Terlihat satu orang tengah memantau situasi salah satu rumah yang sangat mewah tersebut. Namun langkah kakinya ragu untuk masuk dan menjalankan aksinya, hingga sebelum ia benar-benar mengurungkan niatnya itu. Tiba-tiba ponselnya bergetar dan ia langsung buru-buru mengambil ponsel itu dan mengangkatnya.
"Hallo."
"..."
"Iya Bu."
"..."
"Tapi Bu, Zayn gak yakin."
"..."
"Zayn sayang kok!"
"..."
"Tapi—"
Sebelum benar-benar mendengarkan penjelasannya telepon itu mati saat sepihak seolah-olah tidak ada pilihan lain selain mengikuti arahan yang ada di dalam telepon tersebut. Jadi sosok yang bernama Zayn tersebut mau tidak mau harus menuruti permintaan itu hingga ia menaruh kembali ponselnya di saku lalu segera memasang penutup kepala yang di mana penutup itu bolong di bagian mata dan juga mulutnya untuk bernapas sekaligus juga melihat.
Lalu setelah itu Zayn menyenangkan aksinya dengan memanjat pagar rumah mewah itu.
***
"Bapak!"
"Bapak!"
Seorang cowok kini telah memanggil bapaknya kala kota sedang sepi di malam hari karena sibuk dengan mimpi mereka masing-masing, tapi cowok yang satu ini malah meneriaki jalanan yang sedang sepi tersebut untuk mencari sosok keberadaan ayahnya itu.
"Bapak! Kamu di mana. Jangan bikin Adnan panik macam ini," bingung Adnan.
Jujur cowok yang satu ini bingung harus mencari kemana lagi sang bapak karena semua tempat yang pernah bapaknya kunjungi tidak ada juga seolah Dia memiliki tempat baru yang tidak diketahui oleh anaknya itu, hingga akhirnya dia berusaha mencari lagi walaupun ia sendiri juga tidak tahu harus ke mana.
Sampai akhirnya ia melihat sekumpulan geng motor melintasi tempat ini, dan seolah sedang terburu-buru menuju suatu tempat karena merasa penasaran dan juga aneh di mana geng anggota geng motor itu selalu berkompoi kemana-mana tapi ini malah seolah-olah menyusut suatu tempat dan terlihat terburu-buru.
"Jangan-jangan, bapak!"
Sontak ia juga berlari mengikuti arah geng motor itu pergi.
***
"Jadi ini perlakuan mu selama ini hah!"
Seorang pria paruh baya tiba-tiba memarahi seseorang dan bukan hanya dua orang yang ada di sana melainkan ada dua orang yang lainnya sedang berpelukan menyaksikan seseorang yang dimarahi tersebut.
"Selama ini Papa percaya sama kamu karena kamu anak papa yang paling baik tapi ternyata kamu yang paling jahat di antara kami dan kenapa kamu lampiasan ini ke adik kamu walaupun Adik kamu ini bukan adik kandung kamu tapi setidaknya kamu hargai keputusan Papa ketika menikahi mama dan juga Danny."
"Tapi Pa."
"Gak ada tapi-tapian justru kau yang membuat Papa merasa bersalah kepada Danny karena selama ini Papa begitu percaya sama kamu dan selalu memandang rendah dan tapi sekarang Ayah boleh percaya sama Danny Daripada sama kamu biar Ayah kecewa sama kamu."
Bunda dan Danny tidak bisa berbuat apa-apa karena ia di larang oleh ayahnya atas tindakan kakaknya itu.
***
"Aku bodoh, bodoh dan bodoh!"
Seseorang kini sedang menyakiti dirinya sendiri Ia terus menampar pipinya berkali-kali menatap cermin toilet.
"Aku tahu ya memang sering menghianati aku tapi kenapa aku selalu merasa kasihan sama dia padahal dia tidak pernah merasa kasihan dengan aku. Sekali lagi aku bodoh.... Bodoh dan bodoh!!!"
Entah apa yang ia pikirkan sekarang namun ia benar-benar sudah tidak bisa melakukan apalagi bahkan untuk berpikir jernih pun rasanya sudah tidak kuasa bagi dirinya seolah semua musibah terus bertubi-tubi kepada dirinya bahkan ketika ia menyiksa dirinya sendiri terlihat ponselnya terus bergetar memunculkan telepon demi telepon dari seseorang yang tidak dikenal Bahkan bukan hanya telepon beberapa pesan juga mulai masuk kepada dirinya.
"Akh!!! Aku muak dengan semuanya!"
Ia membanting ponselnya. Bahkan ia juga memukul kaca toilet hingga darah mulai membasahi tangannya tidak peduli rasa sakit yang ia rasakan karena ia sudah mati rasa dengan rasa sakit yang ada di hatinya.
Lalu dia melihat ada serpihan kaca di dekat sana lalu dia mengambil serpihan kaca itu lalu dia mulai tersenyum seolah ingin melakukan sesuatu.
***
"Cinta yang abadi, cinta yang suci mengapa kau pergi bersama dengan laki-laki lain kurang apa diriku hingga kau tega memfitnah diri ini setelah puas bersama dengan laki-laki lain." seseorang menuliskan puisi tersebut dalam sebuah kertas sambil berjalan membawa pulpen menuju suatu tempat.
Dan anehnya tempat tersebut adalah tempat di mana seseorang sedang mengadakan acara pesta.
Terlihat acara begitu mewah dengan gemerlap lampu yang bercahaya semua orang memakai baju mewah dan juga suara musik yang begitu menggema. Matanya sekarang sedang menelusuri mencari seseorang yang ingin ia temui.
Setelah mendapatkan seseorang tersebut ia langsung mengunci sosok tersebut dalam pandangannya dan kini berjalan terfokus ke arah sosok itu dengan gerakan cepat ia berlari menuju sosok itu dan segera melakukan aksinya.
***