Manusia memiliki hak dan kewajiban masing-masing yang dimana semua itu harus dilaksanakan agar hidup bahagia
***
Akhirnya Ariel membereskan kelas pagi yang memang membutuhkan waktu yang lama. Sekarang udah masuk jam makan siang dan kelas baru saja bubar, sebenarnya masih ada satu kelas lagi dan itu masih sekitar beberapa jam dari sekarang. Ia berharap jam kelas berikutnya tidak selama jam pertama.
Ariel memilih untuk menuju kantin tempat di mana ia melepas penat, setelah berkutat dengan pelajaran yang tidak ia sukai. Dengan menggunakan setelan biasa di tambah jaket kulit, Ariel duduk dan menikmati pemandangan orang yang lalu lalang disini.
Dengan membuka laptop Ariel mulai duduk sambil membuka ponselnya. Tidak lama berselang akhirnya kedua sahabatnya datang dan sepertinya mereka juga baru selesai dengan kelas mereka masing-masing.
"What's app bro. Baru kelar nih," sapa Riki.
"Iya nih. Gue baru kelar kelas pagi," jawab Ariel.
"Tunggu! Baru kelar satu kelas, kirain udah dua kelas. Jadi masih lama dong," sahut Hari.
"Gue mah udah kelar, satu kelas doang juga," heboh Ariel.
"Enak banget lo? kita masih ada satu kelas lagi," keluh Aiman
"Oh ya bro, kemarin lo tidur dimana?" Hari mulai kepo dengan Ariel, memang selama ini Ariel tidak memberitahu ketiga sahabatnya tentang ia tidur dimana soalnya kemarin ia memilih untuk kembali ke rumah kedua orang tuanya hanya untuk berdiam diri tidak melakukan apapun.
"Ada deh," jawab Ariel sewajarnya.
"Lo kenapa kagak ngasih tahu kita-kita sih. Kita juga kan sahabat lo, harusnya lo bisa kasih tahu."
Sebenarnya memang sih sebagai sahabat satu sama lain harus tahu keadaan masing-masing karena memang mereka telah bersama jadi sudah tahu seluk-beluk keluarga, asmara bahkan konflik masing-masing. Ariel terbuka akan hal itu namun tidak dengan pelariannya, sebenarnya ketiga sahabatnya tahu tentang konflik antara dirinya dan keluarganya akan tetapi untuk pelarian Ariel menutup rapat-rapat seolah membiarkan ia menanggung sendiri.
"Guys, sorry. Bukan gue gak percaya sama kalian. Tapi gue gak bisa kasih pelarian gue kemana, cukup tahu gue baik-baik saja. Itu sudah bahagia kan, jadi jangan khawatir ya," jawab Ariel dengan kata-kata yang bijak.
Kata-kata sukses membuat ketiga sahabatnya bungkam dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Cukup lihat dan tahu itu saja cukup bagi Ariel, Apalagi ditambah dengan kata-kata Zayn yang terus tengiang-ngiang di kepalanya
"Sip. Oke kami janji gak akan bicara apapun lagi soal perlarian lo," ucap Aiman paham.
"Gue juga sama," sahut Riki
"Baiklah. Gue percaya sama kalian, oh ya ngomong-ngomong kalian belum mau nih punya pacar." Hari malah mengalihkan pembicaraan mereka.
Karena memang di antara mereka berempat sama sekali belum mempunyai pacar, sebenarnya banyak banget yang mendekati mereka akan tetapi mereka selalu pilih-pilih, bahkan cinta monyet sekali pun belum pernah alasan cuma satu yaitu belum siap. Tapi itu dulu pada saat mereka masih SMAN dan sekarang mereka sudah kuliah, apa tidak mau merasakan cinta-cintaan yang dimana itu selalu di pamerkan di tempat ini.
"Sebelum lo ngomong itu sama kita, gue tanya sama lo. Apa lo siap punya pacar?" tanya Ariel.
"Kalo gue sih sebenernya siap, tinggal cari aja yang cocok sama gue. Tapi sebenarnya sudah ada yang gue incar sih," jawab pede Hari
"Siapa? Dan gimana orangnya?" Riki langsung melempar pertanyaan bertubi-tubi kepada Hari.
"Ada deh. Gak usah kepo," kata Hari sambil meninggalkan mereka semua.
Dan setelah itu mereka tertawa bersama.
***
Sementara itu di tempat lain Nara senang setengah mati, ia akhirnya bisa kembali ke kampus ini setelah sekian purnama tidak merasakan yang namanya menjadi orang normal karena sakit yang ia derita. Kalau dilihat-lihat dirinya memang seumuran dengan Ariel dan juga Danny yang memang berada di kampus yang sama sebenarnya Nara ke sini hanya untuk mencari Danny tapi bukan hanya itu ia juga mencari seseorang atas nama Zayn.
Nara menemukan sosok Ariel yang berada di kantin tersebut tapi sepertinya sosok gitu juga meninggalkan tempat itu dan di sana Nara berpikir bahwa Ariel sedang bersama anggota dari geng SUPERNOVA.
"Kemana Ariel pergi? Gue harus ikutin," pikir Nara.
Ternyata Ariel pindah tempat ke sebuah cafe yang dekat dengan kampus cafe yang memang sering mengingatkan dirinya kepada sosok Zayn dan Nara mencari celah untuk duduk bersama Ariel.
"Permisi. Apa disini kosong?" tanya Nara.
Ariel menatap orang yang berbicara. "Nara kan?"
"Lo Ariel?"
Mereka saling sapa walaupun ragu. Setelah memastikan satu sama lain, akhirnya mereka berdua masuk dan langsung duduk di tempat yang kosong. Jujur cafe ini benar-benar penuh dan padat banget.
"Pesen minum atau makan?" tawar Ariel
"Minum aja."
"Oke kalo gitu. Mba!"
Sambil menunggu Ariel memesan minumannya Nara mengeluarkan buku catatannya.
"Ngomong-ngomong ada apa?" tanya Ariel.
"Gini Ril. Sorry karena langsung sksd gitu aja tapi gue butuh ini untuk bahan cerita gue," jelas Nara.
"Cerita apa?" tanya Ariel.
"Gue di suruh bikin cerita tentang geng motor. Tadinya gue mau cerita sama Danny tapi ia gak paham soal begituan, jadinya Danny nyuruh gue untuk ketemuan sama lo di kampus ini," jawab Nara
"Jadi lo itu penulis?"
"Iya, gue pasien sekarat berkedok penulis , yang ingin mencurahkan cerita-cerita yang mungkin terjadi kepada gue makanya gue relasikan di sini," jawab Nara.
"Iya jadi mau nanyain apa?"
Akhirnya Nara bertanya dan di jawab oleh Ariel, tentang awal permulaan berdirinya SUPERNOVA, awal ketika Ariel masuk ke geng motor ini. Dan pembincangan kali ini memakan banyak waktu tapi Nara senang karena dapat cerita yang bisa di gunakan untuk tulisannya.
Nara senang, Ariel pun senang karena ia juga bosan menunggu temannya yang masih ada kelas masing-masing. Jadi sambil menyelam minum air mereka saling mendapatkan keuntungan masing-masing.
"Oh gitu. Tapi gimana dengan Zayn?" tanya Nara.
"Ya awalnya Kak Zayn memang menolak tapi, gue yang maksa masuk kedalam sana karena gue mau mencari sahabat yang bener-bener sejatinya," jawab Ariel.
Nara berpikir sepertinya ini ada masalah di keluarga yang memang di mana Ariel melampiaskannya dengan berkumpul bersama teman-temannya alias orang yang anggap ia sebagai sahabat Bahkan dia mendengar dari cerita Zayn bahwa Ariel akan mengeluarkan uangnya berapapun hanya untuk bersama dengan sahabat-sahabatnya itu Jadi kalau secara kasar Ariel itu dimanfaatkan dengan dijadikan ATM berjalan buat teman-temannya
Berulang kali Zayn ingatkan kepada Ariel tetap saja ia bersikap seperti itu Dan menganggap semuanya baik-baik saja asalkan dia mendapatkan teman yang bisa dianggap percaya padahal mereka hanya memanfaatkan saja, mudah-mudahan apa yang dikatakan Ariel benar agar tidak ada sakit hati di kemudian hari
***