Loading...
Logo TinLit
Read Story - ADRI
MENU
About Us  

Angin pagi selalu memberikan kesejukan tersendiri bagiku. Embun-embun yang menggelintir melewati dedaunan, mulai mengering. Kokok ayam yang merdu ikut melengkapi suasana pagi. Di kamar kos berukuran empat kali tiga ini, aku terbaring. Melihat-lihat atap kamar yang mulai keropos dan jatuh secara bergantian. Aku menghela napas panjang. Melepaskan segala beban pikiran yang ada di kepalaku. Dalam semenit, mataku kembali menerawang jauh ke dalam bayangan lalu.

Nampak seorang perempuan sebayaku tengah memakai baju hitam besar bertopi. Baju yang selama ini kuimpi-impikan. Ditambah dengan kalung kain yang menggantung melingkari leherku. Rasanya ada satu kebanggaan tersendiri jika memakai perlengkapan itu. Sayangnya, aku belum pernah memakainya. Sekali pun belum pernah. Takdir berkata lain. Aku harus merelakan momen indah itu hilang untuk satu hal yang belum pernah terbayang olehku. Aku harus bekerja untuk keluargaku.

Sudah sebulan lalu ayahku meninggal. Keadaan kami semakin memburuk. Sebagai anak sulung, sudah kewajibanku untuk membantu keluarga. Ibu yang biasa berjualan sayur tak kuat menanggung beban yang bertambah berat. Belum lagi kedua adikku yang masih duduk di bangku sekolah. Seolah mereka sulit untuk bisa tenang dengan tunggakan SPP yang belum dibayar. Tinggal aku. Seorang anak berusia tujuh belas tahun yang baru kemarin menerima amplop kelulusan. Ia belum mengerti bagaimana bisa hidup dengan kehidupan yang amat keras ini. Tuhan memiliki rencana yang lain. Impianku tertunda untuk sementara.

Berkali-kali aku mengucapkan kalimat itu dalam hati. Aku berusaha menguatkan hatiku saat teman-temanku bertanya “Kuliah di mana?”. Rasanya sedikit mengusik batinku. Yang bisa kulakukan hanyalah tersenyum sambil menggelengkan kepala. Dan menjalani takdir yang digariskan Tuhan.

Menjadi buruh adalah pilihanku. Memang sulit untuk anak seusiaku, yang sama sekali belum pernah mengenyam dunia kerja. Cukup sulit. Kita dituntut untuk kerja cepat dan tepat. Yah, kata itu yang kukutip dari apa yang kualami sekarang. Mental yang kuat juga dibutuhkan. Selain itu, tenaga menjadi modal utama bekerja. Ketelitian dan kehati-hatian juga berperan penting. Jika tidak berhati-hati, bahaya akan terjadi.

Jari-jari tangan yang melepuh, menjadi korban kecerobohanku hari ini. Minyak gosok yang kubeli seharga lima ribu rupiah pun tak ikut menyurutkan rasa sakitnya. Lagi-lagi aku membuat masalah. Tapi bagaimanapun masalah yang kualami, tetap harus kuselesaikan sendiri. Menyusahkan orang lain adalah hal yang sangat kuhindari.

Aku tinggal bersama sepupuku. Tidak mudah untuk menjalani semua ini. Harus berhati-hati dan tidak membuat masalah. “Terkadang saudara bisa menjadi orang lain. Dan orang lain juga bisa menjadi saudara.” Kalimat itu, kudengar dari seorang perempuan paruh baya yang duduk di sampingku saat naik bus. Tapi lagi-lagi ini hidupku. Semua tergantung diriku. Memilih untuk bertahan atau menyerah dengan keadaan. Begitulah.

***

Dering ponselku tiba-tiba berbunyi. Ada sebuah pesan dari nomor baru.

“Apa kau akan berhenti menulis?” Singkat sekali.

“Maaf anda siapa?” Tanyaku.

“Aku teman lamamu yang masih ingin membaca tulisanmu.” Balasnya membuatku bingung.

Persisnya itu pesan terakhir dari nomor misterius yang masuk ke ponselku. Aku tidak tahu itu siapa. Dan aku juga tidak ingin tahu itu siapa. Aku terlalu lelah untuk hari ini. Semua rasa lelah dan penat ini, akan berakhir ketika kantuk menyerangku. Dan aku tertidur.

***

Bekerja seharian memang cukup melelahkan. Kurebahkan sejenak tubuhku di atas kasur tipis. Hanya  sekedar untuk melemaskan otot-ototku yang tadinya kaku. Kupejamkan mataku sejenak. Melepaskan segala penat yang berkumun di pikiranku. Aku menghambur ke alam mimpi.

Di tengah koridor ini, aku memakai pakaian putih abu-abu. Kudapati diriku tengah berdiri menghadap ke sebuah mading sekolah. Seorang siswa sedang mengamatiku dari kejauhan. Aku kenal dengan siswa itu. Namanya Adri, teman satu kelasku. Ia hanya berdiri mematung dari kejauhan. Aku mencoba menghampirinya. Namun, di tengah jalan sosok Adri tiba-tiba menghilang. Satu per satu siswa yang sedang berlalu-lalang pun ikut menghilang. Hanya tinggal diriku yang sedang berdiri di tengah koridor itu. Aku sangat bingung dan takut. Sebenarnya apa yang tengah terjadi padaku? Kenapa semua orang meninggalkanku?

Aku mencoba untuk berlari meninggalkan koridor itu. Mungkin, hal itu bisa membantuku untuk menemukan seseorang di sekolah ini. Tapi aku salah besar. Aku sepertinya tersesat di sekolahku sendiri. Aku kembali lagi ke tempat yang sama sebelumnya. Padahal aku sudah meninggalkan tempat itu. Di tengah rasa lelah yang menyerangku, kutemukan sebuah daun kering. Di atasnya tertulis “Mimpi”.

Entah kenapa kepalaku seperti magnet yang ingin menoleh ke belakang. Temanku Adri kembali melihatku dari kejauhan. Dari raut mukanya ia sedang tersenyum melihatku. Aku semakin tidak mengerti dengan kondisiku sekarang. Perlahan bagian tubuhku menghilang seperti debu yang tertiup angin. Aku panik dan berteriak sekeras mungkin. Pada akhirnya aku terbangun dari tidurku. Kuseka keringat dingin yang membanjiri dahiku. Aku berharap mimpi aneh itu segera menghilang bersama keringatku.

***

Hari ini aku akan menghadiri peluncuran bukuku yang ke lima. Momen ini adalah momen impianku sejak aku masih SMA. Menciptakan sebuah buku yang kemudian dibaca oleh orang lain adalah hal yang menyenangkan bagiku. Lewat buku aku dapat berbagi banyak hal kepada orang lain. Dan sekarang, impianku terwujud. Di depan cermin aku melihat diriku yang sekarang.

Sangat kontras berbeda dengan diriku yang dulu. Sepatu runcing berhasil mengubahku nampak sedikit lebih tinggi. Baju kemeja berwarna putih lengkap dengan rok pendek selutut kian menambah modis penampilanku. Rambut panjang hitam yang dulunya terkepang menjadi dua, kini berubah terurai rapi menjutai ke belakang. Semuanya sudah siap. Barang-barang yang kubutuhkan sudah tertata rapi  di dalam tas. Mobil yang mengantarku sudah menunggu sejak satu jam yang lalu. Dan aku berangkat.

Sampai di tempat tujuan, kudapati orang-orang sudah mengantre untuk masuk ke ruangan itu. Aku tersenyum sendiri ketika melihat kejadian itu. Aku lalu masuk ke sebuah ruangan yang sudah disediakan oleh panitia. Di atas mejaku tergeletak sebuah kotak berwarna cokelat yang di dalamnya terdapat sebuah daun. Di atasnya tertulis “Aku di sini dan akan melihat impianmu.”

“Apa kau tahu siapa yang menaruh kotak ini di sini?” Tanyaku pada Eko rekan kerjaku.

“Oh itu. Tadi ada seorang pria yang menitipkannya padaku. Katanya dia mengenalmu. Aku bilang bahwa kau belum datang. Jadi dia menyuruhku untuk menaruhnya di mejamu.”

“Apa dia mengatakan sesuatu setelah itu?”

“Tidak. Dia langsung saja pergi. Aku saja belum sempat menanyakan siapa namanya. Mungkin, dia penggemar beratmu.”

Aku semakin tidak mengerti dengan semua ini. Tapi, daun yang sedang kupegang ini sama persis dengan daun yang ada di dalam mimpiku waktu itu. Apa mungkin, pengirim kotak ini adalah pemilik nomor misterius itu? Yah, mungkin mereka adalah orang yang sama. Dan mereka adalah teman lamaku. Tapi siapa teman lamaku itu? Kejadian ini mungkin berkaitan dengan mimpiku waktu itu. Apa mungkin Adri ?

Dering ponselku tiba-tiba berbunyi. Sebuah pesan kembali terkirim dari nomor yang sama.

“Bahagiamu adalah hari ini. Nikmatilah.” Aku mencoba membalas pesan itu.

“Siapa sebenarnya dirimu? Apa sekarang kau ada di sini?”

Ia tidak menjawab pesanku. Aku lalu keluar dan mencari pemilik nomor misterius itu. Aku mencoba meneleponnya. Sebuah suara menuntunku untuk mengikutinya. Aku menghampiri seorang pria berjaket tebal yang tengah sibuk mematikan ponselnya. Dan ia bergegas pergi dari tempat itu. Tepukan tanganku tak kuasa menghentikan langkahnya.

***

Ulang Tahun ke 21

Semoga hari ini kau bahagia. Karena hari ini adalah hari ulang tahunmu. Aku cuma bisa mengucapkannya lewat surat ini. Karena sangat tidak mmungkin jika aku mengucapkannya langsung kepadamu.

        Ada satu hal yang ingin kuutarakan kepadamu. Sudah lama aku menyimpannya dan tidak berani untuk mengatakannya langsung. Mungkin sekarang sudah terlambat, menurutmu.

Tapi bagiku tidak. Karena waktu tidak menghalangi cinta untuk  bertemu. Entah sejak kapan perasaan ini muncul. Aku sendiri tidak tahu. Awalnya aku mengagumimu sebagai sosok teman. Teman yang telah menemukan hatiku. Yah, kau benar. Aku terlalu bodoh untuk semua ini. Nuraniku berontak ketika kuputuskan untuk menghilangkanmu dari pikiranku. Dan akhirnya aku menyerah. Aku menyukaimu. Bagiku kau adalah sebuah alasan kenapa aku masih bertahan pada situasi yang tidak tentu. Kau adalah sumber inspirasiku. Karenamu aku bertahan untuk saat yang menakutkan. Karena kau adalah alasan itu. Untukmu kado terindah dariku.

 

Dari Teman Lamamu, Adri.

Aku membacanya dengan jelas sampai selesai. Setiap ulang tahun, aku selalu mendapatkan surat darinya. Siapa lagi kalau bukan Adri, teman lamaku. Dan ini surat ketiga darinya. Tepat tiga tahun setelah ia menemuiku, Adri meninggal. Aku baru mendengar kabar itu lima bulan setelahnya.

Air mataku kembali menetes, membasahi selembar kertas yang ada di tanganku. Ada rasa kehilangan yang begitu dalam menyelinap ke rongga batinku. Kubuka kotak yang tergeletak di atas tempat tidurku. Lembaran-lembaran lukisan itu begitu jelas menggambarkan perasaannya kepadaku. Setiap waktu yang terlewati ia lukis dengan sepenuh hati. Aku kembali mengenangnya dalam pikiranku. Seolah ia benar-benar datang menemuiku.

Tags: romance

How do you feel about this chapter?

0 0 0 1 0 1
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Letter hopes
1294      733     1     
Romance
Karena satu-satunya hal yang bisa dilaukan Ana untuk tetap bertahan adalah dengan berharap, meskipun ia pun tak pernah tau hingga kapan harapan itu bisa menahannya untuk tetap dapat bertahan.
Ghea
495      332     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...
Search My Couple
608      361     5     
Short Story
Gadis itu menangis dibawah karangan bunga dengan gaun putih panjangnya yang menjuntai ke tanah. Dimana pengantin lelakinya? Nyatanya pengantin lelakinya pergi ke pesta pernikahan orang lain sebagai pengantin. Aku akan pergi untuk kembali dan membuat hidupmu tidak akan tenang Daniel, ingat itu dalam benakmu---Siska Filyasa Handini.
Kisah di Langit Bandung
3031      1361     0     
Romance
Tentang perjalanan seorang lelaki bernama Bayu, yang lagi-lagi dipertemukan dengan masa lalunya, disaat ia sudah bertaut dengan kisah yang akan menjadi masa depannya. Tanpa disangka, pertemuan mereka yang tak disengaja kala itu, membuka lagi cerita baru. Entah kesalahan atau bukan, langit Bandung menjadi saksinya.
The Boy Between the Pages
5687      2197     0     
Romance
Aruna Kanissa, mahasiswi pemalu jurusan pendidikan Bahasa Inggris, tak pernah benar-benar ingin menjadi guru. Mimpinya adalah menulis buku anak-anak. Dunia nyatanya membosankan, kecuali saat ia berada di perpustakaantempat di mana ia pertama kali jatuh cinta, lewat surat-surat rahasia yang ia temukan tersembunyi dalam buku Anne of Green Gables. Tapi sang penulis surat menghilang begitu saja, meni...
Snow White Reborn
688      423     6     
Short Story
Cover By : Suputri21 *** Konyol tapi nyata. Hanya karena tertimpa sebuah apel, Faylen Fanitama Dirga mengalami amnesia. Anehnya, hanya memori tentang Rafaza Putra Adam—lelaki yang mengaku sebagai tunangannya yang Faylen lupakan. Tak hanya itu, keanehan lainnya juga Faylen alami. Sosok wanita misterius dengan wajah mengerikan selalu menghantuinya terutama ketika dia melihat pantulannya di ce...
PALETTE
563      315     3     
Fantasy
Sinting, gila, gesrek adalah definisi yang tepat untuk kelas 11 IPA A. Rasa-rasanya mereka emang cuma punya satu brain-cell yang dipake bareng-bareng. Gak masalah, toh Moana juga cuek dan ga pedulian orangnya. Lantas bagaimana kalau sebenarnya mereka adalah sekumpulan penyihir yang hobinya ikutan misi bunuh diri? Gak masalah, toh Moana ga akan terlibat dalam setiap misi bodoh itu. Iya...
MERAH MUDA
560      413     0     
Short Story
Aku mengenang setiap momen kita. Aku berhenti, aku tahu semuanya telah berakhir.
AUNTUMN GARDENIA
175      152     1     
Romance
Tahun ini, dia tidak datang lagi. Apa yang sedang dia lakukan? Apa yang sedang dia pikirkan? Apakah dia sedang kesulitan? Sweater hangat berwarna coklat muda bermotif rusa putih yang Eliza Vjeshte kenakan tidak mampu menahan dinginnya sore hari ini. Dengan tampang putus asa ia mengeluarkan kamera polaroid yang ada di dalam tasnya, kemudian menaiki jembatan Triste di atas kolam ikan berukura...
Love after die
513      354     2     
Short Story
"Mati" Adalah satu kata yang sangat ditakuti oleh seluruh makhluk yang bernyawa, tak terkecuali manusia. Semua yang bernyawa,pasti akan mati... Hanya waktu saja,yang membawa kita mendekat pada kematian.. Tapi berbeda dengan dua orang ini, mereka masih diberi kesempatan untuk hidup oleh Dmitri, sang malaikat kematian. Tapi hanya 40 hari... Waktu yang selalu kita anggap ...