Loading...
Logo TinLit
Read Story - No Life, No Love
MENU
About Us  

“Kadang hal baik muncul ketika manusia sudah pasrah dengan kehidupannya.”

***

Selama dua minggu lebih dia terlalu sibuk mengurusi kegiatan penelitian sosialnya. Erilya jadi tidak memiliki waktu untuk memperbarui tulisannya. Belum sempat dia membuka akunnya, teman-teman asingnya sudah mengingatkan dirinya untuk makan bersama. Kali ini mereka memang sudah menjadwalkan untuk makan bersama di salah satu asrama temannya. Mereka membawa makanan khas dari negara masing-masing. Kegiatan itu berlangsung lama karena mereka juga mengabadikannya dengan video.

Erilya sesekali mencoba makanan yang dibawa oleh mereka. Dia mencoba hot pot yang selama ini hanya dia lihat di drama-drama kesayangannya. Rasa mala membakar tenggorokannya. Pedas dan cukup menggelitik perutnya yang memang sudah tidak tahan rasa-rasa yang terlalu kuat. Tetapi mulutnya masih menerima makanan itu. Memang begitulan mulut dan perut yang tidak sinkron. Paling-paling nanti dia bertapa di kamar mandi.

“Please, Er. Don’t eat too much. Let’s play a game.” Svenna menarik Erilya untuk bermain bersama. Perempuan itu memberikan satu wadah besar buah-buahan agar perut Erilya tidak terbakar. “Eat this fruit for your stomach. Don’t get sick.”

Erilya menurut dan mereka akhirnya bermain tebak-tebak kata hingga lelah. Pada akhirnya mereka terlelap di tempat masing-masing. Apalagi beberapa di antara mereka meminum alkohol ketika kalah bermain sehingga pada akhirnya benar-benar tepat. Erilya yang tidak minum pun ikut tertidur karena mengantuk.

Dia terbangun setelah mendapatkan telepon dari adiknya. Tumben sekali anak manja itu meneleponnya. Pasti ada sesuatu yang perlu dibahas.

“Halo, kenapa Hel?” tanya Erilya sambil menguap. Dia lalu mengambil jaketnya. Udara sudah mulai terasa lembab. Pasti musim dingin sebentar lagi datang. Untuk itu Erilya membawa jaket tebal hari ini. Dia keluar dari asrama Svenna dan menuruni tangga.

“Kakak ada rencana balik nggak? Aku mau ngasih kakak sesuatu nih.”

“Weh apa tuh? Kirim aja ke sini.”

“Minimal mikir kak.” Erilya bisa membayangkan tatapan malas adiknya ketika mengatakan itu. Pasti ekspresinya sangat lucu. “Mahal ya ongkirnya. Mending kakak pulang aja.”

“Lagi dapat apa nih? Dapat kerjaan?” tanya Erilya ngasal. Adiknya itu sedang mengerjakan skripsi tetapi mungkin sedang bekerja juga.

“Loh kok tahu? Haha. Ini gaji pertama aku.” Erilya senang mendengar adiknya tidak perlu merasa putus asa seperti dirinya dulu.

“Tahu dong. Simpen aja barangnya. Nanti kakak transfer juga ya buat jajan kamu. Nanti kasih dikit ke mama sama papa.”

“Eh harusnya aku yang ngasih ke kakak, kok kakak yang ngasih ke aku?” Helena protes karena harusnya dia yang membahagiakan kedua orang tuanya.

“Nggak apa-apa. Sekalian kan. Lagian kakak di sini juga sambil kerja. Cukup banget duitnya.”

“Waw seenak itu ya di luar negeri?”

“Nggak yang enak-enak banget tapi yang jelas ada banyak cara buat dapetin uang di sini.”

“Ahh gitu. Yaudah kakak sehat-sehat ya, aku balik dulu. Byebye kakak.”

Erilya menutup teleponnya setelah sambungan terputus. Apa yang Erilya pahami selama di Indonesia, memang benar bahwa takdir itu akan selalu berbeda antara satu orang dan yang lainnya. Ada yang lebih baik dan ada yang lebih buruk. Semua itu perjalanan masing-masing orang. Tidak ada takdir yang benar-benar sesuai dengan keinginan manusia.

Erilya menatap langit yang mulai petang. Dia beralih menatap kaca asrama Svenna yang sepertinya tidak ada pergerakan. Erilya lalu mengirim pesan di grup dan mengatakan bahwa dirinya pulang terlebih dahulu. Tiba-tiba dia kepikiran dengan novelnya. Penggemarnya dari kemarin sudah menanyakan ke mana dirinya. Untuk itu seharusnya Erilya mulai melanjutkannya kembali agar pembacanya tetap tinggal. Selain itu, dia tidak ingin melupakan tulisannya jika sudah terlalu lama dia tinggalkan.

Sesampainya di asramanya dia langsung menuju ke laptopnya. Teman satu asramanya bahkan terkejut dengan kelakuannya itu. Erilya hanya basa-basi sekilas dan mulai membuka laptopnya. Betapa terkejutnya dia ketika melihat jumlah pembaca yang membludak dan ada banyak pesan di akunnya. Beberapa dari penerbit yang berkeinginan menerbitkannya. Erilya tersenyum dengan senang. Dia berdiri dan menjerit secara tiba-tiba. Dia menatap teman satu kamarnya yang terkejut.

“Realine, hug me.” Realine berdiri dengan bingung tapi mengikuti intruksi Erilya. Perempuan itu memeluk Realine dan mereka berdua loncat-loncat bersama. “But, wait. What do you get? Emm I just … did’n know.”

“My novels get contract from publisher. For a long time I write my novels and this time I get it. It’s so precious for me.”

“AAAA I really proud of you.” Begitu mendengar penjelasan Erilya, Realine pun kembali bersemangat. Kali ini justru perempuan itu yang lebih semangat daripada Erilya. Begini rasanya dirayakan oleh temannya.

Erilya kembali melihat pesannya. Dia lalu melakukan riset kepada masing-masing penerbit. Dia juga menanyakan benefit apa aja kalau tulisannya terbit di mereka. Tentunya Erilya juga sangat mempertimbangkan royalty. Dia tidak ingin tulisannya dihargai dengan murah. Banyak proses yang telah dia lalui untuk bisa menghasilkan karya. Apalagi tujuan dia saat ini tidak terlalu fokus dengan uang. Tentunya jika bukunya terbit dia ingin bukunya benar-benar ditangani dengan baik dan pembagian hasil yang sesuai. Semua itu harus imbang meskipun Erilya tidak memofkuskan kepada hasil penjualan karena untuk masalah itu adalah urusan perusahaan.

Selang beberapa minggu pada akhirnya Erilya menemukan penerbitan yang benar-benar cocok. Dia melakukan tanda tangan pertamanya. Dia berharap semua bukunya akan diproses dengan lancar. Dia tidak ingin cerita orang-orang yang dibohongi oleh penerbit terjadi padanya. Dia berharap masalah penerbitan tidak membawa masalah baru dalam hidupnya. Biarkan dia hidup dengan tenang di negara orang lain.

Sesekali dia berkomunikasi dengan editor untuk mengubah beberapa kalimat, urutan bab, dan hal-hal lainnya yang dirasa tidak pas. Setelah itu mereka juga berkoomunikasi mengenai teknik marketing yang diperlukan. Mereka menyiapkan beberapa konsep untuk dilakukan meet and greet tetapi Erilya menolak.

Setelah semua proses penerbitan selesai dan Erilya mendapatkan hasil buku fisiknya, Erilya puas. Tidak banyak typo dan tulisannya menjadi lebih rapi. Erilya menyadari bahwa dirinya memang tidak cocok untuk menjadi seorang editor. Buktinya ketika proses editing banyak tulisannya yang tidak sesuai. Untuk itu prosesnya cukup lama. Erilya juga harus ikhlas ketika harus memotong beberapa adegan di ceritanya.

Dulu Erilya sangat menginginkan sebuah buku tertulis namanya sebagai editor di bagian penyusunan. Sekarang justru namanya terpampang dengan nyata di depan cover. Namanya menjadi abadi dengan tulisan yang abadi. Novel itu menjadi pembuka karirnya sebagai seorang penulis.

Erilya berjanji kepada dirinya sendiri akan berjuang dengan kuat sekali lagi untuk mencapai pekerjaan yang muncul secara tiba-tiba ini. Erilya akan menulis lebih banyak cerita yang menarik.

Pada awal peluncuran buku, buku itu mendapatkan pra pesan yang cukup banyak. Para penikmat di website juga memesannya. Pembelinya membludak dan menjadi karya yang sukses. Erilya juga diberikan sepuluh buku lagi oleh editor di cetakan pertama. Buku itu kemudian Erilya kirim ke rumahnya. Dia sudah cukup puas dengan mendapatkan sampelnya saja.

Kesukseskan itu membuat novel satunya juga tertarik diterbitkan oleh penerbit yang sama. Erilya kembali melakukan tanda tangan kontrak. Terkahir novel petualangan yang dulu dia kirimkan ke salah satu penerbit juga berhasil menarik penerbit khusus fantasi. Penerbit itu sangat-sangat tertarik untuk menerbitkan bukunya. Bahkan mereka rela mengeluarkan kocek sendiri untuk membiayai buku Erilya. Masalahnya penerbit itu masih tergolong ke dalam penerbit vanity, sehingga tawaran yang tidak masuk akal itu mereka berikan kepada Erilya. Mereka sepertinya sangat-sangat menyukai novel Erilya.

Pada akhirnya Erilya melepaskan buku itu ke tangan penerbit vanity yang berani menjamin karyanya akan diperlukan sebaik mungkin. Mereka juga menyiapkan konsep yang bagus untuk peluncurannya. Mereka kembali meminta Erilya melakukan meet and greet. Berhubung tepat di hari liburannya, Erilya bisa memesan tiket pesawat dan pulang. Dia sudah memiliki cukup uang untuk pulang dan pergi dengan membayar tiket pesawat sendiri.

Erilya: Oke, saya akan hadir di peluncuran buku saya

Erilya mengirim pesan itu kepada kedua penerbit yang masih berusaha untuk mengajaknya melakukan meet and greet.

Penerbit buku fantasi dan novel romansanya ikut senang mendengarnya. Mereka menjadwalkan masing-masing dua minggu dengan tiga sesi. Dua sesi di minggu pertama dan satu sesi di minggu kedua. Erilya tentunya tidak memiliki banyak waktu di rumah, tetapi tidak masalah, semua ini akan terbayarkan ketika bertemu dengan orang-orang yang mendukung dirinya. Kapan lagi dia bisa bertemu dengan mereka jika Erilya tidak menyempatkan waktunya. Semua pilihan ada di tangannya karena dialah penulisnya.

Dan juga, semua ini adalah impiannya …

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta Wanita S2
8152      2162     0     
Romance
Cut Inong pulang kampung ke Kampung Pesisir setelah menempuh pendidikan megister di Amerika Serikat. Di usia 25 tahun Inong memilih menjadi dosen muda di salah satu kampus di Kota Pesisir Barat. Inong terlahir sebagai bungsu dari empat bersaudara, ketiga abangnya, Bang Mul, Bang Muis, dan Bang Mus sudah menjadi orang sukses. Lahir dan besar dalam keluarga kaya, Inong tidak merasa kekurangan suatu...
The Best Gift
59      56     1     
Inspirational
Tidak ada cinta, tidak ada keluarga yang selalu ada, tidak ada pekerjaan yang pasti, dan juga teman dekat. Nada Naira, gadis 20 tahun yang merasa tidak pernah beruntung dalam hal apapun. Hidupnya hanya dipenuhi dengan tokoh-tokoh fiksi dalam  novel-novel dan drama  kesukaannya. Tak seperti manusia yang lain, hidup Ara sangat monoton seakan tak punya mimpi dan ambisi. Hingga pertemuan dengan ...
The Final Promise
706      202     0     
Romance
The Final Promise menceritakan kisah Ardan dan Raya, pasangan yang berjuang menghadapi kenyataan hidup yang pahit. Raya, yang tengah berjuang dengan penyakit terminal, harus menerima kenyataan bahwa waktunya bersama Ardan sangat terbatas. Meski begitu, mereka berdua berusaha menciptakan kenangan indah yang tak terlupakan, berjuang bersama di tengah keterbatasan waktu. Namun, takdir membawa Ardan ...
The First 6, 810 Day
1742      1088     2     
Fantasy
Sejak kecelakaan tragis yang merenggut pendengarannya, dunia Tiara seakan runtuh dalam sekejap. Musik—yang dulu menjadi napas hidupnya—tiba-tiba menjelma menjadi kenangan yang menyakitkan. Mimpi besarnya untuk menjadi seorang pianis hancur, menyisakan kehampaan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Dalam upaya untuk menyembuhkan luka yang belum sempat pulih, Tiara justru harus menghadapi ke...
Je te Vois
2152      1190     0     
Romance
Dow dan Oi sudah berteman sejak mereka dalam kandunganklaim kedua Mom. Jadi tidak mengherankan kalau Oi memutuskan ikut mengadopsi anjing, Teri, yang merupakan teman baik anjing adopsi Dow, Sans. Bukan hanya perihal anjing, dalam segala hal keduanya hampir selalu sama. Mungkin satu-satunya yang berbeda adalah perihal cita-cita dan hobi. Dow menari sejak usia 8 tahun, tapi bercita-cita menjadi ...
Sebelah Hati
2515      1273     0     
Romance
Sudah bertahun-tahun Kanaya memendam perasaan pada Praja. Sejak masih berseragam biru-putih, hingga kini, yah sudah terlalu lama berkubang dengan penantian yang tak tentu. Kini saat Praja tiba-tiba muncul, membutuhkan bantuan Kanaya, akankah Kanaya kembali membuka hatinya yang sudah babak belur oleh perasaan bertepuk sebelah tangannya pada Praja?
Anikala
3430      1258     2     
Romance
Kala lelah terus berjuang, tapi tidak pernah dihargai. Kala lelah harus jadi anak yang dituntut harapan orang tua Kala lelah tidak pernah mendapat dukungan Dan ia lelah harus bersaing dengan saudaranya sendiri Jika Bunda membanggakan Aksa dan Ayah menyayangi Ara. Lantas siapa yang membanggakan dan menyanggi Kala? Tidak ada yang tersisa. Ya tentu dirinya sendiri. Seharusnya begitu. Na...
FaraDigma
3517      1335     1     
Romance
Digma, atlet taekwondo terbaik di sekolah, siap menghadapi segala risiko untuk membalas dendam sahabatnya. Dia rela menjadi korban bully Gery dan gengnya-dicaci maki, dihina, bahkan dipukuli di depan umum-semata-mata untuk mengumpulkan bukti kejahatan mereka. Namun, misi Digma berubah total saat Fara, gadis pemalu yang juga Ketua Patroli Keamanan Sekolah, tiba-tiba membela dia. Kekacauan tak terh...
Broken Home
50      48     0     
True Story
Semuanya kacau sesudah perceraian orang tua. Tak ada cinta, kepedulian dan kasih sayang. Mampukah Fiona, Agnes dan Yohan mejalan hidup tanpa sesosok orang tua?
Winter Elegy
1137      754     4     
Romance
Kayra Vidjaya kesuma merasa hidupnya biasa-biasa saja. Dia tidak punya ambisi dalam hal apapun dan hanya menjalani hidupnya selayaknya orang-orang. Di tengah kesibukannya bekerja, dia mendadak ingin pergi ke suatu tempat agar menemukan gairah hidup kembali. Dia memutuskan untuk merealisasikan mimpi masa kecilnya untuk bermain salju dan dia memilih Jepang karena tiket pesawatnya lebih terjangkau. ...