ᴺᴼᵂ ᴾᴸᴬᵞᴵᴺᴳ♫♬♪ ku bahagia kau telah terlahir di dunia dan kau ada diantara milyaran manusia dan kubisa dengan radarku menemukanmu......
Bersuka cita di atas dipan, pandangan Gelis tertuju pada plafon tetapi senyum itu hadir karena wajah pak Nata melekat di isi kepalanya.
"jangan takut berbagi ilmu, saling membantu, selamat berproses" Quotes Pak Natapurma
"SELAMAT BERPROSES... SELAMAT BERPROSES... SE..LA......MAT BER...PRO......SES... SELAMAT, SELAMAT " celetukan Gelis sambil berguling-guling. "ucapanmu memang bukan buatku namun, aku menyaksikannya. Dari kejauhan saja sudah memberikan rasa riang gembira, entah sampai kapan gengsiku mengalah"
Matanya turut senyum, suaranya juga tulus dan bahasa tubuhnya selalu menghargai siapapun lawan bicaranya. Bapak ini seperti madu, manisnya sudah pas. Mengingat-ngingat gelagat pak dosen
"setiap di kejauhan ku tak berhenti mengamati, tetapi saat berpapasan, senyumku tak ada juga.
Sehingga seperti biasa... tak akan ada ekspresi apapun darimu" tangan Gelis menggantung pasrah di kasur berwarna merah muda
"Sudah satu bulan aku menyukai hadirnya, kuharap ini kagum biasa, kalupun menunjukkan rasa sepertinya memalukan" Terlalu banyak mahasiswi yang tebar pesona di setiap kedatangan Pak Nata tetapi tidak dengan Gelis, yang jelas buang muka dan pura-pura tidak lihat.
"Lagian bapak ini tidak mengajar mata kuliahku, bagaimana bisa aku mencari perhatian dengan cara yang se-elegan mungkin" Gelis menepi di sudut kasur
"tiba-tiba terseyum di depan orang yang kusuka?aku tidak bisaaaa, TIDAK, GAMAU"
"JANGAN terlihat cari perhatian pada dosen muda deh, malu... perempuan sedingin ini mudah akward"
"kepribadianku tidak ceplas ceplos, andai bapak tahu" Yang jelas, Gelis kalau tertarik pasti buang muka
Gelisa pun akhirnya tertidur