“Yang, ada surat buat kamu, nih.” Suara lembut dan tenang Avissena cukup membuat Keiza beranjak dari meja belajarnya yang penuh dengan buku dan catatan kuliah. Sinar matahari sore masuk lewat jendela, menerangi wajahnya yang semringah menerima sebuah amplop.
“Dari orang jahat yang nggak dateng ke pernikahan kita,” Avissena berkata lagi, kali ini dengan nada suara digayakan seperti antagonis. Keiza mengeplak pundak suaminya, tapi sambil tertawa. Ia kemudian duduk di sofa dan membuka amplop surat berisi kartu pos dan kertas berwarna krem. Keiza kembali tertawa saat melihat tulisan tangan Radhina yang tidak pernah berubah, kecil dan miring karena ditulis dengan terburu-buru.
“Sayang, lihat nih.” Keiza menunjukkan kartu pos yang bertuliskan : Titipan lo, Nih. Avissena hanya terkekeh sembari menyeduh kopi di pantry.
Keiza mulai membaca dengan suara pelan:
"Dear Keiza,
Well, well, well... jadi ini gue, sang bintang tamu yang batal hadir di pesta pernikahan paling keren abad ini. Percaya nggak, gue juga kesel banget nggak bisa pulang ke Indonesia? Tapi Ja, di sini, di Afrika, gue nggak terjebak cuma sama debu dan matahari terik, tapi juga sama segerombolan kambing, sinyal! Mereka tuh kayaknya pengen jadi bridesmaid dadakan. Serius deh, mereka ngintip gue terus kayak wartawan gosip!
Yah, gue dulu emang pernah masuk headline berita sekolah, sih. No Offense, Beb.
Percaya nggak sih, dulu kita pernah manjat atap? Walau akhirnya masuk ruang BK. Kalo diinget-inget, dulu banyak banget situasi dimana gue nyusahin lo ya, Ja. Kayak sampai sekarang gue masih nyebelin (about your wedding, off course). Sumpah, gue pasti ngeselin banget ya. Tbh, gue sangat berterima kasih, lo masih mau temenan sama gue. Sampai sekarang! Lo orang tersabar yang pernah gue temui, no debat! Apalagi saat Avissena bilang lo mau nikah sama dia. Kesabaran lo level dewa, Ja!
Tapi gue bersyukur sih, lo merit sama dia. Lo tahu nggak, dulu pas lo pindah tuh, dia bilang bakal nyiapin rencana gitu supaya pertemanan kita tetap langgeng. Visioner banget, ya! Sampai ngeri gue jadinya.
Anyway, intinya gue udah coba segala cara buat kabur, dari pura-pura jadi pawang kambing sampai tawarin mereka traktiran rumput segar, tapi nggak ada yang berhasil. Jadi, tolong jangan sedih ya, buat lo aja, Avissena mah nggak usah.
Pokoknya, gue ada di sini, di sudut dunia yang jauh, tapi hati gue tetep di sana, ngerayain bareng kalian dari jauh.
Gue janji bakal kirim foto-foto lucu dan cerita gila dari sini, lebih banyak biar lo nggak kangen. Selamat menempuh hidup baru, sahabatku! Jangan lupa simpan sepotong kue buat aku—kalau nggak, ya nanti beliin lah pas aku sampai ke Jakarta.
Salam dari padang pasir penuh kambing.
P. S. Andaru nyusul gue, ngapain sih, dia nyusul gue? Aneh."
Keiza tertawa, tapi matanya berkaca-kaca. Merasa terharu.
Keiza menutup surat itu perlahan, lalu menatap keluar jendela. Dia tahu—masa lalu mereka penuh luka, tapi hari ini, mereka telah menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri. Bijak, kuat, dan memilih untuk siap menghadapi apapun yang terjadi di masa depan.
-Tamat-