Loading...
Logo TinLit
Read Story - Our Perfect Times
MENU
About Us  

Keiza menengok kanan kiri. Sekarang tugasnya bukan cuma mencari tanda tangan para ketua ekskul, tetapi juga mencari Radhina Geastari. Kemana sih gadis itu pergi? Tak disusul sebentar jejak langkahnya sudah menghilang bak ditelan bumi. 

Sebenarnya sekarang sudah lebih mudah mencari ketua ekskul ketimbang Radhi. Sejauh mata memandang, Keiza bisa menemukan kelompok-kelompok kecil berkerumun. Yang menjadi Pusatnya adalah orang-orang yang ‘disangka’ atau memang ketua ekskul. Yah, daripada Keiza sia-sia keliling, lebih baik ia tuntaskan sedikit misinya dengan ikut berkerumun meminta tanda tangan. 

“Hai, kenalin, gue Keiza dari DKV 1.” Keiza berusaha berkenalan dengan seorang cewek dari kelasnya. Cewek itu juga sedang berusaha mendekati kerumunan yang paling besar. Ia tersenyum kecil dan segera menanggapi perkenalan Keiza,

"Hallo, Gue Abella, lo mau minta tanda tangan juga?"

"Iya," 

"Ini yang jadi pusatnya tuh Kak Bayu, ketua ekskul basket." Cewek itu berbisik, wajahnya agak bersemu. Keiza tahu nama Bayu, sosok yang jadi selebriti sekolah karena bentuk visualnya yang memanjakan mata. Pantas saja kerumunannya seramai ini.

“Oh, tapi kayaknya antriannya masih panjang ya.” Keiza berjingkat-jingkat, berusaha melihat sosok yang sedang kewalahan menandatangani buku catatan anak-anak. 

“Nggak kok, dikit lagi!” Abella optimis. Namun sepertinya Kak Bayu mulai jengah dan ia pamit karena alasan dipanggil panitia MPLS yang lain.

“S-sori ya, sori. Saya kembali ke ruang OSIS dulu,” ucapnya ketika mendengar para peserta MPLS keberatan. Bahu Keiza yang semula terangkat mendadak lemas. Abella juga kecewa, tetapi ia lebih merasa kasihan pada Keiza yang belum mendapatkan tanda tangan. Abella kemudian memutuskan untuk menunjukkan buku catatannya.

“Ini nama kakak kelas yang udah gue dapetin tanda tangannya. Kamu coba minta ke mereka aja.” Namun penjelasan itu terpotong karena seorang cewek berwajah galak datang dan memanggil Abella, “Bel! Ayo, kita harus ngejar Kak Bayu!” 
Keiza lantas mengambil waktu beberapa detik untuk menyalin nama-nama ketua ekskul yang sudah Abella dapatkan. 

“Hati-hati, sama yang ini. Yang ini agak susah diajak komunikasi.” Abella menunjuk satu nama, mewanti-wanti. Hanya saja Keiza terlalu fokus menulis dan si teman galak Abella terus-terusan memanggil, Keiza tak sempat menghafal lebih jauh. 
Hm? Siapa tadi yang susah diajak komunikasi?

oOo

Ah… ternyata orang yang dimaksud Abella adalah ketua ekskul Paskibra. Orangnya sih kalem. Sibuk mengerjakan sesuatu di sudut ruang ekskul. Keiza memilih ketua ekskul paskibra karena ia tak harus berkerumun. Lagipula ruangan ekstrakurikuler itulah yang paling dekat dengan lokasinya sekarang. Namun ternyata justru Si Ketua Paskib inilah orang—yang menurut Abella, susah diajak berkomunikasi.

“Buku tanda tangan kamu masih kosong? Nggak bisa yah, harus cari dulu minimal tiga tanda tangan baru kamu bisa ke sini.” Begitulah penjelasan dari ajudan sang Ketua Paskibra. Cewek berambut pendek model bob ala-ala polisi wanita. Membuat Keiza teringat tayangan malam hari yang menampilkan polisi wanita cantik sibuk menilang para pengendara liar. Hanya saja yang ini versi remajanya. Pemilik ucapan-ucapan ramah tapi sarat akan palang-halang-rintang-menghadang. 

“Tapi Kak, aku…” sudah gagal dapat tanda tangan Kak Bayu si Ketua Basket, masa sih Keiza harus kehilangan tanda tangan Ketua Paskibra juga?

Lalu Radhi muncul entah dari mana, menyodorkan buku catatannya pada ajudan Ketua Paskibra. “Saya juga mau minta tanda tangan, Kak.” 

Si Ajudan tampak malas menanggapi, tapi dia tetap saja mengatakan kalimat, “harus cari dulu minimal tiga tanda tangan,” seolah-olah itu telah jadi standar operasional prosedur. Keiza sudah akan mundur, tetapi Radhi bergeming, hanya menatap si ajudan dengan tatapan menuntut. 

Si Ajudan mendengkus sembari melipat tangan di depan dada. “Gini ya Dek, kalian kan punya kuping, terus juga kalau kalian bener lulus ke jurusan DKV, nalar kalian pasti bagus kan? Perlu banget saya ulang lagi kata-kata saya?”

Radhi baru mau buka mulut, tapi kerumunan anak yang sudah dapat tiga tanda tangan langsung datang dan si Ajudan membiarkan mereka masuk. Mengabaikan keberadaan Keiza dan Radhi.

“Yaudahlah, kita cari yang lain aja.” Keiza mengajak Radhi pergi. Namun sebelum keduanya melangkah, Radhi menarik nafas dan mengucapkan,

“mana katanya nggak ada tindas-menindas? Nggak dimana-mana tetep aja ada yang namanya senioritas!” Sengaja ia katakan keras-keras supaya seisi ruangan ekskul Paskibra bisa mendengarnya. Setelahnya Radhi langsung memboyong Keiza dengan langkah setengah gusar. 

Keiza kaget sendiri melihat teman barunya yang satu ini. Tindakannya berani sekali! Memang sih, Keiza juga kesal dengan perlakuan para ketua ekskul yang pada sok jual mahal. Namun kalau sampai seperti tadi sih… ngeri juga.

“Dhi, kamu kayaknya berlebihan deh.”

“Nggak apa-apa, biar mereka tahu kalau mereka tuh punya bakat mempersulit orang.” Jawab Radhi ketus.  “Dahlah, kita cari ketua yang lain aja.” 

Keiza kemudian melihat nama kedua di dalam daftar yang ia sontek dari Abella. Untungnya, nama-nama itu memberi mereka tanda tangan tanpa syarat yang aneh-aneh. Membuat Keiza senang, mood Radhi bisa baik kembali. 

“Omong-omong, gue pikir lo bakal ngumpulin tanda tangan bareng Avis.” Radhi teringat beberapa saat yang lalu meninggalkan kedua orang itu di lorong. Ia membuka satu lagi permen lolipop, menawari Keiza sebelum mengemutnya.

“Nggak,” jawab Keiza sekaligus menolak tawaran permen.

“Kenapa? Gue yakin dia udah dapet banyak tanda tangan.”

Keiza teringat buku catatan Avis yang lembar pertamanya hampir penuh. “Nggak mau. Aku takut sama dia.”

“Lah kenapa?”

Keiza berpikir sebentar, tapi ia tak menemukan alasan atau kata-kata yang tepat. Kalau bisa dibilang, Keiza jarang berinteraksi dengan teman laki-laki. Mungkin saja ia akan lebih rileks bila bicara dengan Avis saat ada Radhi di sampingnya. Namun Keiza tak ingin mengatakan hal itu sekarang. Cewek itu lebih suka mengalihkan topik. 

“Selanjutnya ketua ekskul Animasi!” 

Radhi memutar bola matanya, malas. Kemudian ada satu hal yang membuatnya tertarik.

“Lo nggak mau ikutan ekskul ini, Ja?” ia bertanya, tetap sembari mengemut permen lolipop.

“Animasi? Hmm…” lagi-lagi Keiza berpikir. Ia suka gambar, bahkan saat SMP Keiza membuat komik sendiri. Hanya saja komik-komik itu untuk konsumsi pribadi. Keiza tak percaya diri dengan gambar tangannya. Ia lebih suka mempublikasikan tulisan-tulisannya.

“Gambarku jelek.”

“Lah, DKV kan materinya kebanyakan ngegambar?” Radhi tertawa heran.

“Mm, sebenernya aku masuk DKV karena nggak bisa masuk RPL,” Keiza nyengir. “Kenapa? Kamu mau masuk Animasi?” Cewek itu balik bertanya. 

“Ng… gue juga nggak terlalu bisa gambar.” Radhi mengakui.

“Laaah,” Keiza tak mampu menahan tawanya. “Terus kenapa tertarik di jurusan ini?”

“Ya nggak apa-apa, DKV SMK kan belajarnya bener-bener dari awal. Lagian gue doyan nonton anime (kartun Jepang) kok! Otak gue udah kebanyakan liat gambar, jadi gue suka ngebayangin, kayaknya gue bisa gambar. Contohnya kayak anime yang di pin lo kemarin. Apa tuh namanya,” Radhi mengingat-ingat. “Ng, gue suka sama lagunya.”

Keiza nyengir-nyengir, merasa sedikit lucu. Radhi hampir mirip seperti dirinya. Masuk DKV hanya berlandaskan modal suka nonton kartun? Bisa dibilang, dengan banyak melihat gambar, otak akan terstimulus untuk menggambar juga kan?

“Chihiro, dari Spirited Away.” Keiza menyebut salah satu karakter dan judul film anime yang ia suka.

“Ah iya! Gue sangat suka gaya gambarnya Studio Ghibli, tapi sekarang gue lagi nonton anime lawas, judulnya Bleach, season terakhirnya lagi hype di platform film gue, pas gue cari yang season awal, lagunya bagus-bagus.” Radhi menggumamkan sebuah nada random. Keiza yang juga penikmat animasi Jepang kebetulan tahu lagu apa yang Radhi maksud. 

“Nobody knows who I really am. I never felt this empty before. And if I ever need someone to come along. Who's gonna comfort me and keep me strong.” Keiza menyanyikan apa yang Radhi lantunkan dengan gumaman.

“Ah iya itu!”

Life is Like a Boat-nya Rie Fu. Bagus lagu-lagunya, tapi animenya terlalu banyak adegan berantem jadi aku agak pusing nontonnya.” 

Tiba-tiba langkah kaki dan obrolan kartun mereka terhenti karena dua orang kakak kelas datang menghalangi jalan. Satu laki-laki dan satu perempuan. Keiza pernah melihat kedua orang ini saat sesi Peraturan Baris-Berbaris.

“X DKV 1 dapat sesi khusus untuk PBB. Kalian harus balik ke lapangan sekarang.” Kata kakak kelas itu tanpa tedeng aling-aling. Kakak kelas yang satunya sibuk melihat lolipop di mulut Radhi dengan sinis.

“Selama sedang dalam masa MPLS, dilarang makan permen!” Ucapnya sembari meminta Radhi membuang lolipopnya ke tempat sampah terdekat.
Keiza dan Radhi saling pandang. Mereka memikirkan hal yang sama, kebanyakan berburuk sangka. Apa ini karena sikap Radhi kepada ketua ekskul Paskibra tadi? Jika iya, keadaan bisa jadi gawat karena ini melibatkan semua anak X DKV 1. 

“Kak, saya—“

“Cepet buang permennya, kita balik dulu ke lapangan.” Bahkan kakak kelas melarang Keiza mengucapkan sepatah katapun. Keiza dan Radhi hanya bisa menurut, berharap sesi ini tak berubah menjadi seperti yang mereka pikirkan. Semoga saja panggilan itu benar-benar sesi khusus X DKV 1 untuk menyempurnakan latihan PBB. Semoga.

oOo
 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Heartbeat
226      178     1     
Romance
Jika kau kembali bertemu dengan seseorang setelah lima tahun berpisah, bukankah itu pertanda? Bagi Jian, perjumpaan dengan Aksa setelah lima tahun adalah sebuah isyarat. Tanda bahwa gadis itu berhak memperjuangkan kembali cintanya. Meyakinkan Aksa sekali lagi, bahwa detakan manis yang selalu ia rasakan adalah benar sebuah rasa yang nyata. Lantas, berhasilkah Jian kali ini? Atau sama seper...
Train to Heaven
1184      737     2     
Fantasy
Bagaimana jika kereta yang kamu naiki mengalami kecelakaan dan kamu terlempar di kereta misterius yang berbeda dari sebelumnya? Kasih pulang ke daerah asalnya setelah lulus menjadi Sarjana di Bandung. Di perjalanan, ternyata kereta yang dia naiki mengalami kecelakaan dan dia di gerbong 1 mengalami dampak yang parah. Saat bangun, ia mendapati dirinya berpindah tempat di kereta yang tidak ia ken...
In Your Own Sweet Way
440      314     2     
Short Story
Jazz. Love. Passion. Those used to be his main purpose in life, until an event turned his life upside down. Can he find his way back from the grief that haunts him daily?
Imajinasi si Anak Tengah
2411      1304     16     
Inspirational
Sebagai anak tengah, Tara terbiasa berada di posisi "di antara" Di antara sorotan dan pujian untuk kakaknya. Dan, di antara perhatian untuk adiknya yang selalu dimanjakan. Ia disayang. Dipedulikan. Tapi ada ruang sunyi dalam dirinya yang tak terjamah. Ruang yang sering bertanya, "Kenapa aku merasa sedikit berbeda?" Di usia dua puluh, Tara berhadapan dengan kecemasan yang tak bisa ia jel...
DELUSI
556      392     0     
Short Story
Seseorang yang dipertemukan karena sebuah kebetulan. Kebetulan yang tak masuk akal. Membiarkan perasaan itu tumbuh dan ternyata kenyataan sungguh pahit untuk dirasakan.
Mednorts
429      282     5     
Humor
Definisi anak Mednorts "Ada ya, manusia macam mereka ditengah-tengah sekolah internasional ini?"- Angkasa Putra Azharon "Harap sabar, kelas gue emang isinya anak monyet semua. Termasuk gue ...."- Dityan Casver Arzhelo "Kalian heran lihat tingkah absurd mereka? Lebih mengherankan kalau mereka anteng-anteng aja, nggak ada ulah."- Elang Adiputra
JAR OF MEMORIES
623      419     1     
Short Story
and story about us a lot like a tragedy now
Varian Lara Gretha
5567      1713     12     
Romance
Gretha harus mempertahankan persahabatannya dengan Noel. Gretha harus berusaha tidak mengacuUhkan ayahnya yang berselingkuh di belakang ibunya. Gretha harus membantu ibunya di bakery untuk menambah biaya hidup. Semua harus dilakukan oleh Gretha, cewek SMA yang jarang sekali berekspresi, tidak memiliki banyak teman, dan selalu mengubah moodnya tanpa disangka-sangka. Yang memberinya semangat setiap...
Jalan Tuhan
548      387     3     
Short Story
Percayalah kalau Tuhan selalu memberi jalan terbaik untuk kita jejaki. Aku Fiona Darmawan, biasa dipanggil fia, mahasiswi kedokteran di salah satu universitas terkemuka. Dan dia, lelaki tampan dengan tubuh tinggi dan atletis adalah Ray, pacar yang terkadang menjengkelkan, dia selalu menyuruhku untuk menonton dirinya bermain futsal padahal dia tahu, aku sangat tidak suka menonton sepak bola ata...
Play Rehearsals
434      290     6     
Short Story
She is really excited for the new school play. I wonder if she will like the story i made for the new play