Loading...
Logo TinLit
Read Story - Psikiater-psikiater di Dunia Skizofrenia
MENU
About Us  

Bab 6

Nilai B

 

 

Lala yang tadinya sudah mau minum obat dengan teratur, mulai membuang obat-obatannya lagi. Kebanyakan di tempat sampah saat Mama sedang lengah. Mama seringkali lengah karena ia selalu menyibukkan diri dengan pekerjaan rumah tangga. Ia selalu menyapu dan mengepel lantai setiap hari. Padahal, kakaknya yang merupakan tante dari Lala pernah berkata kepadanya, "Tidak usah menyapu dan mengepel setiap hari. Aku saja kalau mengepel, seminggu sekali." Namun, Mama tidak menggubrisnya.

 

Kali ini, Lala kembali membuang obatnya ketika Mama sedang memasak ayam goreng. Tadi, Lala sudah melongoknya. Lala terpaksa membuang obatnya walaupun ia kasihan kepada Mama. Lala merasa dosen itu tidak mencintainya karena ia minum obat. Ia seperti mendengar suara dosen itu yang berkata, “Kamu tidak boleh meminum obat-obatan itu. Obat-obatan itu racun. Nanti, aku akan mencintai dan menemuimu.”

 

Lagipula, Lala merasa tidak normal dan tidak menarik kalau minum obat. Ia merasa seperti orang gila. Ia tidak seperti teman-temannya yang lain yang normal. Mereka selalu bercanda dan tertawa satu sama lain. Tidak seperti Lala yang menyendiri. Ia adalah seorang pemurung, pendiam, dan pemalu.

 

Obat-obatan itu ada yang dibuang di tempat sampah, wastafel, kloset, selokan, dan saluran pembuangan air bergaris-garis di kamar mandi. Hanya sedikit saja obat-obatan yang berhasil disarangkan Mama ke tubuh Lala, dan itu karena Mama mencampurkan obat itu ke makanan dan minuman yang hendak diberikan kepada Lala.

 

Bahkan, saat acara wisuda akan menjelang, Lala mulai menunjukkan keanehan. Ia pergi ke kampus dengan muka muram untuk melihat hasil ujiannya di papan pengumuman. Ternyata, ia memperoleh nilai B. Ia merasa bahwa itu adalah ulah dosen killer-nya itu.

 

Saat meminjam toga di sisi lain gedung kampus, Lala berkata-kata kepada dua orang teman perempuannya yang sedang duduk di sebuah bangku panjang kayu berwarna cokelat di pinggir lorong. Sementara itu, banyak dari teman-teman mereka yang lain yang berdiri karena tidak kebagian tempat duduk. Mereka semuanya mengantri sambil berdesak-desakan.

 

“Aku dibantai waktu ujian pendadaran,” keluh Lala kepada dua orang teman perempuannya yang berponi itu.

 

“Tapi lulus, kan?” tanya teman perempuannya yang berponi dan sekaligus berambut lurus sebahu.

 

“Lulus, sih … tapi …,” keluh Lala lagi. Tiba-tiba, ia berteriak, “Sengit tenan aku karo kae … !” (“Benci sekali aku padanya … !”)

 

Serta-merta, mahasiswi dan mahasiswa yang ada di situ menoleh pada Lala. Lala tidak peduli. Ia melenggang dari situ. Di pintu keluar, ia menjatuhkan sapu tangannya yang tidak dimasukkan dengan sempurna ke dalam saku. Seorang pemuda berambut keriting memungut sapu tangan itu dan mengangsurkannya kepada Lala.

 

“Terima kasih!” ucap Lala. Ia cepat-cepat pergi dari situ menuju ke tempat pemberhentian bus. Ia memutuskan untuk naik bus dan pulang.

 

Ia mengeluhkan tentang nilai B-nya itu kepada teman yang ditemuinya di kantor suratkabar beberapa hari kemudian. Keluhnya, "Pelit sekali dia! Padahal, aku mendapatkan nilai B karena ia membantaiku dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan sulit. Kalau tidak, aku pasti sudah mendapatkan nilai A. Padahal, skripsi kan jumlah sks/sistem kredit semester-nya 6. Kalau aku mendapatkan nilai A, tentu IPK sudah menjadi 3, bukannya 2,84 seperti sekarang. Padahal, kurang sedikit lagi."

 

"Sudahlah, La, tidak apa-apa. Yang penting kamu lulus. Kalau aku mendapatkan nilai B, aku sudah merasa senang sekali," jawab temannya.

 

"Ia mengkritikku yang suka mengajar anak-anak. Katanya, mengajar anak-anak tidak boleh melakukan kesalahan sedikit pun karena anak-anak masih polos dan akan menyerap begitu saja semua yang kita ajarkan," tambah Lala.

 

 "Jangan-jangan ia naksir padaku dan berkata begitu karena berharap aku akan jadi ibu bagi calon anak-anaknya kelak," pikir Lala, mengkhayal.

 

"La?" Temannya mengayun-ayunkan tangan di depan wajah Lala.

 

"Aku keluar dulu," sahut Lala.

 

"La, kamu kemari cuma untuk berkata seperti itu?!" seru temannya dari belakang Lala.

 

Di depan kantor berita, Lala bertemu Papa yang sedang menunggu di mobil. Sapa Papa, "Sudah, La?"

 

"Sudah apa?" tanya Lala, polos.

 

"Pasang iklan," ingat Papa.

 

"Oh, iya." Lala menepuk jidat. Ia kembali masuk ke dalam kantor itu. Kali ini, Papa mengikutinya dari belakang.

 

Temannya terheran-heran melihat Lala masuk lagi dengan ditemani Papa. Kali ini, Papa yang berkata-kata, "Anak saya ini mau pasang iklan. Maklum, mencari pekerjaan zaman sekarang sulit sekali. Lala mau membuka kursus di rumah saja."

 

"Iklan baris atau iklan kolom, Om?" tanya temannya Lala yang kebetulan sudah mendapatkan pekerjaan di kantor berita itu.

 

"Iklan baris saja, yang murah," jawab Papa.

 

"Tapi kemungkinan berhasil lebih besar adalah iklan kolom," tawar teman Lala.

 

"Tidak apa-apa. Iklan baris saja. Lagipula, Lala sama sekali belum membuktikan kemampuannya," terang Papa.

 

Lala mengernyitkan dahi. Pikirnya, "Bukankah aku sudah membuktikan kemampuanku selama ini? Aku kan sudah berhasil lulus S1. Oh, aku tak tahu, apakah aku akan bisa bekerja dan menghasilkan uang seperti Papa."

 

Setelah semuanya beres dan Papa membayarkan sejumlah uang, Papa mengajak Lala pulang. Sesampainya di rumah, Lala kembali berhadapan dengan notebook-nya. Mama berteriak marah, "Sarjana S1 macam apa itu?! Sarjana S1 kok tidak bisa bekerja rumah tangga?!"

 

Lala terpaksa menghentikan jari-jarinya yang sedang menari-nari di atas keyboard. Ia terpaksa berjalan menuju ke arah Mama. Ia melihat Mama sedang berusaha memindahkan jemuran dengan susah payah. Lala pun membantunya dengan mengangkat ujung satunya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Imajinasi si Anak Tengah
2317      1289     16     
Inspirational
Sebagai anak tengah, Tara terbiasa berada di posisi "di antara" Di antara sorotan dan pujian untuk kakaknya. Dan, di antara perhatian untuk adiknya yang selalu dimanjakan. Ia disayang. Dipedulikan. Tapi ada ruang sunyi dalam dirinya yang tak terjamah. Ruang yang sering bertanya, "Kenapa aku merasa sedikit berbeda?" Di usia dua puluh, Tara berhadapan dengan kecemasan yang tak bisa ia jel...
Tanda Tangan Takdir
206      173     1     
Inspirational
Arzul Sakarama, si bungsu dalam keluarga yang menganggap status Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai simbol keberhasilan tertinggi, selalu berjuang untuk memenuhi ekspektasi keluarganya. Kakak-kakaknya sudah lebih dulu lulus CPNS: yang pertama menjadi dosen negeri, dan yang kedua bekerja di kantor pajak. Arzul, dengan harapan besar, mencoba tes CPNS selama tujuh tahun berturut-turut. Namun, kegagal...
Lebih dari Cinta Rahwana kepada Sinta
3413      1720     0     
Romance
Pernahkan mendengarkan kisah Ramayana? Jika pernah mendengarnya, cerita ini hampir memiliki kisah yang sama dengan romansa dua sejoli ini. Namun, bukan cerita Rama dan Sinta yang akan diceritakan. Namun keagungan cinta Rahwana kepada Sinta yang akan diulas dalam cerita ini. Betapa agung dan hormatnya Rahwana, raksasa yang merajai Alengka dengan segala kemewahan dan kekuasaannya yang luas. Raksas...
Hello, Me (30)
20154      1087     6     
Inspirational
Di usia tiga puluh tahun, Nara berhenti sejenak. Bukan karena lelah berjalan, tapi karena tak lagi tahu ke mana arah pulang. Mimpinya pernah besar, tapi dunia memeluknya dengan sunyi: gagal ini, tertunda itu, diam-diam lupa bagaimana rasanya menjadi diri sendiri, dan kehilangan arah di jalan yang katanya "dewasa". Hingga sebuah jurnal lama membuka kembali pintu kecil dalam dirinya yang pern...
Verlieren
1265      548     2     
Romance
âťťAku ingin bersama mu dalam dua waktu saja. Sekarang dan selamanya.âťž Kehilangan itu mungkin sebuah akhir bagi sebagian orang, tapi tidak untuknya. Dia dipertemukan oleh kehilangan agar menemukan jalan hidupnya. Yang baru. Azka merasa bahwa hidupnya terasa hampa dan terus terpuruk. Sejak 'dia' hilang, rasanya hidupnya tak mempunyai warna lagi. Karena Aresha, terpisah darinya selama bela...
Broken Home
32      30     0     
True Story
Semuanya kacau sesudah perceraian orang tua. Tak ada cinta, kepedulian dan kasih sayang. Mampukah Fiona, Agnes dan Yohan mejalan hidup tanpa sesosok orang tua?
Nuraga Kika
35      32     0     
Inspirational
Seorang idola sekolah menembak fangirlnya. Tazkia awalnya tidak ingin melibatkan diri dengan kasus semacam itu. Namun, karena fangirl kali ini adalah Trika—sahabatnya, dan si idola adalah Harsa—orang dari masa lalunya, Tazkia merasa harus menyelamatkan Trika. Dalam usaha penyelamatan itu, Tazkia menemukan fakta tentang luka-luka yang ditelan Harsa, yang salah satunya adalah karena dia. Taz...
Renjana
530      390     2     
Romance
Paramitha Nareswari yakin hubungan yang telah ia bangun selama bertahun-tahun dengan penuh kepercayaan akan berakhir indah. Selayaknya yang telah ia korbankan, ia berharap agar semesta membalasnya serupa pula. Namun bagaimana jika takdir tidak berkata demikian? "Jika bukan masaku bersamamu, aku harap masanya adalah milikmu."
Wabi Sabi
142      103     2     
Fantasy
Seorang Asisten Dewi, shinigami, siluman rubah, dan kucing luar biasa—mereka terjebak dalam wabi sabi; batas dunia orang hidup dan mati. Sebuah batas yang mengajarkan jika keindahan tidak butuh kesempurnaan untuk tumbuh.
Diary of Rana
207      178     1     
Fan Fiction
“Broken home isn’t broken kids.” Kalimat itulah yang akhirnya mengubah hidup Nara, seorang remaja SMA yang tumbuh di tengah kehancuran rumah tangga orang tuanya. Tiap malam, ia harus mendengar teriakan dan pecahan benda-benda di dalam rumah yang dulu terasa hangat. Tak ada tempat aman selain sebuah buku diary yang ia jadikan tempat untuk melarikan segala rasa: kecewa, takut, marah. Hidu...