadaan Nara? Dia baik-baik aja kan? Nggak ada yang parah, kan?" Sheyna langsung menyerbu dengan nada penuh cemas, suaranya nyaris bergetar.

Dokter itu mengangguk pelan sambil mengangkat tangan, memberi isyarat agar Sheyna menenangkan diri. "Baik, tenang dulu ya. Alhamdulillah, pasien tidak mengalami luka serius. Hanya ada benturan ringan di kepala dan beberapa lecet. Kami sudah melakukan observasi awal dan semuanya dalam kondisi stabil."

Sheyna langsung mengatupkan mulutnya, menunduk dengan bahu yang gemetar lega. Zevan yang berdiri di sebelahnya menatap langit-langit sebentar, sebelum akhirnya mengembuskan napas panjang yang sedari tadi ia tahan.

"Syukurlah ..." gumam Sheyna pelan. Matanya mulai berkaca-kaca, bukan karena sedih—tapi karena rasa lega yang menyeruak begitu kuat setelah ketakutan yang luar biasa.

Dokter itu sempat memeriksa berkas di tangannya sebelum kembali menatap mereka.

"Dari hasil pemeriksaan, tidak ada tanda-tanda kerusakan organ atau patah tulang. Tapi kami menemukan gejala pusing hebat yang kemungkinan besar menjadi penyebab kecelakaan," jelasnya hati-hati.

Sheyna dan Zevan saling pandang.

"Pusing hebat?" ulang Zevan.

Dokter mengangguk. "Iya. Pasien sempat sadar sesaat di ambulans dan mengeluh kepalanya sangat berat sebelum kecelakaan terjadi. Itu menunjukkan ada kemungkinan ia kehilangan fokus karena kelelahan mental. Mungkin stres atau terlalu banyak pikiran. Tapi kami masih harus observasi lebih lanjut untuk memastikannya."

Sheyna terdiam. Rasanya seperti baru saja ditampar kenyataan.

Jangan bilang kalo ...

Seketika, suara-suara pertengkaran mereka siang tadi terngiang lagi di telinganya. Nada tinggi, kata-kata tajam, dan tatapan marah yang belum sempat dihapus oleh permintaan maaf. Dan sekarang, semua itu mungkin menjadi beban yang menumpuk di kepala Nara ... hingga membuatnya nyaris kehilangan nyawa.

"Apa terjadi sesuatu sebelum kejadian?" tanya dokter lagi.

Sheyna menunduk sejenak. "Kami ... sempat bertengkar tadi siang."

Zevan juga menunduk, menahan napas. Bahkan dokter tampak sedikit terdiam mendengar pengakuan itu.

"Kalau begitu, nanti setelah pasien sadar dan kondisinya membaik, mungkin akan lebih baik jika kalian berbaikan. Kadang, luka yang tidak terlihat jauh lebih berbahaya dari yang terlihat. Dan tolong jika bisa dihubungi orang tuanya ya."

Sheyna menunduk dalam-dalam. Kata-kata dokter itu membekas, lebih dalam dari yang ia harapkan.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • juliartidewi

    Kalau ditulis 'ada keturunan Cina' bisa menyinggung SARA.

    Comment on chapter 10 || A Threat from The Past
Similar Tags
Tumbuh Layu
388      253     4     
Romance
Hidup tak selalu memberi apa yang kita pinta, tapi seringkali memberikan apa yang kita butuhkan untuk tumbuh. Ray telah pergi. Bukan karena cinta yang memudar, tapi karena beban yang harus ia pikul jauh lebih besar dari kebahagiaannya sendiri. Kiran berdiri di ambang kesendirian, namun tidak lagi sebagai gadis yang dulu takut gagal. Ia berdiri sebagai perempuan yang telah mengenal luka, namun ...
Mimpi & Co.
947      611     2     
Fantasy
Ini kisah tentang mimpi yang menjelma nyata. Mimpi-mimpi yang datang ke kenyataan membantunya menemukan keberanian. Akankah keberaniannya menetap saat mimpinya berakhir?
Imperfect Rotation
155      136     0     
Inspirational
Entah berapa kali Sheina merasa bahwa pilihannya menggeluti bidang fisika itu salah, dia selalu mencapai titik lelahnya. Padahal kata orang, saat kamu melakukan sesuatu yang kamu sukai, kamu enggak akan pernah merasa lelah akan hal itu. Tapi Sheina tidak, dia bilang 'aku suka fisika' hanya berkali-kali dia sering merasa lelah saat mengerjakan apapun yang berhubungan dengan hal itu. Berkali-ka...
Help Me Help You
1730      1025     56     
Inspirational
Dua rival akademik di sebuah sekolah menengah atas bergengsi, Aditya dan Vania, berebut beasiswa kampus ternama yang sama. Pasalnya, sekolah hanya dapat memberikan surat rekomendasi kepada satu siswa unggul saja. Kepala Sekolah pun memberikan proyek mustahil bagi Aditya dan Vania: barangsiapa dapat memastikan Bari lulus ujian nasional, dialah yang akan direkomendasikan. Siapa sangka proyek mus...
Diary of Rana
184      156     1     
Fan Fiction
“Broken home isn’t broken kids.” Kalimat itulah yang akhirnya mengubah hidup Nara, seorang remaja SMA yang tumbuh di tengah kehancuran rumah tangga orang tuanya. Tiap malam, ia harus mendengar teriakan dan pecahan benda-benda di dalam rumah yang dulu terasa hangat. Tak ada tempat aman selain sebuah buku diary yang ia jadikan tempat untuk melarikan segala rasa: kecewa, takut, marah. Hidu...
In Her Place
814      550     21     
Mystery
Rei hanya ingin menyampaikan kebenaran—bahwa Ema, gadis yang wajahnya sangat mirip dengannya, telah dibunuh. Namun, niat baiknya disalahartikan. Keluarga Ema mengira Rei mengalami trauma dan membawanya pulang, yakin bahwa dia adalah Ema yang hilang. Terjebak dalam kesalahpahaman dan godaan kehidupan mewah, Rei memilih untuk tetap diam dan menjalani peran barunya sebagai putri keluarga konglomer...
Konfigurasi Hati
461      327     4     
Inspirational
Islamia hidup dalam dunia deret angka—rapi, logis, dan selalu peringkat satu. Namun kehadiran Zaryn, siswa pindahan santai yang justru menyalip semua prestasinya membuat dunia Islamia jungkir balik. Di antara tekanan, cemburu, dan ketertarikan yang tak bisa dijelaskan, Islamia belajar bahwa hidup tak bisa diselesaikan hanya dengan logika—karena hati pun punya rumusnya sendiri.
40 Hari Terakhir
578      446     1     
Fantasy
Randy tidak pernah menyangka kalau hidupnya akan berakhir secepat ini. Setelah pertunangannya dengan Joana Dane gagal, dia dihadapkan pada kecelakaan yang mengancam nyawa. Pria itu sekarat, di tengah koma seorang malaikat maut datang dan memberinya kesempatan kedua. Randy akan dihidupkan kembali dengan catatan harus mengumpulkan permintaan maaf dari orang-orang yang telah dia sakiti selama hidup...
Perjalanan yang Takkan Usai
357      289     1     
Romance
Untuk pertama kalinya Laila pergi mengikuti study tour. Di momen-momen yang menyenangkan itu, Laila sempat bertemu dengan teman masa kecil sekaligus orang yang ia sukai. Perasaan campur aduk tentulah ia rasakan saat menyemai cinta di tengah study tour. Apalagi ini adalah pengalaman pertama ia jatuh cinta pada seseorang. Akankah Laila dapat menyemai cinta dengan baik sembari mencari jati diri ...
YANG PERNAH HILANG
1415      560     24     
Romance
Naru. Panggilan seorang pangeran yang hidup di jaman modern dengan kehidupannya bak kerajaan yang penuh dengan dilema orang-orang kayak. Bosan dengan hidupnya yang monoton, tentu saja dia ingin ada petualangan. Dia pun diam-diam bersekolah di sekolah untuk orang-orang biasa. Disana dia membentuk geng yang langsung terkenal. Disaat itulah cerita menjadi menarik baginya karena bertemu dengan cewek ...