Senin, 16 Juli 2018. Aku telah menyelesaikan masa putih biru dan mulai beranjak menuju masa putih abu. Setelah kelulusan masa SMP aku mendaftarkan diri ke sekolah yang berada di pusat kota Sumedang yang juga terkenal dikalangan umum serta menjadi salah satu sekolah terfavorit di masanya. Tetapi bukan SMA yang aku pilih melainkan SMK yang aku jalani. Walaupun sedikit perempuan yang masuk kesana tetapi aku yakin dengan kemampuanku dan harapanku aku bisa menjalaninya, melewatinya serta mendapatkan skill yang berguna untuk masa mendatang.
Aku mendaftarkan diri ke Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Sumedang dengan jurusan DPIB (Desain Pemodelan Informasi Bangunan). Aku mendaftar jurusan tersebut karena berfikir, menjadi seorang arsitek atau desainer itu menjanjikan untuk di masa depan dan juga aku merasa cocok di jurusan tersebut serta mungkin aku bisa membuktikan diri dengan itu. Dari sekian banyaknya yang mendaftar dan ketatnya persaingan aku bersyukur, ternyata aku diterima disekolah tersebut dan pada tanggal 16 Juli aku mulai menjalankan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Selama aku menjalani MPLS dan bersekolah di sana, aku harus menjauh dari kedua orang tuaku beserta adik kakak ku disebabkan ketidakmungkinan untuk pulang pergi dari rumah menuju sekolah karena jauhnya jarak yang ditempuh. Pada akhirnya aku tinggal di kostan yang berada tepat dibelakang sekolah.
Ketika aku menjalani masa MPLS, aku diharuskan pukul 06.30 pagi sudah sampai di sekolah maka aku bangun pukul 03.30 pagi untuk mempersiapkan setiap persyaratan yang telah diberitahukan oleh kakak OSIS yang disetujui pihak sekolah. Sebelum adzan berkumandang aku bersiap-siap untuk menyiapkan dan mengecek setiap persyaratan yang harus dibawa, apakah sudah lengkap atau belum. setelah itu adzan berkumandang, aku pun melaksanakan sholat yang sudah menjadi rutinitas sehari-hari tanpa mengetahui "kenapa aku harus melakukan ini. "seperti suatu gerakan hampa tanpa makna, yang dilakukan karena agenda."
Setelah melaksanakan sholat, aku pun mulai menyiapkan diri dan sarapan lalu pergi berangkat menuju sekolah dengan berjalan kaki. Ketika sedang berjalan kaki tiba-tiba ada seorang kakak kelas OSIS yang meneriaki aku dengan berkata "Ayo cepat !, jalannya yang cepat, jangan lambat !." Aku yang mendengar itu terkaget dan mulai berlari menuju sekolah. Dengan nafas terengah-engah aku berhasil sampai di gerbang sekolah, sambil berkata dalam hati "Ini galak banget. padahal waktu masih lama dari jadwal tapi sudah di suruh cepat-cepat. Enggak mandang laki perempuan lagi."
Setelah itu, kakak kelas yang menjaga gerbang bertanya kepada aku dengan tegas "Mana salam nya !" Aku yang masih kelelahan agak berpikir "Ini salam apa yaa, daun salam atau ucapan salam. karena di persyaratan ada daun salam juga" lalu karena aku masih kelihatan bingung, kakak kelas berkata lagi "Sopan santun nya mana, salam aja enggak ada. bukan daun salam !"
Aku pun berkata dengan reflek kaget "Siap kak, maaf ! Assalamu'alaikum."
"Nah gitu dong sopan jadi siswa teh, cepat masuk!." Ucapnya dengan nada tegas.
Aku pun masuk sambil berkata dalam hati "Nih yang enggak sopan jadinya siapa sih, aku atau dia ya ? salam aja enggak di jawab."
Akhirnya aku pun mulai memasuki area sekolah dengan berjalan santai. Sesampainya di lapangan sekolah aku pun mulai berkenalan dengan beberapa perempuan disana. Ada Christy, yang aku enggak bilang dia gendut yaa cuman gemoy aja karena terlihat lucu, ada juga Amanda yang cerdas, dan Fani yang baik, aku lihat dia agak religius sih tapi standar aja kok sama seperti kebanyakan orang hanya saja dia lebih unggul dalam hal menutup aurat yang aku lihat, karena selalu memakai manset.
Yap, aku berkenalan dengan mereka dan ternyata mereka semua yang akan menjadi teman sekelasku nanti serta amanda dan christy juga yang akan menjadi temanku di ekskul kepramukaan.
Selama aku menjalani MPLS tersebut aku melakukan ini itu, tau lah ribet dan capeknya dan finally selesai juga masa itu.
Setelah MPLS berakhir aku mulai menjalani masa SMK ku dengan teman-teman yang baru, sifat yang baru, lingkungan yang baru dan juga kebanyakan laki-laki yang ada disini sementara perempuan sedikit. Tetapi, beruntungnya kelas aku yang paling banyak perempuan yaitu berjumlah 4 termasuk aku, sedangkan kelas yang lain hanya berjumlah 3 bahkan 2.
Aku berada di kelas DPIB 2, dan disana aku mendapatkan teman-teman yang kompak dan baik entah itu dari laki-laki ataupun perempuan. Selama bersekolah disana aku selalu memakai masker berwarna merah berpakaian selayaknya siswi pada umumnya dengan memakai ciput dan kerudung menutupi dada. Kesannya kaya religius yaa. Dan entah mengapa aku lebih nyaman menutupi wajahku walaupun sesekali aku membukanya, tetapi masker merah tersebut selalu aku bawa. Disekolah tersebut aku mengikuti ekstrakulikuler Pramuka, aku masuk kesana karena merasa cocok dan kayaknya sesuai dengan passion ku, yang agak tomboy, mandiri, ingin bebas untuk mengalihkan rasa sepi.
Selama menjalani pembelajaran disana, ada guru yang tegas ada juga yang baik, tetapi ternyata tugas yang diberikan selalu banyak bahkan beberapa membuat berfikir dan bingung sampai-sampai harus bergadang untuk menyelesaikan tugas nya entah itu yang menghitung ataupun menggambar baik manual atau lewat software.
Walaupun begitu aku tetap semangat menjalaninya meskipun sesekali merasa capek tapi aku selalu aktif untuk mengikuti kepramukaan karena hal itu seperti merilis rasa lelah dan sepi yang aku punya walaupun hanya sementara. kalanya, setelah sekolah usai aku pulang menuju kost dan merasa sepi, sendiri, hampa seolah-olah ada yang hilang dalam diri. disamping itu terkadang aku pun merindukan orang tua aku. Tetapi aku pun berfikir dan selalu merasa bahwa aku seperti terjepit perasaan yaitu merasa tidak seistimewa kakak atau di manja seperti adik, aku merasa tidak dilihat. kadang kala selama aku tinggal bersama mereka aku menjadi penengah untuk kakak dan adikku. Sebab, aku masih menyayangi mereka walaupun aku selalu merasa mendapatkan tuntutan ganda dari orang tua aku yaitu terkadang di banding-bandingkan untuk mengikuti jejak baik kakak sekaligus dituntut harus selalu menjadi contoh bagi adik apalagi ditambah dengan kurangnya perhatian dari sosok ayah. Terkadang aku merindukan atau menginginkan sosok ayah yang selalu mendukung, menyemangati dan membersamai putrinya. maka karena hal itu aku merasa mulai muncul tekananan batin dan kelelahan emosional yang membuat aku bertekad bahwa aku harus membuktikan diri dan menjadi mandiri. Maka tidak heran mungkin perasaan itulah yang membuat aku akhir-akhir ini ambis pada suatu tujuan dan pencapaian sampai-sampai memilih SMK untuk mencari jati diri dan minat pribadi bahkan aku masih belum mendapatkan apa itu tujuan hidup ini.
Waktu terus berlalu, selama kelas 10 aku selalu mendapatkan tugas yang begitu banyak bahkan sampai lulus sekolah pun. walaupun aku terlihat seperti tersenyum dalam menjalaninya tetapi dibalik senyum tersebut tersimpan rasa lelah, ketidaktenangan, overthinking dalam menjalani kehidupan.
Ada satu masa ketika aku mengikuti acara camping di ekskul pramuka, dalam riuhnya interaksi aku merasa hampa, dalam ramainya aku merasa sendiri. Dalam memandangi api unggun dan bulan yang muncul aku termenung. entah perasaan apa yang sedang aku rasakan seolah-olah pikiran campur aduk tidak karuan.
Dalam heningnya malam sambil memandang indahnya pemandangan tiba-tiba ada satu kejadian yang datang. dan temanku pun yang bernama amanda memanggiku "Sara cepat kesini, kembali ke tenda !"
Aku pun kaget dan bersegera kembali ke tenda dengan berlari tergesa-gesa, dan ternyata...