Nama gue Tami, ketua OSIS, pejuang nilai rapor dan pelanggan tetap tukang fotokopi paling legendaris di sekolah.Bang Ucup.
Buat yang belum tahu, bang Ucup bukan tukang fotokopi biasa. Selain bisa fotokopi kertas sobek jadi baru, dia itu punya indera ke enam, atau ketujuh. Atau mesin fotokopi Canon yang biasa dia pakai, ada WiFi nya yang langsung nyambung ke Tuhan.Karena dia sering banget tahu hal-hal yang belum kejadian.
Hari itu gue minta dia fotokopi jadwal piket. Biasa tugas OSIS. Tapi dia malah menatap gue dengan serius sambil bilang."Jangan deketin meja lem di ruang OSIS siang ini, Tam."
Gue ketawa, "kenapa emang bang? Bisa meledak lemnya?
"Enggak, tapi tangan lo bakal nempel sama Farel. Terus satu sekolah mikir kalian jadian.”
Farel. Cowok keren, anak futsal, idola semua kelas. Gue? Jadian sama dia? Yang bener aja.
Tapi… siangnya, pas nyari spidol di ruang OSIS, gue jatuh. Nabrak meja. Lem tumpah. Tangan gue nempel ke tangan Farel. Anak-anak teriak, “CIEEEEEE!”
Gue langsung ke Bang Ucup. “Bang, lo cenayang?!”
Dia cuma ngunyah gorengan sambil nyengir. “Besok jangan duduk deket kipas angin pas upacara ya.”
“Kenapa?”
“Seragam lo bakal kebuka kancingnya.”
GUE NGGAK MAU AMBIL RISIKO.
Sejak hari itu, gue rutin ke Bang Ucup. Bukan buat fotokopi, tapi buat... ramalan harian. Kayak horoskop, tapi versi abang-abang. Dan lo tau apa yang paling absurd?
Ramalannya selalu bener.
Pernah dia bilang, “Jangan jalan di koridor barat, ada kecoa terbang.” Gue bandel. Jalan. Lima detik kemudian, gue teriak-teriak sambil lari, dikejar sesuatu bersayap.
Sekarang, hidup gue berubah. Setiap hari, sebelum rapat OSIS, sebelum ulangan, sebelum jajan cilor di kantin gue selalu mampir dulu ke fotokopian.
Karena kadang nih,hidup remaja butuh lebih dari jadwal pelajaran dan buku PR. Kadang, yang kita butuh,adalah tukang fotokopi yang bisa lihat masa depan.
Sampai akhirnya hari Jumat datang.
Gue dateng ke fotokopian kayak biasa. Tapi anehnya, Bang Ucup diem aja. Mukanya serius. Tangannya berhenti nge-laminating kartu OSIS anak kelas 10.
“Bang?” gue nyolek pelan.
Dia narik napas panjang. “Tam,hari ini jangan ke perpustakaan jam istirahat.”
“Kenapa?” “Kalo lo tetep ke sana, lo bakal kehilangan sesuatu.”
Gue nganga. “Kehilangan apa? Dompet? HP? Akal sehat?”
Tapi Bang Ucup cuma geleng-geleng. “Pokoknya jangan. Gue udah bilang.”
Tentu saja, karena manusia adalah makhluk penuh rasa penasaran (dan gue manusia), gue ke perpustakaan juga. Ya masa nggak belajar bareng anak-anak OSIS? Gue kan panitia kelas inspirasi.
Dan lo tahu apa yang terjadi?
Farel duduk di meja paling pojok, sendirian. Senyum. Ngelambai. “Tam, sini deh. Bantuin gue bikin narasi pembukaan.”
Gue duduk. Biasa aja.
Sampai dia buka tas, ngeluarin kotak kecil warna merah marun. Bentuknya... familiar. Terlalu familiar.
“Tam, sebenarnya gue udah mau bilang dari lama...”
APAAN INI? KOK AURA-AURA ROMANTIS MULAI NGEJEPRET DI OTAKKU?!
Tiba-tiba... CRACK!
Meja pojok belakang ambruk. Anak-anak teriak. Bangku gue goyang. Gue jatuh. Tas gue kebanting. Dan yang keluar dari dalam tas adalah ulangan matematika gue yang gue umpetin. Nilai matematika semester lalu. Yang nilainya... 58.
Seluruh perpustakaan diam. Sampai ada yang nyletuk: “LOH KETUA OSIS KOK REMED MATEMATIKA??!”
Gue lari. Farel kaget. Kotak merah marunnya jatuh ke lantai. Gue nggak sempat lihat isinya.
Besoknya gue ngedumel ke Bang Ucup. “KENAPA GAK BILANG KALO ITU YANG HILANG? HARGA DIRI GUE HILANG, BANG!”
Bang Ucup cuma minum teh manis sambil garuk-garuk kepala. “Gue pikir lo bakal nurut…”
Sejak saat itu, gue benar-benar sadar:
Kadang, tahu masa depan bukan berarti bisa menghindarinya. Kadang, lo harus tetap jatuh dulu... biar belajar bangkitnya lebih niat.
Sekarang, gue udah nggak terlalu sering nanya-nanya ramalan ke Bang Ucup.Tapi gue masih ke fotokopian, tiap pagi. Kadang buat fotokopi tugas. Kadang cuma buat ngobrol.
Farel? Dia akhirnya ngasih tau isi kotak merah itu tiga minggu kemudian. Isinya? Stiker sailor moon yang dia nemu di jalan, karena katanya “Tam, lo suka yang random-random kan.”
Dan gue... cuma bisa ngakak. Mungkin Bang Ucup memang bisa lihat masa depan.
Tapi soal hati? Itu urusan yang bahkan mesin Canon pun gak bisa cetak dua sisi.
TAMAT