Setiap orang pasti pernah mengalami masa remaja. Masa dimana seseorang mulai menghadapi banyak peristiwa di dalam hidupnya. Masa dimana seseorang belajar dari setiap kejadian yang dialaminya. Masa dimana dimulainya pencarian jati diri. Dan juga masa dimana seseorang mulai tertarik dengan lawan jenisnya. Seperti remaja pada umumnya, aku pun mengalami berbagai peristiwa di dalam hidupku. Masa-masa indah yang tak kan pernah ku lupakan.
Seekor burung yang telah lama terkurung di dalam sebuah telur, suatu saat akan berusaha melepaskan diri dari cangkangnya. Di saat itulah ia akan memulai hari barunya dengan penuh harapan. Walaupun helaian bulu di sayapnya belum tumbuh, tetapi tidak lama lagi ia akan mulai mengepakkan kedua sayapnya.
Melihat sang burung, aku merasa seperti melihat potret diriku di kala remaja, berharap suatu saat bisa melihat dunia yang sesungguhnya. Mengepakkan kedua sayap, terbang keliling dunia dan melihat indahnya ciptaan Tuhan. Hingga pada suatu masa, aku bertemu dengan seseorang. Seseorang yang telah menunjukkan padaku satu keindahan.
Saat itu, aku tidak sendirian. Aku bertemu dengan seseorang yang baru saja memulai hari barunya, sama seperti diriku. Orang itu adalah Ken. Ken adalah sahabat baikku, kami selalu bersama kemanapun kami pergi. Perjumpaan kami dimulai saat awal perkuliahan. Pertama kali melihatnya, aku merasa anak itu sedikit aneh. Tapi, setelah aku mengenalnya dan berteman akrab dengannya, aku jadi tahu bahwa dia memang ‘gila’, maksudku dia adalah sosok yang asik untuk diajak berteman. Suatu hari, aku dan dia pergi ke sebuah kafe sekedar ingin berbincang dan bersantai. Tapi disana, ia mengakui satu hal padaku.
“Ndu, gue mau ngomong nih”
“Yaudah ngomong aja”
“Tapi gue malu ngomongnya”
“Apa lo mau nembak gue? Maaf Ken, aku udah punya yang lain”, candaku
“Apaan sih lo, gue masih waras kali”
“Hahaha. Lanjut-lanjut”
“Gue mau jujur sama lo kalo sebenernya tuh gue naksir sama Yura”
“Ha!”
“Kenapa lo? Gak salah kan?”
“Enggak-enggak, gak ada yang salah kok. Pilihan yang tepat bro”
Aku dan Ken kuliah di tempat yang sama dengan Yura. Menurutku Yura memang gadis yang menarik, jadi wajar saja banyak pria yang tertarik padanya. Yura juga gadis yang sangat ramah, dan dia berteman dengan semua orang tanpa melihat status orang tersebut. Kalau menurutku, Yura itu udah sepaket, all in one. Dia cantik, baik dan smart. Nothing perfect but for me she’s almost perfect. Sangat beruntung bagi pria yang bisa menaklukan hatinya.
Seiring dengan pengakuannya, Ken mulai berusaha mendekati Yura. Untuk pertama kalinya kami bertiga duduk bersama. Perbincangan-perbincangan kecil pun terjadi. Aku tak terlalu banyak bicara. Ken dan Yura yang mendominasi perbincangan itu. Kurasa, burung-burung yang terbang membentuk formasi ‘V’ di langit lebih menarik perhatianku kala itu. Namun, aku tersentak saat Yura memanggilku.
“Pandu!”, panggilnya
“Ah! Iya. Kenapa Yu?”
“Kamu kok diem aja sih? Cerita dong. Jangan bengong mulu.”, kata Yura
“Iya nih. Gak kayak biasa. Kok jadi sok cool gini sih lo Ndu? Hahaha..”, Ejek Ken.
“Apaan sih lo”
Sejak saat itu, kami bertiga sering bersama. Hingga pada suatu hari, Ken mengajak Yura untuk makan malam bersama. Untuk pertama kalinya mereka pergi berdua tanpa aku. Ini terlihat seperti kencan. Ya, ini memang kencan. Ini adalah kencan makan malam yang telah di persiapkan oleh Ken untuk Yura. Malam itu, Ken mengutarakan isi hatinya pada Yura.
“Yura, sejujurnya aku tuh suka sama kamu sejak awal kita jumpa. Aku harap, kita bisa lebih dari temen”, ungkap Ken kepada Yura
Yura merasa terkejut mendengar ungkapan perasaan itu. Dia tak menyangka bahwa makan malam yang dia pikir adalah makan malam biasa ternyata sebuah kencan yang telah dipersiapkan oleh Ken.
“Maaf, Ken. Aku gabisa.”, jawab Yura
“Tapi, kenapa? Bukankah selama ini kita selalu bersama? Aku yakin apa yang sudah kita lalui bersama juga telah membuatmu memiliki rasa yang sama sepertiku.”
“Aku memang suka padamu, tapi hanya sebagai teman. Aku tidak bisa lebih dari itu ataupun menjadi kekasihmu. Hati ini sudah menjadi milik orang lain. Maafkan aku”
“Siapa yang kau maksud, Yu?”
“Kebersamaan yang kita lalui memang telah menumbuhkan rasa cinta di hatiku. Tetapi, rasa itu tidak untukmu Ken. Maaf.. Aku terlanjur mencintai Pandu. Menurutku, dia adalah pria yang ku cari selama ini. Ku mohon menegrtilah, Ken.”, jelas Yura
Mendengar penjelasan Yura sontak membuat Ken merasa shock. Sesungguhnya Yura tidak bermaksud menyakiti hati Ken, tapi itulah kenyataannya. Hatinya telah jatuh ke tangan orang lain. Yura berfikir, lebih baik Ken mendengar hal ini dari bibirnya sendiri, bukan dari orang lain.
Saat itu juga dia langsung mengajak Yura pulang dan mengantarnya kerumah. Perasaan Ken sedih bercampur kesal. Ia kesal karena pria yang dicintai Yura adalah aku, sahabatnya sendiri. Mengetahui kejadian malam itu, aku selalu berusaha menghubungi Ken, tapi tidak pernah ada jawaban. Dia juga tidak datang ke kampus akhir-akhir ini. Hingga pada suatu hari dia mengajakku bertemu di kafe tempat kami biasa bersantai.
“Ndu, lo udah denger kan kejadian malam itu?”, tanya Ken
“Iya, gue udah denger dari temen-temen, tapi Ken....”
“Lo juga suka kan sama Yura? Gue tau kok Ndu. Gue sering banget liat lo lagi merhatiin Yura”
“Perasaan lo aja kali. Gue gapernah tuh merhatiin Yura”, jawabku panik
“Please, Ndu. Gue minta lo jujur sama diri lo sendiri. Gue udah lama liat lo terbiasa merhatiin Yura dari jauh, tanpa dia tahu. Dan lo tau, Ndu? Aura lo tuh beda kalo lagi bareng dia”
“Sorry, Ken”
“Ga ada yang perlu minta maaf, Ndu. Kalaupun ada, orang yang harus minta maaf itu gue. Gue udah tau kalo lo suka sama Yura dari awal tapi dengan sengaja gue ngomong ke elo kalo gue suka sama dia dengan harapan lo mundur ngarepin dia. Gue jahat banget ya? Maafin gue, Ndu. Sorry banget.”
“Udahlah Ken”
Aku mengerti perasaan Ken saat itu. Saling menjaga dan memahami adalah kunci dari persahabatan kami. Suatu hari, Ken mendesakku untuk melakukan satu hal yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Dia memintaku untuk jujur kepada Yura tentang perasaanku. Mengungkapkan semua rasa yang telah lama ku pendam tanpa berani ku ungkapkan.
Di suatu senja, tepat di sebuah kafe tepi danau, aku dan Yura duduk bersama. Kala itu suasananya sangat tenang. Hanya ada aku, Yura, dan hembusan angin yang seolah berbisik padaku. Yura terus melihat kearah danau, namun angin sedikit nakal, pandangan Yura terhalang oleh rambutnya yang tertiup angin. Tanpa sadar, tangan ini melayang menyingkirkan helaian rambut dari wajah cantiknya. Sambil memegang tangannya, aku pun memberanikan diri untuk mengatakannya.
“Yura, will you be mine?”
Sejenak dia melihat kearahku, kurasa pandangannya semakin menyempit dan genggamannya pun terasa semakin erat. Ia menjawab pertanyaanku penuh haru sambil tersenyum lembut.
“Yes, I will.”
Tepat saat matahari terbenam aku mendengar jawaban itu. Burung-burung berterbangan mengepakkan kedua sayapnya dengan bebas seolah ikut merayakan kebahagiaanku. Yura adalah orang yang telah menunjukkan padaku satu keindahan, keindahan cinta. Dan Ken, dia adalah orang yang telah memberiku arah menuju keindahan itu. Jika saja aku tidak menyatakannya, mungkin Yura hanya akan menjadi khayalanku di ujung senja. Sunset, terimakasih atas momen indah yang telah kau berikan pada duniaku...
Hi friends!
Please like, share, rate, and vote my short story
Thank you ππ