Loading...
Logo TinLit
Read Story - FaraDigma
MENU
About Us  

Fara dan Digma berjalan beriringan di lorong rumah sakit yang sunyi. Bau khas obat-obatan menusuk hidung mereka, membuat suasana hati semakin berat. Mereka berhenti di depan kamar perawatan Abian, menatap angka yang terpampang di pintu sebelum menarik napas dalam.

Saat mereka melangkah masuk, ruangan terasa sepi. Di sudut ruangan, ada kursi yang masih hangat, pertanda ibunya Abian baru saja meninggalkan tempat itu.

Fara menelan ludah. Pandangannya jatuh pada sosok Abian yang terbaring lemah dengan selang infus dan berbagai alat medis menempel di tubuhnya. Luka-luka lebam di wajahnya belum memudar, membuatnya terlihat begitu rapuh.

"Gue masih nggak percaya Gery bisa sekejam ini," ujar Fara dengan suara bergetar. Ia mengepalkan tangan, matanya panas menahan emosi.

Digma berdiri di sampingnya, rahangnya mengeras. "Kita harus kasih pelajaran ke dia, Ra. Gue udah punya bukti, tinggal nunggu waktu yang pas buat ngehancurin dia."

Fara mengangguk, menatap Digma penuh tekad. "Kita bakal bales semua ini. Gery harus ngerasain apa yang dia lakuin ke Abian."

Setelah beberapa saat hening, mereka pun keluar dari ruangan.

"Lo habis ini mau ke mana?" tanya Digma memecah keheningan di lorong rumah sakit menuju parkiran.

Fara terlihat berpikir sejenak. "Pulang ke rumah, kenapa?"

"Lo udah makan?"

"Belum."

"Makan dulu yuk, abis itu baru gue anter pulang." Digma memberikan helm gadis itu lalu memakai helm miliknya. "Udah malem. Gue nggak mungkin biarin anak orang kelaparan."

Sambil memakai helm, Fara tertawa kecil. "Bilang aja lo yang laper"

"Itu alasan utama."

Mereka pun segera meninggalkan parkiran dan menuju rumah makan terdekat. Mereka akhirnya memutuskan untuk makan masakan padang. Aura minang sangat tergambar jelas dari perabotan di seluruh sudut rumah makan. Bau rendang juga mulai menyeruak masuk ke dalam indra penciuman mereka.

Fara dan Digma duduk berhadapan. Digma dengan lahap menyendok nasi padangnya, sementara Fara mengaduk-aduk lauk di piringnya.

"Lo nggak makan?" tanya Digma, mulutnya masih penuh.

Fara mendesah. "Lo yakin rencana lo kali ini berhasil?"

Digma menaruh sendoknya dan menatap Fara serius. "Gue yakin. Kali ini Gery nggak bisa lolos dari tangan gue."

Fara mendongak, mencoba tersenyum. "Setelah ini berhasil, gue juga lega. Lo ngga dipukulin Gery lagi. "

"Bau-baunya ada yang perhatian nih," goda Digma dengan senyum jailnya.

"Eh, bukan gitu." Pipi Fara mulai memerah. "Maksud gue, gue nggak mau ada korban lagi. Lo emang pura-pura, tapi pukulan mereka nggak pura-pura. Lo dalam bahaya, Dig."

Digma tertawa santai. "Lo lupa gue atlit? Yang dalam bahaya itu lo, Fara." Tangan cowok itu mengusap puncak kepala Fara gemas.

Fara merapikan beberapa helai rambutnya. "Atlit kan juga manusia."

"Tapi gue manusia super. Pukulan mereka bagi gue cuma kayak angin lewat."

Mata Fara menyipit curiga.

"Wah!" Digma berseru tak percaya melihat Fara yang curiga akan kemampuannya. "Perlu bukti?"

Fara mengangguk, menantang.

"Oke, setelah gue dapat rekaman itu, kalo Gery mau ngebully gue lagi besok, gue bakal hajar balik mereka. Lo harus liat ya!"

Fara tertawa geli.

"Liat, ya, Ra!" Digma menunjuk Fara agar gadis itu berjanji akan melihat kemampuan bela dirinya.

Fara terkekeh kecil melihat tingkah laku Digmna yang seperti anak kecil. "Iya, Digma. Tapi, serius deh, Dig, lo waktu di bully mereka, kok bisa nggak pengen bales. Maksudnya, nggak ada refleks gitu?" Fara mulai melahap nasi dihadapannya yang mulai dingin.

Digma tersenyum miring. "Pengen banget, lah, Ra! Gue pernah tuh, hampir aja refleks nimpuk balik. Tapi gue tahan. Soalnya misi ini lebih penting dari sekadar mukul balik."

Fara menatapnya lebih lama. Ada kekaguman di matanya, tapi ia sendiri tak menyadarinya.

"Kenapa? Lo juga pengen nimpuk dia?" Digma balik bertanya.

"Pengen, tapi gue masih takut."

"Nggak apa-apa, kapan-kapan gue ajarin ya." Digma menegak minum sejenak. "Atau mau gue ajarin sekarang?" tanyanya setelah sebuah ide muncul dipikirannya.

"Hah? Sekarang? Di sini?" kaget Fara, namun hanya di balas senyuman penuh arti oleh Digma.

Tak beberapa lama, mereka pun tiba di tempat yang sudah tak asing lagi bagi Fara, Club taekwondo Digma.

"Lo udah pernah ke sini kan?"

Fara memalingkan muka sambil mengangguk kecil. Ia masih malu ketahuan cowok itu pernah mengikutinya diam-diam.

Setelah menaruh helm di spion, Fara memandangi lampu hias yang tertempel dengan indah di dinding gedung. Suasana Klub sangat berbeda saat siang, penuh lampu hias berwarna putih dan beberapa lampu gantung berwarna kuning membuat klub ini terasa seperti kafe.

Begitu mereka masuk, pelatih mereka, Sabeum Sin, langsung menyambut dengan senyum usil.

"Wah, pantesan si Digma jarang latihan! Ternyata sibuk pacaran."

Digma tersedak, buru-buru mengibaskan tangan. "Ngarang! Nggak gitu!"

Fara tertawa kecil melihat Digma salah tingkah, sementara Atha—salah satu teman dekat Digma—ikut menggoda. "Eh, kalo kalian udah jadian nanti bilangin ke Digma jangan lupain pajak yang mau dia bayar ya!"

Digma melotot ke Atha. "Sialan lo! Kapan gue janji?"

Atha hanya tertawa, sementara Fara diam-diam menyembunyikan wajahnya yang sedikit memerah.

"Ra, itu Sabeum Sin, pelatih gue yang nggak pernah ganti padahal gue udah bosen banget sama dia." Digma mulai memperkenalkan pelatihnya, dan beralih menunjuk Atha. "Ah males gue ngenalin lo."

"Ya udah gue kenalan sendiri." Atha mengulurkan tangannya kepada gadis itu lalu disambut dengan ramah oleh Fara. "Gue Atha, backingannya Digma. Karena Digma udah bawa lo ke sini, itu berarti misinya ketauan kan?"

Digma dengan cepat memisahkan jabatan tangan mereka. "Kenalan doang lama amat pegangannya. Modus kan lo?"

"Cemburu lo kelihatan!" sindir Atha sambil berjalan ke arah loker, hendak menaruh perlengkapan taekwondonya.

Melihat Atha menjauh, Digma berbisik menyuruh Fara menunggunya sebentar. Ia pun berlari menyusul Atha. "Tha, misi gue hampir selesai."

"Selesai atau udah ketahuan?"

"Ketahuan Fara doang, sisanya aman."

"Lo yakin dia bisa dipercaya?" Atha melirik Fara dibelakang sekilas sebelum lanjut meletakkan barang-barangnya di loker.

Digma menutup loker secara paksa. Membuat bunyi nyaring di ruangan yang sepi. "Cuma Fara yang bisa gue percaya di sekolah."

Atha menatap Digma tak berekspresi. "Terus maksud lo hampir selesai gimana?"

"Gue udah punya bukti rekaman pake CCTV sekolah. Nih, kamera lo. Thanks buat semuanya, Tha."

"CCTV sekolah? Lo yakin nggak mereka hapus sebelum lo minta?"

Digma terdiam. Ia telah melupakan hal yang paling penting.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Perfect Love INTROVERT
10689      1994     2     
Fan Fiction
Kelana
620      464     0     
Romance
Hidup adalah perjalanan tanpa peta yang pasti, di mana setiap langkah membawa kita menuju tujuan yang tak terduga. Novel ini tidak hanya menjadi cerita tentang perjalanan, tetapi juga pengingat bahwa terbang menuju sesuatu yang kita yakini membutuhkan keberanian dengan meninggalkan zona nyaman, menerima ketidaksempurnaan, dan merangkul kebebasan untuk menjadi diri sendiri. Selam...
Frasa Berasa
66042      7351     91     
Romance
Apakah mencintai harus menjadi pesakit? Apakah mencintai harus menjadi gila? Jika iya, maka akan kulakukan semua demi Hartowardojo. Aku seorang gadis yang lahir dan dibesarkan di Batavia. Kekasih hatiku Hartowardojo pergi ke Borneo tahun 1942 karena idealismenya yang bahkan aku tidak mengerti. Apakah aku harus menyusulnya ke Borneo selepas berbulan-bulan kau di sana? Hartowardojo, kau bah...
Liontin Semanggi
1398      864     3     
Inspirational
Binar dan Ersa sama-sama cowok most wanted di sekolah. Mereka terkenal selain karena good looking, juga karena persaingan prestasi merebutkan ranking 1 paralel. Binar itu ramah meski hidupnya tidak mudah. Ersa itu dingin, hatinya dipenuhi dengki pada Binar. Sampai Ersa tidak sengaja melihat kalung dengan liontin Semanggi yang dipakai oleh Binar, sama persis dengan miliknya. Sejak saat...
Segitiga Sama Kaki
582      410     2     
Inspirational
Menurut Phiko, dua kakak kembarnya itu bodoh. Maka Phiko yang harus pintar. Namun, kedatangan guru baru membuat nilainya anjlok, sampai merembet ke semua mata pelajaran. Ditambah kecelakaan yang menimpa dua kakaknya, menjadikan Phiko terpuruk dan nelangsa. Selayaknya segitiga sama kaki, sisi Phiko tak pernah bisa sama seperti sisi kedua kakaknya. Phiko ingin seperti kedua kakaknya yang mendahu...
Ręver
7197      1958     1     
Fan Fiction
You're invited to: Maison de rve Maison de rve Rumah mimpi. Semua orang punya impian, tetapi tidak semua orang berusaha untuk menggapainya. Di sini, adalah tempat yang berisi orang-orang yang punya banyak mimpi. Yang tidak hanya berangan tanpa bergerak. Di sini, kamu boleh menangis, kamu boleh terjatuh, tapi kamu tidak boleh diam. Karena diam berarti kalah. Kalah karena sudah melepas mi...
Alfazair Dan Alkana
275      223     0     
Romance
Ini hanyalah kisah dari remaja SMA yang suka bilang "Cieee Cieee," kalau lagi ada teman sekelasnya deket. Hanya ada konflik ringan, konflik yang memang pernah terjadi ketika SMA. Alkana tak menyangka, bahwa dirinya akan terjebak didalam sebuah perasaan karena awalnya dia hanya bermain Riddle bersama teman laki-laki dikelasnya. Berawal dari Alkana yang sering kali memberi pertanyaan t...
CHERRY & BAKERY (PART 1)
4234      1135     2     
Romance
Vella Amerta—pindah ke Jakarta sebagai siswi SMA 45. Tanpa ia duga kehidupannya menjadi rumit sejak awal semester di tahun keduanya. Setiap hari dia harus bertemu dengan Yoshinaga Febriyan alias Aga. Tidak disangka, cowok cuek yang juga saingan abadinya sejak jaman SMP itu justru menjadi tetangga barunya. Kehidupan Vella semakin kompleks saat Indra mengajaknya untuk mengikuti les membuat cu...
DocDetec
243      181     1     
Mystery
Bagi Arin Tarim, hidup hanya memiliki satu tujuan: menjadi seorang dokter. Identitas dirinya sepenuhnya terpaku pada mimpi itu. Namun, sebuah tragedi menghancurkan harapannya, membuatnya harus menerima kenyataan pahit bahwa cita-citanya tak lagi mungkin terwujud. Dunia Arin terasa runtuh, dan sebagai akibatnya, ia mengundurkan diri dari klub biologi dua minggu sebelum pameran penting penelitian y...
Can You Hear My Heart?
445      268     11     
Romance
Pertemuan Kara dengan gadis remaja bernama Cinta di rumah sakit, berhasil mengulik masa lalu Kara sewaktu SMA. Jordan mungkin yang datang pertama membawa selaksa rasa yang entah pantas disebut cinta atau tidak? Tapi Trein membuatnya mengenal lebih dalam makna cinta dan persahabatan. Lebih baik mencintai atau dicintai? Kehidupan Kara yang masih belia menjadi bergejolak saat mengenal ras...