Loading...
Logo TinLit
Read Story - Surat yang Tak Kunjung Usai
MENU
About Us  

Angin sore membawa bau tanah basah dan sisa asap dari bakaran sampah warga. Maura berdiri di depan pagar besi yang agak berkarat, ragu untuk mengetuk gerbang rumah berlantai dua itu. Rumah Dito. Dari luar, tak ada yang tampak istimewa, kecuali sepeda motor tua yang terparkir miring dan suara televisi dari dalam rumah.

Ia menggenggam erat halaman buku harian Maureen yang disobek dari bagian belakang, tempat di mana catatan itu tertulis dengan tulisan miring, tergesa, tapi penuh amarah dan luka:

“...kau bilang cinta tak harus diumumkan. Tapi bagaimana cinta bisa tumbuh jika terus disembunyikan? Langit kedua milik kita sudah runtuh, Dito. Kau berjanji tidak akan pergi, tapi kau justru pergi dengan cara paling menyakitkan. Jika aku hilang, mungkin itu akan membuat semuanya lebih mudah untukmu.”

Nama itu. Dito. Kata-kata itu membuat napas Maura selalu sesak sejak pertama membacanya. Ia belum pernah bertemu langsung dengan Dito, hanya tahu dari cerita samar Maureen tentang “seseorang yang membuatnya merasa hidup.” Namun, dari tulisannya, jelas—hubungan itu tidak berakhir dengan manis.

Maura menelan ludah. Jantungnya berdentum tak karuan. Ia sudah bolak-balik berpikir—apakah ini langkah yang bijak? Namun, jika ia ingin tahu seluruh kebenaran, ia harus berani menembus segala ketakutannya.

Dengan sisa-sisa energi yang dimiliki, ia menekan bel. Tak lama, seorang perempuan paruh baya dengan wajah ramah membuka pintu. Ia menyipitkan mata, memperhatikan Maura sejenak sebelum bicara.

“Iya, Nak? Cari siapa ya?”

Maura menarik napas, mencoba meredam gugup yang mendesak dadanya. “Saya ... mencari Arya Dito. Dia ada di rumah?”

Perempuan itu menggeleng. “Belum pulang, Nak. Mungkin masih di luar. Kamu temannya?”

Maura mengangguk perlahan. “Saya ... saudara kembar Maureen.”

Wajah perempuan itu berubah. Matanya membesar sejenak, lalu bergeser menjadi sorot heran dan pelan-pelan mengenali. “Maureen? Maureen yang ... pernah datang ke sini? Iya, kamu mirip sekali. Astaga!”

Maura terdiam. “Maureen pernah ke sini?” Suaranya nyaris seperti bisikan.

“Iya, beberapa kali, tapi cuma sampai pagar. Kadang kasih sesuatu, kadang cuma ngobrol di depan. Dito nggak pernah ngenalin dia ke kami. Jadi, Tante pikir dia cuma teman sekolah. Tapi ... caranya melihat Maureen waktu itu, Dito kelihatan beda.”

Maura mencengkeram tali tasnya. Ada perih yang merayap tanpa suara. “Maureen nggak pernah cerita,” bisik Maura.

“Mungkin dia punya alasannya,” ujar ibu Dito pelan. “Masuk dulu, Nak. Kalau kamu nggak keberatan nunggu, Tante buatkan teh.”

ꕤꕤꕤ

Maura duduk di ruang tamu yang sederhana dan terasa asing. Kursi rotan berlapis kain bermotif bunga tampak tua, tetapi rapi. Sebuah foto keluarga tergantung miring di dinding, menampilkan Dito kecil diapit kedua orang tuanya. Maura menatapnya, bertanya-tanya sejak kapan Maureen menyimpan hubungan dengan Dito sedalam itu, hingga sang ibu pun samar-samar mengingatnya.

Suara motor berhenti di luar. Pintu depan terbuka cepat dan suara berat menyapa, “Mah, tadi aku udah bilang ka—”

Langkah Dito terhenti saat matanya menangkap sosok di ruang tamu. “Kamu?”

Suaranya datar, tetapi sorot matanya sejenak goyah. Dia menatap Maura dengan kebingungan, lalu menoleh ke ibunya yang hanya mengangguk pelan, lalu masuk ke dapur, membiarkan mereka berdua.

Maura bangkit berdiri. Rasanya seperti berbicara pada bayang-bayang dari masa lalu Maureen. “Kita perlu bicara,” ucapnya.

Dito menelan ludah, mengangguk tanpa suara. Mereka pindah ke teras belakang, duduk di bawah pohon belimbing yang daunnya berguguran oleh angin sore.

“Aku baca buku harian Maureen.” Maura membuka pembicaraan. “Kau ada di sana. Dalam bentuk kode, tapi aku tahu itu kamu.”

Dito menarik napas panjang, lalu bersandar di sandaran bangku kayu. “Dia bilang, kalau aku benar-benar peduli, aku harus bisa menjaganya ... tanpa menyebutkan semuanya.”

“Tapi kamu gagal,” bisik Maura, tatapannya menusuk. “Apa yang terjadi antara kalian?”

Dito menggosok wajahnya kasar. Jemarinya menggigil samar. “Setelah lulus, aku ... aku mulai sibuk sendiri. Maureen merasa aku berubah, tapi dia nggak tahu, aku mulai kerja bantuin Om di bengkel, biar bisa punya penghasilan sendiri. Aku pengen nyiapin masa depan buat kami.”

“Tapi kamu malah putus dengannya.”

“Karena dia yang minta.” Dito menatap Maura dengan mata merah. “Dia bilang, 'kalau kamu nggak bisa hadir sekarang, buat apa kamu janji nanti?'”

Maura terdiam. Kalimat itu terdengar terlalu dingin, tetapi juga terlalu familiar—seolah Maureen mengatakannya dengan suara penuh luka.

“Kamu nyakitin dia?”

“Mungkin, tapi bukan maksudku.” Dito memalingkan wajah. “Seminggu sebelum dia ... dia bilang kalau dia nggak percaya lagi pada siapapun.”

Maura menggenggam lututnya erat-erat. Angin sore menyapu rambutnya, membawa kenangan yang tak pernah diminta. “Apa dia bilang sesuatu soal ... ‘langit kedua’?”

Dito menoleh cepat. “Langit kedua? Itu ....” Ia ragu. “Itu sebutan dia untuk dunia yang nggak dilihat siapa-siapa. Tempat dia menyimpan semua hal yang nggak bisa dia ucapin.”

Maura mengangguk perlahan. Petunjuk lain yang memperkuat simbol di buku harian Maureen, yang berulang kali menyebutkan “langit kedua” dengan huruf kecil dan digarisbawahi. Tempat di mana ia merasa benar-benar terlihat atau mungkin benar-benar sendiri.

“Aku butuh tahu semua yang kamu tahu tentang Maureen, bahkan kalau itu menyakitkan.”

Dito tak menjawab. Ia hanya mengangguk, perlahan.

ꕤꕤꕤ

Saat malam menjelang, Maura pamit pulang. Ibu Dito mengantarnya sampai pagar, menatapnya dengan mata yang belum bisa menyimpulkan segalanya.

“Maureen gadis baik, ya?” katanya pelan.

Maura hanya menatap tanah. Rasanya berat menjawab itu, karena di balik kebaikan itu, ada dunia gelap yang tak pernah dipahami siapa pun. Bahkan oleh dirinya sendiri.

ꕤꕤꕤ

Di kamar malam itu, Maura menyalakan lampu meja dan kembali membuka buku harian Maureen. Kali ini, ia menyorot kalimat yang sebelumnya dilewati.

“Langit kedua bukan untuk dibuka oleh mereka yang hanya memandang dari luar. Namun, kalau kau membacanya, mungkin aku sudah tak tahan lagi menyimpannya sendiri....”

Maura menyentuh kata “memandang dari luar” dan “menyimpannya sendiri”. Sesuatu dalam frasa itu menyiratkan bahwa ada ruang—mungkin nyata, mungkin metaforis—di mana Maureen pernah menaruh beban yang tak tertulis dan Maura akan menemukannya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
FLOW : The life story
92      82     0     
Inspirational
Dalam riuh pikuknya dunia hiduplah seorang gadis bernama Sara. Seorang gadis yang berasal dari keluarga sederhana, pekerja keras dan mandiri, gadis yang memiliki ambisi untuk mencari tujuannya dalam berkehidupan. Namun, dalam perjalanan hidupnya Sara selalu mendapatkan tantangan, masalah dan tekanan yang membuatnya mempertanyakan "Apa itu kebahagiaan ?, di mana itu ketenangan ? dan seperti apa h...
Ghea
474      312     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...
When Flowers Learn to Smile Again
905      673     10     
Romance
Di dunia yang menurutnya kejam ini, Jihan hanya punya dirinya sendiri. Dia terjebak pada kelamnya malam, kelamnya hidup, dan kelamnya dunia. Jihan sempat berpikir, jika dunia beserta isinya telah memunggunginya sebab tidak ada satu pun yang peduli padanya. Karena pemikirannya itu, Jihan sampai mengabaikan eksistensi seorang pemuda bernama Natha yang selalu siap menyembuhkan luka terdalamnya. B...
Trust Me
65      58     0     
Fantasy
Percayalah... Suatu hari nanti kita pasti akan menemukan jalan keluar.. Percayalah... Bahwa kita semua mampu untuk melewatinya... Percayalah... Bahwa suatu hari nanti ada keajaiban dalam hidup yang mungkin belum kita sadari... Percayalah... Bahwa di antara sekian luasnya kegelapan, pasti akan ada secercah cahaya yang muncul, menyelamatkan kita dari semua mimpi buruk ini... Aku, ka...
40 Hari Terakhir
654      462     1     
Fantasy
Randy tidak pernah menyangka kalau hidupnya akan berakhir secepat ini. Setelah pertunangannya dengan Joana Dane gagal, dia dihadapkan pada kecelakaan yang mengancam nyawa. Pria itu sekarat, di tengah koma seorang malaikat maut datang dan memberinya kesempatan kedua. Randy akan dihidupkan kembali dengan catatan harus mengumpulkan permintaan maaf dari orang-orang yang telah dia sakiti selama hidup...
Cinderella And The Bad Prince
1336      880     11     
Romance
Prince merasa hidupnya tidak sebebas dulu sejak kedatangan Sindy ke rumah. Pasalnya, cewek pintar di sekolahnya itu mengemban tugas dari sang mami untuk mengawasi dan memberinya les privat. Dia yang tidak suka belajar pun cari cara agar bisa mengusir Sindy dari rumahnya. Sindy pun sama saja. Dia merasa sial luar biasa karena harus ngemong bocah bertubuh besar yang bangornya nggak ketul...
Winter Elegy
611      422     4     
Romance
Kayra Vidjaya kesuma merasa hidupnya biasa-biasa saja. Dia tidak punya ambisi dalam hal apapun dan hanya menjalani hidupnya selayaknya orang-orang. Di tengah kesibukannya bekerja, dia mendadak ingin pergi ke suatu tempat agar menemukan gairah hidup kembali. Dia memutuskan untuk merealisasikan mimpi masa kecilnya untuk bermain salju dan dia memilih Jepang karena tiket pesawatnya lebih terjangkau. ...
Let me be cruel
5219      2706     545     
Inspirational
Menjadi people pleaser itu melelahkan terutama saat kau adalah anak sulung. Terbiasa memendam, terbiasa mengalah, dan terlalu sering bilang iya meski hati sebenarnya ingin menolak. Lara Serina Pratama tahu rasanya. Dikenal sebagai anak baik, tapi tak pernah ditanya apakah ia bahagia menjalaninya. Semua sibuk menerima senyumnya, tak ada yang sadar kalau ia mulai kehilangan dirinya sendiri.
The More Cherlones Mysteries (Story Behind)
18702      2881     3     
Mystery
Melanjutkan The Cherlones Mysteries sebagai pembuka dwilogi, The More Cherlones Mysteries memberikan konklusi terhadap semua misteri yang menyelimuti keluarga besar Cherlone. Si kembar Chester dan Cheryl membantu usaha keras penyelidikan kedua pihak kepolisian global yang bertugas, yaitu SARBI (South Asian Region Bureau Investigation) dan ERBI (Europe Region Bureau Investigation). Gimana hasiln...
Jikan no Masuku: Hogosha
4013      1408     2     
Mystery
Jikan no Masuku: Hogosha (The Mask of Time: The Guardian) Pada awalnya Yuua hanya berniat kalau dirinya datang ke sebuah sekolah asrama untuk menyembuhkan diri atas penawaran sepupunya, Shin. Dia tidak tahu alasan lain si sepupu walau dirinya sedikit curiga di awal. Meski begitu ia ingin menunjukkan pada Shin, bahwa dirinya bisa lebih berani untuk bersosialisasi dan bertemu banyak orang kede...