Loading...
Logo TinLit
Read Story - Winter Elegy
MENU
About Us  

Seoul, Musim Panas 2010

 

Jinan memalingkan kepalanya ke sana sini, mencari seseorang yang hingga akhir acara kelulusan tak terlihat. Dia mengecek ponselnya, tidak ada pesan balasan dari orang yang dicarinya. Dia sudah menunggu hingga kedua orangtuanya pulang, namun orang yang ditunggu-nya tidak datang. Jinan beralih ke luar veneu, dan mendapati seseorang teman di sana.

“Maaf, apa kau melihat Yoo Ra?” tanyanya kepada teman dekat Yoo Ra.

“Dia tidak datang, Jinan-ah. Dia melewatkan acara kelulusan ini. Dia sedang sibuk berkemas.”

Kening Jinan mengerut, “berkemas?”

Siswi bernama Sol-A itu membelalak, “Kau tidak tahu kalau Yoo Ra akan pindah ke Jepang minggu depan?”

Jinan tercekat. Kata-kata yang ingin dikeluarkan terhenti sampai di tenggorokan. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain berlari meninggalkan sekolah. Dia harus menemui Yoo Ra.

Kemarin malam, mereka merayakan kelulusan di sebuah tempat karaoke, mengapa Yoo Ra tidak mengatakan apa-apa? Bagaimana bisa dia menyembunyikan berita sepenting itu darinya?

Seusai turun dari bus, Jinan berlari untuk segera sampai di rumah Yoo Ra. Di sana dia melihat Yoo Ra sedang terduduk di halaman rumahnya dengan pandangan ke langit. Tatapannya tampak kosong. Sebelum Yoo Ra menyadari kedatangannya, Jinan mengatur napasnya.

Dia akhirnya memberanikan diri mendekati Yoo Ra.

“Ya!” seruan Jinan menggugah lamunan Yoo Ra. Gadis itu spontan membenarkan posisi duduknya.

“Jinan-ah!”

“Kau ini benar-benar keterlaluan. Bagaimana bisa kau melewatkan acara kelulusan ini?” Jinan mengambil tempat persis di sebelah Yoo Ra yang tersenyum getir.

“Maaf. Aku terlalu sibuk untuk—” Yoo Ra terdiam. Dia masih enggan memberitahu situasi yang sedang dia alami akhir-akhir ini. “Jinan-ah, kau sudah memutuskan mendaftar di kampus mana?”

Jinan mengulum bibirnya. Kekesalan di dalam dirinya masih ada dan semakin ingin diluapkan setelah mendengar pertanyaan Yoo Ra barusan.

“Kenapa kau berbohong? Yoo Ra-ya, apa kau masih menganggapku sebagai temanmu?” Nada suara Jinan meninggi.

Yoo Ra memalingkan pandangannya dan mulai menangis. “Maaf. Sejujurnya aku masih punya harapan untuk tetap tinggal di sini dan menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu.”

Tidak bisakah kau tetap tinggal?

Kedua mata Jinan terbuka lebar saat dia merasakan sensasi terjatuh dalam tidurnya. Dia lantas mengamati langit-langit dan ke sekeliling ranjang sebelum akhirnya bangun. Kepalanya menjadi berat. Dia membuka lebar tirai yang menutupi seluruh kasur tempatnya bermalam, berharap mendapatkan udara segar. Tak lama suara gemuruh datang dari perutnya. Dia tidak punya apa-apa untuk dimakan. Rasanya enggan beranjak namun dia butuh makan untuk tetap hidup. Setidaknya sampai kembali ke Seoul.

Jinan menggapai kacamatanya, mengenakan jaket puff, lantas beranjak dari tempat tidur Ini hari keduanya di Osaka, dan dia hanya menghabiskan waktunya di guest house. Seperginya dari rumah Yoo Ra, dia secara acak memesan rumah singgah di daerah Sakuragawa. Pikirannya begitu kacau, sehingga dia tidak memerhatikan apa yang dia pesan. Ketika sampai di tempat, dia terkejut melihat kondisi tempatnya menginap adalah sebuah guest house. Dia berbagi kamar dengan orang-orang asing dari berbagai negara. Tidak ada ruang pribadi, kamar itu hanya berisi ranjang-ranjang bunker bertirai. Tempat tidurnya ada di pojok kamar paling bawah. Di sana lah dia menghabiskan hari-harinya yang sendu. Jinan beruntung, karena pada hari itu tidak banyak tamu yang menginap. Dia hanya melihat hanya ada empat bunker yang bertirai, sisanya, tirai-tirainya dalam keadaan terbuka dengan selimut dan bantal yang masih tersusun rapi.

Kamarnya berada di lantai tiga dengan tangga manual yang hanya bisa dilalui satu orang saja. Jinan memasang hoodie ketika seorang perempuan berada di tengah tangga. Dalam pandangannya, Perempuan bertubuh mungil itu tampak tertatih, kedua tangannya memegangi susuran. Ketika sudah berada di anak tangga paling bawah, Jinan menyusul ketika tamu itu sudah menghilang di balik pintu toilet. Sementara Jinan harus menuruni satu tangga lagi agar dapat menemukan minimarket terdekat.

“Ah, Shibal!” umpatnya begitu melihat langit Osaka cerah. Jinan tersinggung. Dia merasa sedang diejek oleh alam.

Seketika itu pula, Jinan membenci Osaka.

Hari-hari indah yang didambakan Jinan kini hanya tinggal dalam angannya. Dalam sekejab Osaka telah merubah menjadi mimpi buruk. Osaka telah menghancurkan hidupnya yang sempurna. Jinan hilang arah. Dua minggu yang pada awalnya dirasa kurang, kini serasa seperti puluhan purnama. Lama sekali.

Haruskah dia menjadwalkan ulang tiket pulangnya?

Kini dia benar-benar membenci Osaka.

**

 

Perutnya sudah terisi penuh ketika dia keluar dari mini market. Dia menghabiskan dua jam penuh di minimarket itu hanya untuk menghabiskan satu porsi nasi dan ayam goreng. Kini dia tidak punya tujuan selain kembali ke guest house. Di sepanjang perjalanan menuju tempat peristirahatan, dia berpikir untuk kembali ke Seoul. Semakin lama berada di Osaka akan semakin sulit untuknya melupakan malam kelam itu. Dia harus secepatnya meninggalkan kota yang menghancurkan hatinya hingga ta tersisa. Keinginan itu semakin mantap ketika dia baru saja tiba di kamar. Kesunyian membuatnya tidak harus berpikir ulang. Persetan dengan tiket pulangnya yang akan hangus. Dia harus segera berkemas.

Jinan menutup rapat kopernya. Secara berurutan dia menggulung kasur, selimut, dan melepaskan sarung bantal. Setelah meletakkan ke kotak laundry, Jinan merapatkan jaket puff-nya, lantas menggeret kopernya keluar guest house.

Sebelum menggeret kopernya lebih jauh, Jinan lama melihat langit Osaka. Ini akan menjadi kunjungan terakhirnya ke Osaka. Kota yang sudah memberinya trauma.

“Ssss…” Jinan ingin mengumpat, namun dia menahannya.

Dia lantas menggeret kopernya menuju stasiun. Mengandalkan peta digital, dia terus berjalan lurus sembari melihat taksi yang dapat ditumpanginya. Dia sudah berjalan sejauh 1 km namun belum ada taksi kosong yang dapat ditumpanginya. Menurut petunjuk, stasiun terdekat berada di jarak 2 km dari tempatnya, maka dia mempercepat langkahnya.

Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya Jinan sampai di stasiun terdekat. Di depan pintu masuk dia meliarkan pandangannya, mencari rute yang benar menuju Bandara. Lama dia membaca papan arahan, sampai akhirnya dia pun menemukan jalur yang tepat menuju Bandara.

“Hei! Hei! Tunggu!”

Seseorang tiba-tiba berhenti di depan Jinan seolah sedang mengadang kepergiannya. Jinan tentu terkejut, dia tidak mengenali perempuan yang kini membungkuk sembari memegangi lututnya.

“Benar. Kamu orangnya!”

Jinan bisa mendengar suara perempuan itu terengah-engah. Namun dia tidak mengerti dengan kalimat yang diucapkan padanya. Dia ragu, apa benar dirinya lah yang diajak bicara. Tapi kedua mata perempuan muda itu tertuju padanya, seolah dia baru saja menangkap basah kenakalannya.

Tunggu dulu. Perempuan itu tampak tak asing.

“Ini. Kamu meninggalkan benda ini!” Perempuan itu menyodorkan sebuah benda kecil padanya.

Meski masih belum mengerti kalimat yang dilontarkan perempuan itu padanya, kotak beludru biru muda itu berhasil membuat Jinan terkesiap.

“Aku memang—”

“Ini ambil!” Perempuan yang mengenakan turtle neck hitam itu terus mengucapkan kalimat yang sama sekali tidak dimengerti Jinan sembari memaksanya untuk menerima benda yang sudah dia buang itu.

Jinan pun menerimanya. Dia tidak ingin memperpanjang urusannya dengan orang asing. Setelah mengucapkan terima kasih, perempuan itu pergi tanpa sepatah kata, dengan langkahnya yang tertatih.

Sekarang Jinan ingat. Perempuan itu adalah tamu yang menginap di guest house yang sama. Mereka berpapasan beberapa jam lalu. Kini Jinan hanya bisa menarik napas panjang. Dia sudah membuangnya, namun orang asing itu mengembalikannya.

Pertanda apa ini?

Jinan berbalik tanpa alasan, namun apa yang dia lihat sesaat itu juga lebih mengejutkannya.

Perempuan itu tergeletak tak sadarkan diri tepat di belakangnya.

**

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Lovebolisme
167      147     2     
Romance
Ketika cinta terdegradasi, kemudian disintesis, lalu bertransformasi. Seperti proses metabolik kompleks yang lahir dari luka, penyembuhan, dan perubahan. Alanin Juwita, salah seorang yang merasakan proses degradasi cintanya menjadi luka dan trauma. Persepsinya mengenai cinta berubah. Layaknya reaksi eksoterm yang bernilai negatif, membuang energi. Namun ketika ia bertemu dengan Argon, membuat Al...
Langit-Langit Patah
28      24     1     
Romance
Linka tidak pernah bisa melupakan hujan yang mengguyur dirinya lima tahun lalu. Hujan itu merenggut Ren, laki-laki ramah yang rupanya memendam depresinya seorang diri. "Kalau saja dunia ini kiamat, lalu semua orang mati, dan hanya kamu yang tersisa, apa yang akan kamu lakukan?" "Bunuh diri!" Ren tersenyum ketika gerimis menebar aroma patrikor sore. Laki-laki itu mengacak rambut Linka, ...
VampArtis United
1229      746     3     
Fantasy
[Fantasi-Komedi-Absurd] Kalian harus baca ini, karena ini berbeda... Saat orang-orang bilang "kerja itu capek", mereka belum pernah jadi vampir yang alergi darah, hidup di kota besar, dan harus mengurus artis manusia yang tiap hari bikin stres karena ngambek soal lighting. Aku Jenni. Vampir. Bukan yang seram, bukan yang seksi, bukan yang bisa berubah jadi kelelawar. Aku alergi darah. B...
Unframed
705      477     4     
Inspirational
Abimanyu dan teman-temannya menggabungkan Tugas Akhir mereka ke dalam sebuah dokumenter. Namun, semakin lama, dokumenter yang mereka kerjakan justru menyorot kehidupan pribadi masing-masing, hingga mereka bertemu di satu persimpangan yang sama; tidak ada satu orang pun yang benar-benar baik-baik saja. Andin: Gue percaya kalau cinta bisa nyembuhin luka lama. Tapi, gue juga menyadari kalau cinta...
Fusion Taste
163      150     1     
Inspirational
Serayu harus rela kehilangan ibunya pada saat ulang tahunnya yang ke lima belas. Sejak saat itu, ia mulai tinggal bersama dengan Tante Ana yang berada di Jakarta dan meninggalkan kota kelahirannya, Solo. Setelah kepindahannya, Serayu mulai ditinggalkan keberuntunganya. Dia tidak lagi menjadi juara kelas, tidak memiliki banyak teman, mengalami cinta monyet yang sedih dan gagal masuk ke kampus impi...
FAMILY? Apakah ini yang dimaksud keluarga, eyang?
224      188     2     
Inspirational
Kehidupan bahagia Fira di kota runtuh akibat kebangkrutan, membawanya ke rumah kuno Eyang di desa. Berpisah dari orang tua yang merantau dan menghadapi lingkungan baru yang asing, Fira mencari jawaban tentang arti "family" yang dulu terasa pasti. Dalam kehangatan Eyang dan persahabatan tulus dari Anas, Fira menemukan secercah harapan. Namun, kerinduan dan ketidakpastian terus menghantuinya, mendo...
A Missing Piece of Harmony
292      232     3     
Inspirational
Namaku Takasaki Ruriko, seorang gadis yang sangat menyukai musik. Seorang piano yang mempunyai mimpi besar ingin menjadi pianis dari grup orkestera Jepang. Namun mimpiku pupus ketika duniaku berubah tiba-tiba kehilangan suara dan tak lagi memiliki warna. Aku... kehilangan hampir semua indraku... Satu sore yang cerah selepas pulang sekolah, aku tak sengaja bertemu seorang gadis yang hampir terbunu...
FLOW : The life story
99      88     0     
Inspirational
Dalam riuh pikuknya dunia hiduplah seorang gadis bernama Sara. Seorang gadis yang berasal dari keluarga sederhana, pekerja keras dan mandiri, gadis yang memiliki ambisi untuk mencari tujuannya dalam berkehidupan. Namun, dalam perjalanan hidupnya Sara selalu mendapatkan tantangan, masalah dan tekanan yang membuatnya mempertanyakan "Apa itu kebahagiaan ?, di mana itu ketenangan ? dan seperti apa h...
May I be Happy?
629      380     0     
Inspirational
Mencari arti kebahagian dalam kehidupan yang serba tidak pasti, itulah kehidupan yang dijalani oleh Maya. Maya merupakan seseorang yang pemalu, selalu berada didalam zona nyamannya, takut untuk mengambil keputusan, karena dia merasa keluarganya sendiri tidak menaruh kepercayaan kepada dirinya sejak kecil. Hal itu membuat Maya tumbuh menjadi seperti itu, dia tersiksa memiliki sifat itu sedangka...
Can You Be My D?
97      87     1     
Fan Fiction
Dania mempunyai misi untuk menemukan pacar sebelum umur 25. Di tengah-tengah kefrustasiannya dengan orang-orang kantor yang toxic, Dania bertemu dengan Darel. Sejak saat itu, kehidupan Dania berubah. Apakah Darel adalah sosok idaman yang Dania cari selama ini? Ataukah Darel hanyalah pelajaran bagi Dania?