Bab 42
Ill-feel
Hari ini, Soni kembali datang ke rumah Lala untuk persiapan pernikahan. Mereka harus divaksin agar setelah menikah nanti, mereka tetap sehat. Maka, Soni membonceng Lala dengan sepeda motornya ke rumah sakit.
Vaksin memakan waktu selama sebulan lebih sehingga Lala dan Soni harus bolak-balik ke rumah sakit. Mereka juga harus diambil sampel darahnya untuk diperiksa.
Lala termasuk berani. Ia masuk ke ruang laboratorium sendirian untuk diambil sampel darahnya. Bahkan, ia berani menatap lengannya saat jarum menembus kulitnya.
Tidak demikian halnya dengan Soni. Ia minta diantar Lala masuk ke ruang laboratorium. Ketika ditusuk lengannya, ia memejamkan mata ketakutan. Lala merasa ill-feel. Namun, pikirnya, “Cowok mana lagi yang mau menikahi gadis cacat seperti aku?”
Selanjutnya, Lala dan Soni divaksin. Soni cuma divaksin sekali karena ia cowok. Lala harus divaksin beberapa kali karena ia cewek. Ia-lah yang harus mengandung dan melahirkan sehingga risiko untuknya lebih besar. Mereka harus beberapa kali ke rumah sakit untuk mengantar Lala vaksin ulang.
Salah satu vaksin Lala adalah vaksin agar tidak terkena kanker rahim yang diulang sebanyak dua kali sehingga totalnya adalah tiga kali. Soni bertanya, “Kenapa tidak ada vaksin untuk mencegah kanker payudara?”
Kembali Lala merasa ill-feel. Ia berpikir, “Soni ini bodoh sekali. Kalau menikah kan risiko pada wanita adalah kanker rahim karena tergantung kebersihan cowoknya. Sedangkan kanker payudara kan bukan tergantung dari cowoknya tetapi dari hormon si wanita itu sendiri.”
Pulangnya, Lala dan Soni berpapasan dengan seorang kakek yang sedang dituntun oleh cucunya. Celetuk Soni, “Kamu beruntung akan menikah denganku. Aku tidak seperti kakek itu dan tidak akan pernah. Aku kuat dan gagah. Aku sanggup menggendongmu sampai tua.”
“Sombong sekali Soni. Bahkan, ia tidak menggendongku sewaktu aku kesakitan saat jalan bersamanya waktu itu. Bahkan, ia memaksaku untuk terus berjalan walaupun aku sudah tidak kuat. Ia juga menolak tukang becak yang menawari kami untuk naik becaknya. Apakah aku tidak akan tambah susah kalau menikah dengannya?” batin Lala.