Loading...
Logo TinLit
Read Story - FAYENA (Menentukan Takdir)
MENU
About Us  

Juanda memasuki rumahnya. Ia langsung diserang oleh Alfino hingga dirinya tersungkur dekat pintu. Juanda tak mau tinggal diam, ia menerjang Alfino dan melayangkan tinjuan dengan keras hingga Alfino yang mabuk, langsung terhunyung.

"Gue peringatin sama lo, ya. Lo nggak bisa semena-mena lagi sama gue! Gue nggak bakal biarin lo pakai identitas gue buat keluar nyari cewek. Pakek bilang ke Fayena lagi. Buat apa lo bilang kayak gitu ke dia? Supaya Fayena nggak mau deket sama gue lagi? Sebegitu takutnya ya lo kalah saing sama gue?" cetus Juanda tegas.

Alfino tertawa sambil menegakkan tubuhnya. Ia menatap remeh Juanda yang menatapnya tajam. "Heh, ngaca dong! Faye mana demen sama lo. Cupu! Nggak ada bakat sama sekali, ganteng juga gantengan gue. Kalau Faye sampai suka sama lo, berarti penglihatan dia semakin rabun."

"Bukannya selama pacaran sama lo Fayena jadi rabun? Bisa-bisanya cewek secantik dan sebaik Fayena bisa suka sam cowok urakan dan possesif kayak lo," balas Juanda.

Alfino marah bukan main, ia menatap geram Juanda dengan kedua tangan mengepal sempurna. "JUANDA! BRENGS*K LO, YA!" Alfino langsung menyerang Juanda. Terus melayangkan pukulan walau dengan muda Juanda bisa menghindarinya.

"Gue suka sama Fayena itu hak gue, ya. Lagian Fayena yang ngomong sendiri kalau dia udah putusin elo, Al. Jadi berhenti bertindak sok cemburu padahal Fayena bukan milik siapa-siapa lagi," ketus Juanda seraya berjalan meninggalkan Alfino yang meringis kesakitan di lantai.

"Gue bakal kejar Fayena terus! Gue nggak pernah dia putusin gue sepihak asal lo tau, Juanda! Gue bakal selalu pertahanin hubungan kami!" teriak Alfino kesal pada Juanda.

Juanda memasuki rumahnya. Ia langsung merebahkan diri di kasur saking lelahnya dengan hari ini. Tulang pipinya sedikit ngilu karena luka yang diberikan oleh Alfino tadi.

"Tuh orang kayaknya udah nggak bisa ditoleransi lagi. Dia udah gila dan nggak menutup kemungkinan kalau tuh orang beneran sampai gila dan ngelakuin sesuatu yang buruk pada Fayena. Gue harus lakuin sesuatu buat menjaga Fayena dari Alfino," gumam Juanda sambil menatap langit-langit kamar.

Di sisi lain, Fayena sedang makan apel sambil rebahan di sofa dengan pandangan mata yang lurus ke atas seperti memikirkan sesuatu. Regina yang duduk di sofa lainnya sedari tadi memperhatikan sahabatnya itu.

"Lo lagi mikirin apa sih, Fay? Dari tadi gue perhatiin ngelamun terus. Heran," tanya Regina. Tangannya dengan lihai mengupas apel. Beda dengan Fayena yang suka makan apel dengan kulitnya.

"Ternyata Juanda itu sodaranya Alfino lho, Re," ujar Fayena.

"Kan lo udah bilang dari tadi. Malah diulangin lagi. Emang kenapa kalau mereka saudara? Faktanya kan mereka nggak sama. Lebih baik Juanda ke mana-mana lah dari pada cowok lo itu."

"Mantan," ralat Fayena.

"Iya mantan. Terus kenapa lo sampe ngelamun mikirin itu? Lo kudu yakin Juanda itu orangnya jujur dan lebih baik dari Alfino. Sejauh mata gue memandang, tuh anak baik kok kelihatannya. Menurut gue aman aja gitu kalau terus kerja sama kita."

Fayena langsung bangkit dari posisinya, ia duduk bersila menghadap Regina. "Masalahnya adalah gue ... kayaknya gue tuh ... gue ...."

"Apaan sih?"

"Kalo gue suka sama Juanda, menurut lo gimana? Pantes nggak sih? Cocok nggak? Terus gimana pendapat Juanda soal ini?"

"Ya bagus dong!" sahut Regina antusias. "Gue sih dukung kalau lo sama Juanda. Selain karena dia baik dan ganteng, lo bakal kemana-mana bareng dia mulu karena dia asisten lo. Seneng nggak tuh?" Regina menaik-turunkan alisnya sambil tersenyum penuh arti.

Fayena berusaha mengulum senyumannya yang hendak merekah saat itu juga. "Tapi kan bahaya kalau Alfino tau. Apalagi pas gue putusin dia, dia tuh kek marah banget dan bilang nggak bakal terima diputusin. Dia nggak bakal lepasin gue gitu aja. Apalagi kalau gue sampai jadian sama Juanda. Bisa jadi peyek tuh Juanda. Setahu gue Alfino itu emang nggak suka sama Juanda yang jadi bagian dari keluarganya. Ditambah kalau gue jadian sama Juanda. Duh, gue bingung banget, Re," lontar Fayena.

"Itu sih gue nggak bisa ngomong apa-apa, Fay. Alfino keknya nggak bakal kapok kalau nggak nyobain penjara dulu. Bisa-bisanya dibebasin. Tapi karirnya lagi nggak baik sih. Konsernya aja banyak yang dibatalin tuh karena skandal dia. Ya kuat-kuatin deh ya lo, Fay."

Fayena mengambuskan napasnya yang gusar. Apakah keputusannya untuk menaruh hati pada Juanda adalah hal yang tepat?

***

Pagi-pagi sekali Juanda membersihkan rumah sewaan yang dekat dengan tempat tinggal Fayena. Berseberangan komplek jaraknya. Juanda memutuskan untuk menghindari Alfino yang setiap hari hanya membuat beban hidupnya bertambah. Ia muak setiap hari harus ribut dengan Alfino. Ditambah Alfino tahu jikalau Juanda dan Fayena sudah mulai deket sekarang.

Pada dasarnya rumah itu sudah bersih dan lengkap dengan perabotan di dalamnya, walau harga sewanya lumayan. Rumahnya terbilang kecil tetapi harga satu bulan satu juta rupiah.

Saat Juanda membersihkan sofa, tiba-tiba ponselnya berdering. Juanda buru-buru melihat siapa yabg meneleponnya pagi-pagi begini. Ternyata nama Fayena yang tertera di sana.

"Halo, Faye?"

"Halo, Juan. Maaf ganggu pagi-pagi. Kalau lo ke sini, beliin sarapan, ya. Ntar gue ganti."

"Oh, oke. Tapi syuting mulai jam sepuluh, kan? Jam setengah sembilan ya gue ke sana. Gapapa nunggu? Soalnya gue lagi bersih-bersih rumah sewaan."

"Oh, lo nyewa rumah?"

"Iya. Dekat sama rumah lo. Seberang komplek doang. Biar nggak satu rumah sama Alfino dan deket rumahnya sama lo."

"Kalau gitu gue ke sana, ya? Jadi penasaran rumahnya yang mana. Boleh, ya?"

"Boleh aja sih. Masuk aja ke komplek seberang. Deretan depan aja rumahnya. Nomor 7 cat abu-abu, ya."

"Oke, Juan. Tunggu gue ke sana, ya. Sekalian lari pagi deh gue."

"Hati-hati nyebrangnya."

"Iya-iya. Gue tutup dulu."

Fayena sungguh segera bersiap-siap memakai setelan training berwarna hitam les merah muda. Ia menghimpun rambut panjangnya, lalu mengikatnya dengan erat. Regina yang sedang bermalas-malasan sehabis mandi di ruang tengah, heran melihat Fayena baru jam setengah tujuh sudah rapi saja.

"Kemana lo, Fay? Tumben banget rapi duluan dari gue," tanya Regina.

"Gue mau ke komplek seberang. Katanya Juanda nyewa rumah di sana biar nggak serumah sama Alfino lagi. Terus ... biar dekat rumahnya sama gue. Hehe. Gue cabut ya, Re," ujar Fayena menjelaskan.

"Eh entar dulu!" sergah Regina, membuat langkah Fayena terhenti sambil mendellik ke arahnya.

"Apa lagi?"

"Lo pasti belum mandi, kan? Pastikan lo sudah ada di sini jam setengah delapan. Habis itu lo mandi dan siap-siap. Sebelum jam sembilan kita otw tempat syuting lho, Fay," jata Regina kembali mengingatkan.

"Ck, iya-iya gue tau kok. Lagian yang mau gue temuinkan si Juanda. Dia pasti ingetin gue lah. Dah ya gue cabut! Ntar sarapan lo gue bawain!"

Fayena keluar dari rumahnya sambil berlari kecil menuju depan komplek. Masih sangat pagi, jadi jalanan masih terbilang sepi. Fayena dengan mudah menyeberang ke komplek seberang untuk mendatangi rumah sewaan Juanda.

Rumah nomor 7 warna abu-abu sudab tertangkap oleh indera penglihatan Fayena. Ada motor Juanda juga di dalam kandang rumah itu. Fayena lekas memasuki pagar rumah yang tak terkunci itu.

Fayena memasuki rumah yang tak tertutup pintunya. Begitu ia masuk, aroma apek menyeruak. Ya bau khas rumah yang lama tak dihuni lalu tiba-tiba dibereskan atau dibersihkan. Begitulah baunya.

"Eh, Faye lo udah datang." Juanda baru saja muncul dari arah dalam. Ia membawa kemoceng yang penuh dengan debu. "Gue mau bersihin nih kemoceng di luar. Lo duduk aja di sofa. Udah gue bersihin."

"Oke," sahut Fayena seraya duduk di sofa berwarna cokelat itu.

Tak lama, Juanda kembali dengan kemoceng yang bersih, lalu menaruh benda itu di sofa yang kosong. Ia duduk di sana untuk melepas lelah.

"Huuuuh! Capek banget bersih-bersih rumah kecil gini doang. Kudu mandi lagi sih gue nih. Tapi nggak bawa baju," celoteh Jaunda seraya bersandar di sofa dengan tampang lelah. Keringat membasahi beberapa bagian bajunya terutama bagian leher.

"Pinjem baju gue aja. Gue punya banyak baju lama kok dan itu emang oversize terus cocok buat cowok atau cewek," katanya menawarkan.

"Serius, Fay? Boleh tuh. Gue sekalian numpang mandi gapapa kali, ya?"

"Ya gapapa. Ada Regina juga kok di rumah. Jadi ... kita nggak berduaan juga," sahut Fayena.

"Oke sip. Bentar ya, gue ngaso dulu. Baru kita beli sarapan habis ini. Engep gue, mana nggak bawa minum."

"Elo sih, udah tau mau beberes nggak bawa minum. Bikin kopi aja ntar di rumah gue," ujar Fayena mencibir. Juanda hanya menyunggingkan senyuman. "Oh iya, ini lo pindah bukan karena sesuatu yang besar terjadi antara lo dan Alfino, kan? Gue khawatir aja gitu. Gara-gara lo jadi asisten gue, lo jadi sasaran si Alfino. Ngeri banget sumpah. Gue nggak habis pikir dia orang yang kayak gitu. Padahal dari awal-awal jadian tuh nggak kayak gini."

"Ya gitulah kan wajar manis di depan doang. Tapi lo tenang aja. Gue pindah ke sini bukan karena habis punya masalah besar sama Alfino. Ya sempat tonjok-tonjokan sih karena gue lawan dia yang ngoceh mulu. Tapi gue pindah bukan sepenuhnya karena itu, bukan karena gue takut sama dia. Gue cuma meminimalisir masalah yang tercipta dalam hidup gue. Ingat, Faye, kesehatan mental itu penting banget. Kita nggak bisa anggap remeh. Makanya kalau ada sesuatu yang ganggu kita setiap harinya, mending dihindari sejak awal," lontar Juanda panjang lebar.

Fayena tertawa kecil sambil bertepuk tangan pelan. "Lo emang juara banget ya kalau udah nasihatin orang. Mana pakek perhatian segala lagi. Eh, lo mau tanggung jawab nggak kalau gue oleng?" gurau Fayena walau sebenarnya itulah maksud hatinya.

Juanda juga tertawa dibuatnya. "Ya oleng aja nggak masalah," sahutnya.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Happy Death Day
559      307     81     
Inspirational
"When your birthday becomes a curse you can't blow away" Meski menjadi musisi adalah impian terbesar Sebastian, bergabung dalam The Lost Seventeen, sebuah band yang pada puncak popularitasnya tiba-tiba diterpa kasus perundungan, tidak pernah ada dalam kamus hidupnya. Namun, takdir tetap membawa Sebastian ke mikrofon yang sama, panggung yang sama, dan ulang tahun yang sama ... dengan perayaan h...
Surat yang Tak Kunjung Usai
641      436     2     
Mystery
Maura kehilangan separuh jiwanya saat Maureen saudara kembarnya ditemukan tewas di kamar tidur mereka. Semua orang menyebutnya bunuh diri. Semua orang ingin segera melupakan. Namun, Maura tidak bisa. Saat menemukan sebuah jurnal milik Maureen yang tersembunyi di rak perpustakaan sekolah, hidup Maura berubah. Setiap catatan yang tergores di dalamnya, setiap kalimat yang terpotong, seperti mengu...
I'm Growing With Pain
13940      2099     5     
Romance
Tidak semua remaja memiliki kehidupan yang indah. Beberapa dari mereka lahir dari kehancuran rumah tangga orang tuanya dan tumbuh dengan luka. Beberapa yang lainnya harus menjadi dewasa sebelum waktunya dan beberapa lagi harus memendam kenyataan yang ia ketahui.
Anikala
886      421     2     
Romance
Kala lelah terus berjuang, tapi tidak pernah dihargai. Kala lelah harus jadi anak yang dituntut harapan orang tua Kala lelah tidak pernah mendapat dukungan Dan ia lelah harus bersaing dengan saudaranya sendiri Jika Bunda membanggakan Aksa dan Ayah menyayangi Ara. Lantas siapa yang membanggakan dan menyanggi Kala? Tidak ada yang tersisa. Ya tentu dirinya sendiri. Seharusnya begitu. Na...
Taruhan
48      46     0     
Humor
Sasha tahu dia malas. Tapi siapa sangka, sebuah taruhan konyol membuatnya ingin menembus PTN impian—sesuatu yang bahkan tak pernah masuk daftar mimpinya. Riko terbiasa hidup dalam kekacauan. Label “bad boy madesu” melekat padanya. Tapi saat cewek malas penuh tekad itu menantangnya, Riko justru tergoda untuk berubah—bukan demi siapa-siapa, tapi demi membuktikan bahwa hidupnya belum tama...
Mesin Waktu Ke Luar Angkasa
122      109     0     
Romance
Sebuah kisah kasih tak sampai.
Gloria
3640      1241     3     
Romance
GLORIA, berasal dari bahasa latin, berarti ambisi: keinginan, hasrat. Bagimu, aku adalah setitik noda dalam ingatan. Namun bagiku, kamu adalah segumpal kenangan pembuat tawaku.
Tok! Tok! Magazine!
87      75     1     
Fantasy
"Let the magic flow into your veins." ••• Marie tidak pernah menyangka ia akan bisa menjadi siswa sekolah sihir di usianya yang ke-8. Bermodal rasa senang dan penasaran, Marie mulai menjalani harinya sebagai siswa di dua dimensi berbeda. Seiring bertambah usia, Marie mulai menguasai banyak pengetahuan khususnya tentang ramuan sihir. Ia juga mampu melakukan telepati dengan benda mat...
UnMate
1039      605     2     
Fantasy
Apapun yang terjadi, ia hanya berjalan lurus sesuai dengan kehendak dirinya karena ini adalah hidup nya. Ya, ini adalah hidup nya, ia tak akan peduli apapun meskipun...... ...... ia harus menentang Moon Goddes untuk mencapai hal itu
Metanoia
3192      1157     2     
True Story
âťťYou, the one who always have a special place in my heart.âťž