Hati hati dalam bertindak karena tidak tahu kapan kita ceroboh
***
Setelah selesai dengan kegiatan makan makan tadi, sosok Aiman langsung meninggalkan setelah ditraktir makan oleh Ariel. Walaupun kadang-kadang ada sempat berpikir bahwa Aiman hanya memanfaatkan uangnya saja tetapi pikiran itu hanya terbersih sesaat karena selalu ia tepis dengan kenangan pertama kali mereka bertemu dan pertama kali mereka berteman.
Setelah menghabiskan makanan Ariel segera bergegas meninggalkan cafe itu, dan bersamaan dengan hal itu salah satu motor berhenti di depannya kayaknya ia sedang mengantarkan sebuah paket.
Ariel dan sosok itu beradu tatap, hingga sosok itu melewati Ariel dan segera masuk ke dalam cafe itu memberikan sebuah paket kepadanya. Setelah selesai ia langsung keluar dan mulai duduk di sana kebetulan ia memilih kursi dan meja di bagian depan.
"Ariel, duduk sini." sosok itu memanggil Ariel yang memang sedang duduk di motor.
Mendengar itu Ariel menyadari bahwa yang tadi lewati satu sama lain itu adalah Zayn. Jadi ia langsung kembali dari tempat parkiran menuju tempat dimana Zayn duduk.
"Darimana?" tanya Zayn.
"Baru beres makan sama temen, tadinya mau pulang. Berhubung ada lo disini jadinya gue gabung sama lo aja," jawab Ariel.
"Sini gabung aja, kebetulan gue lagi istirahat dan baru beres kerja," jelas Zayn.
"Lo udah kerja seharian kak. Lebih baik istirahat saja ya."
"Kalo gue istirahat, biaya makan sehari-hari gimana?"
Mendengar kata-kata itu Ariel tidak bisa berkata apa-apa lagi karena kalau sudah urusan dengan kehidupan memang ada tidak tahu menahu tentang berkaitan dengan hidup.
"Katanya lo habis makan sama temen, lo yang traktir? Apa—"
"Gue yang neraktir, emangnya kenapa?"
"Gapapa. Tapi jangan terlalu sering kita gak tahu bahwa sahabat itu baik dan selalu ada buat kita namun hati-hati biasanya selalu ada kesempatan, gue takutnya lo dimanfaatin dia karena lo banyak uang," jelas Zayn.
"Makasih kekhawatiran nya. Tenang aja gue tahu kok Aiman kayak apa."
"Syukur deh kalo gitu."
Pesenan milik Zayn datang juga dan entah kapan Zayn memesan makanan dan minuman itu tapi sepertinya yang Ariel tahu adalah ketika ia memberikan paket kepada seseorang yang ada di dalam mungkin sekalian memesan makanan untuk siang hari ini.
Ketika Zain menyantap makanannya Ariel hanya bisa terfokus pada ponselnya karena ia sudah makan tadi bersama Aiman jadi lebih baik ia menunggu ketika temannya itu makan karena memang seharian ini Zayn memang kerja keras.
Akhirnya makanan itu berhasil dihabiskan dan setelah itu sepertinya Zayn akan berangkat lagi karena masih ada kegiatan lain setelah ini namun sebelum benar-benar pergi.
"Gue bayar ya makanannya Kak," tawar Ariel.
"Gak usah," tolak Zayn.
"Kenapa?"
"Udah di bayar sama pemilik cafe."
"Allhamdulilah masih ada orang baik ya Kak."
"Iya. Ariel hari ini lo sibuk gak?" tanya Zayn sekarang.
"Enggak tuh. Kayaknya gue free hari ini," jawab Ariel.
"Gue minta tolong sama lo gak. Kebetulan hari ini gue harus beli obat buat ibu tapi gue hari ini harus masuk ke cafe soalnya bakal ada acara di sana jadi lo bisa gak, beliin obat Ibu."
Mendengar permintaan tolong itu kebetulan hari ini memang Ariel tidak ada kegiatan apapun apalagi kegiatan pengintaian yang ada dilakukan geng motornya itu belum membuahkan hasil sekarang jadi apa salahnya tidak membantu teman yang satu ini kebetulan mereka juga sudah kenal lama jadi mereka tahu kesusahan tiap masing-masing orang.
"Ya sudah sini. Biar gue aja," kata Ariel.
"Oke. Nih nama obatnya, dan Ini uangnya," serah Zayn memberikan uang.
"Udahlah kak pakai duit gue aja lagian duit gue masih banyak kok dan uang itu biar kakak simpan saja," tolak Ariel.
"Ya sudah makasih. Kalau gitu Kakak pamit dulu."
Setelah itu Zayn benar-benar meninggalkan tempat itu dan setelah beberapa menit Zayn pergi barulah Ariel pergi dari sana dan dia mulai menuju ke apotek yang berada di samping rumahnya.
Setelah sampai apotek dia tidak lupa mengambil catatan yang diberikan oleh Zayn tadi karena sedikit terbuka dia penasaran obat apa yang dibeli oleh laki-laki tersebut.
Alprazolam
Membaca nama obat itu membuat Ariel sedikit berkerut dahi pasalnya walaupun dia anak dari fakultas seni tetapi ia sering bergaul dengan anak-anak farmasi atau anak-anak kedokteran lagi yang di mana setahu Ariel nama obat itu adalah obat untuk tanaman bagi orang yang stress depresi atau susah tidur.
"Apa ini gue yang bego atau Kak Zayn?" pikir Ariel.
Karena tidak mau ambil pusing dengan apa yang dituliskan dalam kertas itu akhirnya Ariel tetap memberikan obat itu dan menyerahkannya kepada apoteker.
"Semuanya Rp. 20.000," kata apoteker.
Ariel memberikan uangnya itu walaupun lebih dari apa yang dikatakan oleh apoteker tadi.
"Kembaliannya ambil saja," kata Ariel.
Setelah menerima obat itu Ariel segera meninggalkan apotek itu menuju ke tempat di mana ibunya Zayn tinggal, kebetulan Zayn tinggal di sebuah kawasan padat penduduk yang memang di mana ekonominya berada di kelas menengah hingga ke bawah.
Setelah memarkirkan motornya di depan gang Ariel menelusuri gang gang kecil untuk mencari kediaman ibunya Zayn.
Hingga akhirnya dia sampai di sana dan langsung mengetuk pintu rumah.
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam. Zayn!"
Suara heboh ibunya Zayn langsung terhenti ketika yang datang bukan anaknya melainkan orang lain.
"Eh siapa ya?" tanya Ibu Zayn.
"Kenalkan Bu. Saya, Ariel. Temannya Kak Zayn," jawab Ariel dengan tidak lupa menyalaminya.
Walaupun Ariel jauh dari orang tuanya dan juga tergabung dalam anggota geng motor tetapi tata krama kepada yang lebih tua tetap ia Junjung tinggi karena ia tidak mau dicas sebagai anak durhaka atau anak yang tidak mempunyai sopan santun.
"Tadi Ariel, ketemu sama Kak Zayn di jalan. Dan Kak Zayn minta tolong untuk membelikan obat buat ibu karena Kak Zayn Katanya langsung ke café katanya di sana ada acara. Jadi saya yang kesini," jelas Ariel.
"Oh gitu. Makasih banyak ya, memang Zayn itu pekerja keras, jadi tidak punya waktu untuk istirahat bahkan Ibu juga selalu menekankan untuk anak Ibu istirahat tapi dia tetap kekeh untuk untuk kerja," jelas Ibu Zayn.
"Yah mungkin ini semua demi biaya hidup sehari-hari. Walaupun Kak Zayn itu lulusan terbaik di kampus tetapi rezekinya masih berada di bawah."
Ariel tahu. Bahwa memang Zayn ada halusan terbaik di kampus tetapi karena belum rezeki yang ditentukan oleh sang maha kuasa jadi membuat Zayn harus bekerja dari bawah lagi.
"Kalo gitu, Ariel pamit dulu. Masih ada urusan yang lainnya."
Setelah itu Ariel menyalami ibunya namun sebelum benar-benar pergi dari tempat itu Ariel sempat membisikan sesuatu kepada ibunya Zayn.
"Kasihan anakmu bu, karena telah bohongi sama ibu kandungnya sendiri," bisik Ariel.
***