Loading...
Logo TinLit
Read Story - FaraDigma
MENU
About Us  

"DIGMA!"

Kemunculan Fara dari balik warung membuat Digma akhirnya mengubah total rencananya. Cowok itu langsung menjatuhkan gelas itu ke tanah dan menarik tangan Fara. "Kita pergi sekarang."

"Hei, Anjing! Lo mau ke mana?!" teriak Gery. Wajahnya merah padam.

"Lo... gila..." Fara akhirnya bersuara, nadanya gemetar. "Kenapa sih lo selalu nekat kayak gini...?"

"KALIAN MAU KE MANA, HAH?!" teriak Gery dari belakang, mengajak teman-temannya ikut mengejar.

Digma menoleh sebentar ke belakang lalu mempercepat langkahnya. Genggamannya pada tangan Fara semakin erat.

Untuk sekarang, keselamatan gadis itu jauh lebih penting dari apa pun.

"Ra, persimpangan kedua, belok kanan," ucap Digma cepat, napasnya tak beraturan karena terus berlari. Fara hanya mengangguk dan terus mengikuti langkah lari cowok itu.

Saat mereka berbelok, tiba-tiba di sisi kanan lorong, seseorang berdiri santai di dekat pintu belakang sebuah restoran kecil. Cowok itu melambaikan tangan sambil memberi isyarat agar Digma mengikutinya.

Tanpa ragu, Digma menarik Fara masuk ke lorong sempit restoran itu.

Begitu pintu tertutup rapat, suara dari luar langsung meredam. Cowok itu bersandar pada daun pintu, lalu menatap mereka berdua bergantian.

"Lo beneran punya selera bagus, Bang," ucapnya tiba-tiba, santai seperti tidak sedang dalam situasi gawat.

Digma mendengus. "Lo sempat-sempatnya bercanda segala."

Cowok itu tertawa pelan. "Gue baru kali ini lihat lo panik, ternyata lo bisa takut juga ya."

Digma tak menanggapi. Ia lebih memilih menoleh ke arah Fara, yang kini sedang duduk, berusaha menenangkan napasnya. Wajahnya pucat, keringat membasahi dahinya.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Digma pelan, dengan nada penuh rasa bersalah.

Fara hanya mengangguk kecil. Matanya terlihat masih syok, mungkin juga takut. Dan Digma tahu, semua ini salahnya.

"Dari mana lo tahu gue di sini?" tanya Digma pada cowok itu.

Cowok itu mengangkat ponselnya, menunjukkan layar berisi percakapan singkat.

Digma langsung mengambil ponsel itu, takut Fara membaca isinya.

+62 852xxxxxx : Gue butuh bantuan lo. Tolong Digma sekarang. Lokasi: gang belakang sekolah.
Me : Isi format order dulu.
Me : Nama pemesan:
Profesi bokap: pejabat/politisi/polisi
Butuh jasa:
Disclaimer: dilarang minta hal ilegal atau dewasa. Gue nggak mau masuk penjara!
+62 852xxxxxx : Kelamaan.
(terlampir: foto CCTV saat Digma menyiram Gery dengan teh panas)

Digma langsung tahu itu dari Atha. Hanya dia yang punya akses ke CCTV tersembunyi yang ia pasang. Jadi, Atha tadi sedang memantaunya?

"Sebenernya lo mau ngapain sih, Bang?" tanya cowok itu serius. "Lo punya rencana apaan sama anak itu?"

Digma melirik ke arah Fara, yang kini menatapnya penuh tanya.

"Nanti gue jelasin semuanya, Ra," ucapnya perlahan, lalu menarik kursi untuk Fara. "Tunggu di sini sebentar, ya."

Setelah Fara mengangguk, Digma membuka pintu dan mengajak cowok itu keluar ke gang kecil di belakang restoran. Mereka berdiri sejenak dalam diam, membiarkan angin sore menyapa wajah mereka.

"Gue emang punya rencana," ujar Digma akhirnya.

Cowok itu tersenyum kecil. "Jadi ini maksud dari omongan lo waktu itu? Bikin bukti sendiri?"

Digma mengangguk singkat. Jawaban itu cukup untuk membuat temannya mengerti.

"Gila juga lo, Bang." sahut cowok itu sambil tertawa kecil. "Tapi kenapa lo malah kabur? Setelah lo buat drama demi dapetin tuh bukti."

Digma menoleh ke belakang. Tepatnya pada gadis di balik pintu. "Karena gue nggak mau ada orang lain terluka gara-gara gue."

Aldino tertawa mengejek. "Lo kira dengan lari kaya gini, dia bakal lepasin kalian?" Ia mengangkat tangan bertanya. "Come on, Bang! Dia bakal ngejar lo sampe ujung dunia. Dan juga cewe lo itu."

Digma menatap tajam Aldino. Rahangnya mengeras. Kalimat terakhir cowok itu benar-benar membuatnya goyah.

"Kalo lo mau cewek lo selamat. Lo harus relain rencana lo dan berlutut sama dia," timpal Aldino sambil memegang bahunya.

Dada Digma naik turun menahan emosi yang hampir meledak. Ia jelas tak bisa merelakan rencananya. Tapi ia juga tak mau gadis itu terancam.

"Buat keputusan lo sekarang, Bang!" Aldino menepuk pundak Digma sekilas sebelum akhirnya kembali ke dalam.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
In Her Place
2327      1258     21     
Mystery
Rei hanya ingin menyampaikan kebenaran—bahwa Ema, gadis yang wajahnya sangat mirip dengannya, telah dibunuh. Namun, niat baiknya disalahartikan. Keluarga Ema mengira Rei mengalami trauma dan membawanya pulang, yakin bahwa dia adalah Ema yang hilang. Terjebak dalam kesalahpahaman dan godaan kehidupan mewah, Rei memilih untuk tetap diam dan menjalani peran barunya sebagai putri keluarga konglomer...
Search My Couple
588      341     5     
Short Story
Gadis itu menangis dibawah karangan bunga dengan gaun putih panjangnya yang menjuntai ke tanah. Dimana pengantin lelakinya? Nyatanya pengantin lelakinya pergi ke pesta pernikahan orang lain sebagai pengantin. Aku akan pergi untuk kembali dan membuat hidupmu tidak akan tenang Daniel, ingat itu dalam benakmu---Siska Filyasa Handini.
UNTAIAN ANGAN-ANGAN
721      572     0     
Romance
“Mimpi ya lo, mau jadian sama cowok ganteng yang dipuja-puja seluruh sekolah gitu?!” Alvi memandangi lantai lapangan. Tangannya gemetaran. Dalam diamnya dia berpikir… “Iya ya… coba aja badan gue kurus kayak dia…” “Coba aja senyum gue manis kayak dia… pasti…” “Kalo muka gue cantik gue mungkin bisa…” Suara pantulan bola basket berbunyi keras di belakangnya. ...
Under The Darkness
90      84     2     
Fantasy
Zivera Camellia Sapphire, mendapat sebuah pesan dari nenek moyangnya melalui sebuah mimpi. Mimpi tersebut menjelaskan sebuah kawasan gelap penuh api dan bercak darah, dan suara menjerit yang menggema di mana-mana. Mimpi tersebut selalu menggenangi pikirannya. Kadangkala, saat ia berada di tempat kuno maupun hutan, pasti selalu terlintas sebuah rekaman tentang dirinya dan seorang pria yang bah...
Arsya (Proses Refisi)
2958      1408     1     
Mystery
"Aku adalah buku dengan halaman yang hilang. Cerita yang tercerai. Dan ironisnya, aku lebih paham dunia ini daripada diriku sendiri." Arsya bangun di rumah sakit tanpa ingatanhanya mimpi tentang seorang wanita yang memanggilnya "Anakku" dan pesan samar untuk mencari kakeknya. Tapi anehnya, ia bisa mendengar isi kepala semua orang termasuk suara yang ingin menghabisinya. Dunia orang dewasa t...
SABTU
7373      2292     13     
True Story
Anak perempuan yang tumbuh dewasa tanpa ayah dan telah melalui perjalanan hidup penuh lika - liku, depresi , putus asa. Tercatat sebagai ahli waris cucu orang kaya tetapi tidak merasakan kekayaan tersebut. Harus kerja keras sendiri untuk mewujudkan apa yang di inginkan. Menemukan jodohnya dengan cara yang bisa dibilang unik yang menjadikan dia semangat dan optimis untuk terus melanjutkan hidupn...
The Best I Could Think of
560      405     3     
Short Story
why does everything have to be perfect?
Bunga Hortensia
2033      361     0     
Mystery
Nathaniel adalah laki-laki penyendiri. Ia lebih suka aroma buku di perpustakaan ketimbang teman perempuan di sekolahnya. Tapi suatu waktu, ada gadis aneh masuk ke dalam lingkarannya yang tenang itu. Gadis yang sulit dikendalikan, memaksanya ini dan itu, maniak misteri dan teka-teki, yang menurut Nate itu tidak penting. Namun kemudian, ketika mereka sudah bisa menerima satu sama lain dan mulai m...
Code: Scarlet
27141      5968     16     
Action
Kyoka Ichimiya. Gadis itu hidup dengan masa lalu yang masih misterius. Dengan kehidupannya sebagai Agen Percobaan selama 2 tahun, akhirnya dia sekarang bisa menjadi seorang gadis SMA biasa. Namun di balik penampilannya tersebut, Ichimiya selalu menyembunyikan belati di bawah roknya.
Yang Tertinggal dari Rika
6297      2278     11     
Mystery
YANG TERTINGGAL DARI RIKA Dulu, Rika tahu caranya bersuara. Ia tahu bagaimana menyampaikan isi hatinya. Tapi semuanya perlahan pudar sejak kehilangan sosok paling penting dalam hidupnya. Dalam waktu singkat, rumah yang dulu terasa hangat berubah jadi tempat yang membuatnya mengecil, diam, dan terlalu banyak mengalah. Kini, di usianya yang seharusnya menjadi masa pencarian jati diri, Rika ju...