Loading...
Logo TinLit
Read Story - Our Perfect Times
MENU
About Us  

Setelah mengantarkan buku tugas ke ruang guru Keiza dan Radhina langsung pergi ke kantin. Tampak dua orang cewek yang sudah menunggu di meja sudut, tempat kesukaan mereka.

“Habis dari mana, kamu Ja!” Rere berteriak tak serius, mengikuti gaya panggilan Keiza yang selalu pakai aku-kamu.

“Perpus, ada tugas tambahan?” Jawab Keiza tenang, menatap Abella dan Rere bergantian.

“Nggak kok, yang di buku tugas tadi aja.” Abella menyahut. Ia tampak memakan siomay yang sudah terhidang di meja. 

Sedikit keterangan lebih lengkap tentang Abella dan Rere. Nama Panjang Abella adalah Abella Tria Rahmi, remaja dengan kulit putih berambut panjang sepinggang. Seperti cindo, wajah cantik dan tentu jadi idola anak-anak cowok di Teruna Angkasa. Pantaslah Bella menjadi target Gibran.
Lalu Arega Rianita atau Rere, cewek dari tanah sunda dengan garis wajah judes. Meski begitu, Rere adalah teman yang baik dan selalu berkata jujur akan perasaannya. Mungkin itu sebab kenapa Rere dan Radhi cukup masuk dalam obrolan-obrolan julid. Apalagi kalau membahas soal kakak kelas. 

“Informasi hari ini guys. Avis minta tolong Keiza buat jadi sekretaris ekskul Pemrograman.” Radhina melapor pada teman-temannya.

Abella langsung berhenti mengunyah dan memandangi Keiza dengan heran. “Ekskul Pemrograman butuh sekretaris?”

Keiza menggeleng, “udah ada tapi mereka kelewat sibuk belajar.”

“Wow Pemrog mah beda yaa,” Celetuk Rere.

“Padahal baru kelas satu, gile.” Radhi menambahkan. 

“Terus karena itu dia minta tolong sama kamu, Ja?” Rere melihat Keiza lagi. Keiza hanya hanya mengangguk.

“Idih, si Avis bukannya ngerjain sendiri. Kok kamu mau sih, Ja!” Rere mengomel. Keiza hanya bisa menggaruk belakang telinganya yang tertutup jilbab. Keiza tentu tak bisa menceritakan soal dirinya luluh karena Avis memohon. Malu! Namun kalau diingat-ingat, wajah memelas Avis memang lucu sampai-sampai ia ingin menyimpan untuk dirinya sendiri. 

Loh? Kenapa gitu, ya? Seseorang dalam diri Keiza bertanya. Tetapi pemikiran itu langsung teralihkan oleh kata-kata Abella.

“Mm, kalo lo sibuk mungkin gue bisa bantu,” Ia memberi usul. “Kamu kan udah bantuin aku sampein surat ke Gibran, Ja.” Sama seperti Rere, Abella berusaha menyamakan ritme panggilan dengan gaya Keiza.

“Oke, nanti aku tanya Avis dulu, ya. Mungkin bisa dibagi-bagi data pengerjaannya,” Keiza menyetujui sembari duduk. Ia mengambil garpu untuk menyantap siomaynya sendiri. Abella dan Rere baik sekali, sementara ia dan Radhi pergi ke ruang guru untuk mengirim buku tugas, keduanya berinisiatif memesankan makanan di kantin. Lebih praktis, datang tinggal makan.

Di sela-sela kunyahannya Radhina mengajak Keiza bicara. “Lo coba aja tawarin ke Avis, buat bikin pengumuman lagi nyari sekretaris. Gue rasa bakal cepet nemunya, banyak yang mau.” 

“Tapi kan mereka udah punya struktur pengurus harian.” Abella menyela.

“Iya tapi bayangan semua.” Radhi menyahut, membuat Abella mengerutkan dahi. Radhi benar, kebanyakan anggota ekskul Pemrograman diisi oleh kelas satu. Radhi dapat info kalau senior enggan membantu di bawah kepemimpinan Avissena, Keiza juga tahu itu. 

“Em… kalo nggak salah sekolah kita ngizinin ikut lebih dari dua ekskul kan ya?” Tanya Abella sembari memainkan siomay di piring.

“Iya kayaknya,” ungkap Radhi sembari menyuap kentang ke mulutnya.

“Lo ada niat masuk ke Pemrograman juga, Bel?” tanya Radhi penasaran.

“Yakali, satu ekskul aja udah repot.” Komentar Rere sebelum memasukan potongan siomay ke dalam mulut. “Khapan kitha mhainnya choba,” Ia masih berusaha bicara meskipun mulutnya penuh.

“Telen dulu kali, Re.” Keiza menyarankan.

“Nih Bel, buat apa ikut dua ekskul? Tugas aja udah numpuk bejibun. Ini aja gue udah pusing bikin lima poster buat tugas sekolah minggu depan.” Rere mengambil botol minum lalu menenggaknya. Abella hanya memberi senyum tipis.

Rere betul, tugas di Teruna Angkasa tidak main-main. Walaupun baru beberapa bulan mereka bersekolah, mereka langsung dihadapkan dengan tugas karya. Mereka tidak cuma dicekoki teori, tapi juga diberi tugas-tugas praktik. Ditengah penatnya tugas sekolah dan kegiatan ekskul, Radhina mendadak mendapatkan sebuah ide. 

Ia lalu tersenyum jail dan berkata, “gimana kalo kita rehat dulu hari ini?”

oOo

Keiza, Abella dan Rere kompak menganga. Mereka pikir yang dimaksud ‘rehat’ oleh Radhi itu hang out ke mall atau sekedar jajan sop buah ke warung di sebelah sekolah. Tetapi sepertinya ide Radhina lebih kreatif daripada itu. Cara rehat dari pelajaran miliknya sungguh anti-mainstream yaitu, memanjat ke atap sekolah!

“Nggak sekalian kamu bungee jumping dari tower anak TKJ, Dhi?” Keiza menyindir, wajahnya sudah sarat akan makna ekspresi antara takut dan takjub.

“Ide bagus tuh, tapi berhubung gue belom punya tali bungeenya, mari kita coba dulu yang easy-level.”

“Easy level gimana? Nggak mau ah, aku nggak mau mempertaruhkan nyawa cuma untuk cari seneng!” Keiza mundur tiga langkah belakang, memasang muka khawatir sembari geleng-geleng kepala.

“Nggak bahaya kali Ja, atap sekolah kita datar gitu, itu juga ada batas betonnya.” Yang dimaksud datar oleh Radhi bukan atap yang dibangun dari cor-coran, melainkan genteng metal merah mengkilat yang disusun oleh profesional. Meski begitu Keiza tak menemukan korelasi antara ‘nggak bahaya’ dan datar seperti yang Radhina maksud.

“Datar dari mana! Kamu lihat gentengnya miring begitu!”

“Oh, gue ngerti, lo naik dari situ?” Abella menunjuk tumpukkan kursi dan meja bekas di samping gudang. 

“Bella!” Keiza melotot, kesal karena Bella ketularan sintingnya Radhi.

“Kayaknya aman sih. Asal kita buka kaos kaki.” Abella menggoyang-goyangkan kaki kanannya yang bersepatu. Akhirnya cewek itu mengalah pada adrenalin yang terlanjur terpacu. Radhina nyengir menjawab antusias Abella dan mengacungkan tangan, mengajak tos. Abella tentu saja menyambutnya. 

“Emang-emang lo berdua edan ih!” Rere gemas, ia ada di sisi Keiza untuk hal ini. 

“Ini kalo dalam pelajaran namanya uji prinsip-prinsip tata letak, guys.” Radhina mulai bergerak untuk memanjat. “Gimana caranya kita bisa menjaga proporsi kaki menjejak tempat yang tepat. Terus menjaga keseimbangan tegak lurus dan berat supaya nggak oleng.”
Keiza, Abella dan Rere memperhatikan dengan muka ngeri saat Radhina memanjat sembari memberikan ceramah singkat cocokkologi antara memanjat atap dan design grafis.

“Setiap langkah kalian juga harus sesuai dengan irama, supaya hati tetap tenang, santai,” Radhi perlahan sampai ke atap. “Dan akhirnya bisa lihat design indah yang bisa kita sebut landscape.” Gadis itu berhasil sampai di puncak dengan disusul standing applause dari Abella dan Rere—mereka memang lagi berdiri, sih. Keiza juga hampir bertepuk tangan karena kagum Radhi bisa membuat kalimat penjelasan yang runut begitu.
Atap yang dinaiki Radhi ini adalah atap gedung satu. Gedung satu dan gedung dua sebenarnya disambung oleh bangunan kecil untuk gudang inventaris sekolah yang tak digunakan. Dan lagi kontur tanah yang melandai membuat gedung satu lebih rendah posisinya daripada gedung dua. Sehingga memang mempermudah Radhi untuk naik ke atapnya. 

“Ih! Kalo ketahuan guru gimana?” Rere masih tak ikhlas Radhi melakukan hal gila.

“Udah sore gini, guru nggak bakal ke sini.” Radhi memberi sugesti. “Re, ini tuh gampang banget. Kita naik dari sini, terus injek ini, ini.” Ia lanjut memberi arahan lagi.

“Ayo cepet naik! Pemandangan di sini keren banget!” 

“Oke!” Abella bergerak, ia mulai mengikuti instruksi dari Radhi. 

“Ja! Ayo!” Radhi mengajak Keiza yang gamang. Gadis itu melihat ke kanan dan ke kiri. Saat ini kondisi sekolah memang sepi. Mereka sengaja pulang sangat sore supaya Radhi bisa melancarkan aksinya. Sekali lagi Radhi memanggil, akhirnya Keiza mengiyakan.

Dalam waktu tak sampai lima belas detik, ia sudah sampai di samping Radhi dan merasa kagum. Tak menyangka bisa melihat gedung sekolah dari sudut pandang seperti sekarang. Bagaimana pohon-pohon tersusun dan disusun, tata gedungnya, warna atap dan tembok yang dipilih, dipadu dengan luasnya langit sore Oktober yang kebetulan sedang cerah. Keiza merasa ketakutannya dalam lima belas menit waktu memanjat tak berarti apa-apa.

“Ini keren.” Keiza memuji.

“Ya kan!” Radhi menimpali. “Oi, Re! Mau nyusul nggak?”

Rere yang sedari awal tidak setuju dengan ide itu tetap bergeming. Menjawab tawaran Radhina dengan gelengan singkat. Sampai akhirnya terjadi hal diluar perkiraan ketiganya yang saat itu memang berpikiran pendek. Bu Sulastri, Guru Bimbingan Konseling Teruna Angkasa, muncul dari koridor atas sembari beristighfar sekuat-kuatnya. Radhina, Keiza dan Abella saling pandang. Jantung berdegub bahkan lebih keras dari sebelum mereka memanjat. Satu kata muncul bersamaan di dalam hati masing-masing.

Mampus lah kita!

oOo

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Frasa Berasa
65373      7329     91     
Romance
Apakah mencintai harus menjadi pesakit? Apakah mencintai harus menjadi gila? Jika iya, maka akan kulakukan semua demi Hartowardojo. Aku seorang gadis yang lahir dan dibesarkan di Batavia. Kekasih hatiku Hartowardojo pergi ke Borneo tahun 1942 karena idealismenya yang bahkan aku tidak mengerti. Apakah aku harus menyusulnya ke Borneo selepas berbulan-bulan kau di sana? Hartowardojo, kau bah...
Havana
820      403     2     
Romance
Christine Reine hidup bersama Ayah kandung dan Ibu tirinya di New York. Hari-hari yang dilalui gadis itu sangat sulit. Dia merasa hidupnya tidak berguna. Sampai suatu ketika ia menyelinap kamar kakaknya dan menemukan foto kota Havana. Chris ingin tinggal di sana. New York dan Indonesia mengecewakan dirinya.
40 Hari Terakhir
111      76     1     
Fantasy
Randy tidak pernah menyangka kalau hidupnya akan berakhir secepat ini. Setelah pertunangannya dengan Joana Dane gagal, dia dihadapkan pada kecelakaan yang mengancam nyawa. Pria itu sekarat, di tengah koma seorang malaikat maut datang dan memberinya kesempatan kedua. Randy akan dihidupkan kembali dengan catatan harus mengumpulkan permintaan maaf dari orang-orang yang telah dia sakiti selama hidup...
Metamorf
139      114     0     
Romance
Menjadi anak tunggal dari seorang chef terkenal, tidak lantas membuat Indra hidup bahagia. Hal tersebut justru membuat orang-orang membandingkan kemampuannya dengan sang ayah. Apalagi dengan adanya seorang sepupu yang kemampuan memasaknya di atas Indra, pemuda berusia 18 tahun itu dituntut harus sempurna. Pada kesempatan terakhir sebelum lulus sekolah, Indra dan kelompoknya mengikuti lomba mas...
Dikejar Deretan Mantan
509      311     4     
Humor
Dikejar Deretan Mantan (Kalau begini kapan aku bertemu jodoh?) Hidup Ghita awalnya tenang-tenang saja. Kehidupannya mulai terusik kala munculnya satu persatu mantan bak belatung nangka. Prinsip Ghita, mantan itu pantangan. Ide menikah muncul bagai jelangkung sebagai solusi. Hingga kehadiran dua pria potensial yang membuatnya kelimpungan. Axelsen, atau Adnan. Ke mana hati berlabuh, saat ken...
Yang Terindah Itu Kamu
11182      3449     44     
Romance
Cinta pertama Aditya Samuel jatuh pada Ranti Adinda. Gadis yang dia kenal saat usia belasan. Semua suka duka dan gundah gulana hati Aditya saat merasakan cinta dikemas dengan manis di sini. Berbagai kesempatan juga menjadi momen yang tak terlupakan bagi Aditya. Aditya pikir cinta monyet itu akan mati seiring berjalannya waktu. Sayangnya Aditya salah, dia malah jatuh semakin dalam dan tak bisa mel...
Konstelasi
885      464     1     
Fantasy
Aku takut hanya pada dua hal. Kehidupan dan Kematian.
Rekal Rara
12204      3639     0     
Romance
"Kita dipertemukan lewat kejadian saat kau jatuh dari motor, dan di pisahkan lewat kejadian itu juga?" -Rara Gleriska. "Kita di pertemukan oleh semesta, Tapi apakah pertemuan itu hanya untuk sementara?" -Rekal Dirmagja. ▪▪▪ Awalnya jatuh dari motor, ehh sekarang malah jatuh cinta. Itulah yang di alami oleh Rekal Dirmagja, seorang lelaki yang jatuh cinta kepada wanita bernama Rar...
Without Guileless
1118      644     1     
Mystery
Malam itu ada sebuah kasus yang menghebohkan warga setempat, polisi cepat-cepat mengevakuasi namun, pelaku tidak ditemukan. Note : Kita tidak akan tahu, jati diri seseorang hingga kita menjalin hubungan dengan orang itu. Baik sebuah hubungan yang tidak penting hingga hubungan yang serius
Izinkan Aku Menggapai Mimpiku
93      74     1     
Mystery
Bagaikan malam yang sunyi dan gelap, namun itu membuat tenang seakan tidak ada ketakutan dalam jiwa. Mengapa? Hanya satu jawaban, karena kita tahu esok pagi akan kembali dan matahari akan kembali menerangi bumi. Tapi ini bukan tentang malam dan pagi.