“Mungkin masa kita bersama memang telah berakhir, mari membuka kisah yang baru.”
***
Setiap orang ada masanya sendiri-sendiri untuk saling bertemu, menghabiskan waktu, dan bersama-sama. Jika masanya habis, maka sebanyak apa pun kesempatan yang berusaha dijadwalkan tidak akan bisa terlaksana. Sama halnya jika kita berada di tempat yang sama, di waktu yang sama, tapi tidak dipertemukan, maka memang takdir kita untuk bertemu telah tidak ada. Tidak jarang justru orang-orang yang tidak ingin kita temui muncul di depan kita. Semua itu ada masa dan waktunya. Hidup memang tidak hanya sekadar berkenalan tapi juga menghabiskan waktu bersama.
Masa-masa yang telah terlalui menjadi kenangan manis yang disimpan oleh orang-orang. Meskipun semua telah berakhir tapi terkadang ada salah satu di antara yang lainnya menyimpan kenangan itu. Bagi orang itu kenangan dan orang di dalamnya sangat berharga sehingga tanpa bertemu pun dia bisa mencari tahu bagaimana keadaan orang tersebut. Orang itu tetap berpengaruh di hidupnya dulu. Tidak mudah untuk melupakan segalanya. Dia juga tidak berniat melupakannya.
Orang itu akan menyimpan kenangan sendiri. Tidak semua kenangan berisi kebahagiaan tetapi juga berisi kesedihan. Saat baik-baik saja, orang akan memilih memeluk kenangan itu. Akan tetapi, saat orang dalam keadaan sedih, kenangan itu menjadi menyakitkan. Kenyataannya tidak semua orang ingin memeluk kenangan terlebih betapa menyakitkan hal yang telah dilalui di masa lalu. Orang yang masih ingin menyimpan kenangan itu pasti memiliki alasan yang kuat.
“Kakak udah dapat jadwal buat terapi jalan ya. Mulai minggu depan.” Helena masuk ke dalam kamar setelah berdiskusi dengan dokter kakaknya. Perempuan itu masuk ke dalam kamar sambil menenteng kentang goreng dan sosis. Mulutnya penuh dengan sosis dan di area bibirnya berelepotan saos dan mayonnaise.
“Oke.” Erilya menutup iPad-nya dan menyimpannya di bawah selimut. “Kamu jorok banget, Hel. Itu di bibir kamu banyak saos.” Erilya menarik tiga lembar tisu dan memberikannya kepada adiknya.
Gadis itu tersenyum dengan manis dan mengelap bibirnya. “Habisnya ini enak banget kak. Mau nyoba nggak?”
Erilya tersenyum ragu, terlihat tidak yakin dengan apa yang dikatakan adiknya. “Nggak usah deh. Kamu makan aja.”
“Heeem oke.” Helena lalu memasukkan sosis itu kembali. Giginya mengunyah sosis dan tangannya memasukkan kentang ke mulutnya. Adik kecilnya itu telah tumbuh dewasa tetapi masih memiliki kelakuan seperti bocah pada umumnya.
“Oh ya, Hel. Kamu kan suka main game, kamu kenal beberapa tim game e-sport gitu nggak?” Erilya bertanya dengan penasaran.
Helena memincingkan matanya menatap kakaknya. Instingnya mengatakan ada yang tidak beres. “Mau ngapain kamu, Kak?”
“Mau tahu aja. Kalau ada nomornya boleh dong kasih ke kakak. Hehe.”
Helena lalu mengotak-atik ponselnya. Dia mencari-cari nomor yang belum dia masukkan. Ternyata masih ada nomor-nomor dari tim-tim e-sport yang menghubunginya. Kemarin ketika ada acara lomba di jurusannya, dia kembali diminta untuk bermain game di cabang olahraga e-sport. Setelah itu ada banyak tim-tim game yang menghubunginya. Helena hanya membaca chat itu dan tidak menggubrisnya sama sekali. Dia masih ingin berkuliah dengan tenang meskipun dia memang membutuhkan uang tambahan untuk jajan. Tapi dia lebih memilih untuk menjual jasa joki bermain game daripada harus benar-benar masuk ke tim e-sport. Mungkin nanti jika lulus dia tidak tahu harus melakukan apa. Dia akan mencobanya.
“Udah aku kasih ke kakak. Terserah mau kakak apain tapi yang jelas ini terakhir aku bantuin kakak. Setelah itu aku nggak mau lagi.” Helena menutup ponselnya dan mengunyah sosisnya yang masih tersisa.
“Oke. Terima kasih ya adikku yang cantik.” Erilya memberikan tanda love kepada adiknya dan hanya dibalas dengan wajah jijik.
“Nggak perlu sampai kayak gitu sih kak.” Helena merasa merinding melihat kakaknya. Mereka berdua lalu tertawa bersama. Keadaan ini lebih baik daripada harus melihat kakak tersayangnya tertidur di atas brangkar untuk waktu yang lama.
***
Setelah kakaknya tidur siang, dia mengambil iPad yang tadi disembunyikan oleh Erilya. Pad itu masih memperlihatkan riwayat yang dibuka kakaknya. Terdapat foto Instagram dari Xiandra yang terpampang dengan nyata. Perempuan itu membuka jasa joki game seperti dirinya. Unggahannya masih dalam tanggal-tanggal dekat ini. Sepertinya kakaknya mencari tahu perkembangan kehidupan mantan sahabat-sahabatnya.
Helena sebeneranya tahu bagaimana keadaan sahabat-sahabat kakaknya sekarang. Beberapa waktu lalu Helena tidak sengaja bertemu dengan mereka di Kafe Lagollian. Lebih tepatnya Helena yang tanpa sengaja melihat mereka dan mendengar kehidupan mereka saat ini. Semuanya masih sama-sama berjuang untuk hidupnya. Hanya saja sahabat kakaknya yang bernama Keira ini lebih banyak diam. Tidak banyak berbicara karena memang kehidupannya telah dijamin oleh suaminya. Dia juga sudah memiliki anak yang menemani dirinya. Bisa dibilang hidup Keira yang paling lengkap dari hidup semuanya. Xiandra masih bekerja sebagai joki game karena kehilangan job streamernya. Selain itu, Velove sudah mulai membuka les-lessannya sendiri.
Helena menarik napas dan membuka ponselnya. Dia lalu membalas semua pesan yang dikirimkan oleh tim e-sport. Erilya bilang dia memiliki kandidat yang cocok untuk pemain yang dicari mereka. Hanya saja mereka semua menolak karena memang menginginkan Helena. Pada akhirnya Helena membujuk mereka untuk mencoba menjoki pada perempuan itu. Akhirnya orang-orang itu mencobanya. Helena juga berjanji akan memikirkannya lagi karena ada satu perusahaan yang benar-benar meninginkan dirinya.
Helena juga mengatakan bahwa jika nanti ada orang yang menghubungi mereka, tolong ditanggapi dengan baik karena itu adalah kakaknya. Helena juga meminta kepada mereka untuk langsung menyetujuinya karena bagaimana pun dia tidak ingin pikiran kakaknya terbebani lagi. Sudah cukup dengan kejadian kemarin. Kejadian yang terlah berlalu selama satu tahun itu membuat mereka trauma. Tak jarang mama juga masih menangis ketika solat tengah malam. Bagi Helena sekarang adalah menyingkirkan semua beban pikiran yang ada pada kakaknya. Untuk itu dia tidak masalah jika harus mengorbankan dirinya sendiri. Dia tidak akan memaafkan dirinya lagi jika kakaknya kenapa-napa.
Sebenarnya Helena juga merasa miris karena kakaknya melakukan apa pun untuk sahabatnya meskipun baru bangun dari koma. Tetapi, teman-temannya sama sekali tidak melakukan apa pun untuk kakaknya. Bahkan memberikan sedikit ucapan-ucapan pun tidak. Mereka tidak pernah berusaha untuk kakaknya tapi kakaknya selalu memberikan yang terbaik untuk mereka. Dari awal persahabatan mereka ini hanya kakaknya yang terlalu berusaha, merekanya tidak. Dia tidak akan pernah memafaatkan mantan teman-teman kakaknya itu. Mereka terlalu menyakitkan untuk dikenang.