Loading...
Logo TinLit
Read Story - FAYENA (Menentukan Takdir)
MENU
About Us  

Pembacaan naskah drama series terbaru yang dibintangi oleh Fayena dan Gabriel Fariz telah selesai sepuluh menit yang lalu. Keluar dari ruangan tersebut, kedua pemeran utama itu menyempatkan diri untuk saling berkomunikasi panjang untuk pertama kalinya.

"Beneran nggak nyangka loh gue bisa dipasangan sama lo di series terbaru ini. Mimpi apa gue bisa main drama bareng sama penyanyi ternama Fa-ye-na!" ujar Gabriel terdengar akrab.

Fayena tertawa mendengar pujian yang terdengar seperti guyonan itu. "Yang ada gue kali yang kaget. Secara lo kan aktor dengan bayaran termahal. Mana disandingin sama aktris baru lahir kayak gue lagi. Gimana nggak gugup gue ngimbangim akting lo nanti," ujar Fayena melontarkan pujian balik untuk cowok keturunan Chindo di sampingnya.

Giliran Gabriel yang tertawa sambil geleng-geleng kepala. "Gue juga nggak tau gimana rasanya akting bareng penyanyi yang gue suka. Bisa grogi berat nih gue. Jangan heran ya kalau take ulang terus."

"Ya jangan disengajain," sahut Fayena juga tertawa.

Tak terasa mereka sudah nyaris berada di depan pintu gedung stasiun televisi ternama itu. Ada beberapa reporter yang memotret kebersamaan mereka. Ini yang ingin Fayena hindari. Namun apa boleh dikata, tak mungkin ia tiba-tiba menyingkir di saat Gabriel mengajaknya bicara.

"Oke semoga drama terbaru kita sukses, ya! Gue mau cabut duluan nih ada jadwal pemotrenan abis ini banget," ucap Gabriel mengajak Fayena berjabatangan.

Fayena dengan terpaksa menerima salaman itu sambil menunjukkan senyum simpul. "Oke. Hati-hati, ya."

Juanda dan Regina yang sedari tadi membuntuti mereka, langsung mengimbangi langkah Fayena keluar dari gedung. Beberapa bodyguard juga andil menjadi artisnya. Hingga Fayena berhasil sampai di parkiran mobil.

Juanda masuk ke dalam mobil bersamaan dengan Regina yang duduk di kursi kemudi. Regina menatap Fayena dari kaca di depannya. Tampaklah raut wajah masam Fayena yang sedang tersandar di kursi sambil memijit pangkal hidungnya.

"Jangan stress gitu dong, Faye. Lo emang harus bersikap kayak gitu. Profesional di depan orang dan media. Bener kok yang lo lakuin tadi," ujar Regina seraya menjalankan mobilnya.

"Tapi moment kami tadi ketangkap kamera lho, Re. Bisa-bisa sudah tayang nih fotonya. Alfino pasti marah besar sama gue jabatangan sama Gabriel," keluh Fayena.

Juanda menoleh ke belakang untuk menatap Fayena. "Emang Alfino sampai segitunya, ya? Bukannya dia juga pernah main FTV bareng cewek-cewek cantik?"

"Nah, tuh Juanda tahu. Ini nggak adil, Faye. Lo main drama sama cowok lain dia malah marah bukan main. Lah dia main sama aktris cantik apa kabar? Coba deh lo sesekali sok possesif sama dia. Larang dia jadi lawan main aktris tertentu. Marah nggak dia. Apa dia bakal turutin apa mau lo di saat dia sudah take kontrak?" celetuk Regina. Wanita ini memang paling semangat jika sudah ada yang berdiri di pihaknya. Makin-makin ia ceramahi Fayena yang memang agak bebal kalau soal kekasihnya.

"Udah pernah sih kayaknya gue kek nggak suka dia jadi lawan main si Luna itu. Soalnya dulu kan kek ada masalah sama gue walau gak sampe musuhan. Tapi Alfino nggak ngeladenin gue banget. Ya udah gue bebasin dia aja. Toh gue tau dia cuma cinta sama gue," beber Fayena.

"Nah harusnya Alfino juga bisa kayak elo, Faye. Wah, udah sejelas itu egois dia dan lo masih fine-fine aja, Fay?"

Fayena berdecak kesal. Ia memejamkan matanya guna meringankan pikirannya yang kalut. Tiba-tiba ponselnya bergetar, menunjukkan nama Alfino di layarnya.

"Tuh kan dia udah telpon gue aja," gerutu Fayena.

"Biar saya angkat, Faye. Ntar saya bilangin kamu lagi di kamar mandi," ujar Juanda menawarkan.

Entah mengapa Fayena dengan mudah menyerahkan ponselnya pada Juanda. Regina sampai melirik heran melihat respon cepat Fayena yang menurut pada Juanda

"Halo?"

"Siapa nih? Pacar gue mana?! Malah elo yang ngangkat. Mana Faye?"

"Faye lagi di kamar mandi. Nanti kalau dia balik Masnya bisa telepon lagi, ya."

"Ck, bilangin ntar telepon gue balik. Eh, bentar deh. Kok gue kayak kenal—"

Juanda langsung memutuskan sambungan teleponnya. Astaga Juanda lupa kalau Alfino adalah saudara tirinya. Bisa-bisanya ia menjawab telepon Alfino dengan begitu riangannya.

"Nih, Faye. Katanya ntar telepon balik. Tapi nggak usah. Bilang aja kalau asisten kamu tuh nggak ngasih tau kalau kamu ditelepon sama dia." Juanda menyerahkan ponsel itu pada Fayena kembali.

"Thank you ya, Juan. Emang bener gue nggak telepon dia dulu sih. Pasti bakal ngomel panjang dia sama gue," ujar Fayena menyimpan ponselnya kembali.

Tiba-tiba Regina terpikir sesuatu. "Faye, mau ke rumah bude gue, nggak? Kan enak tuh tempatnya. Kali aja lo mau istirahat atau mau tenangin pikiran gitu. Jadwal lo ntar malam kok jam delapan. Gimana?" tawar Regina.

"Boleh deh. Gue mau ngaso dulu di rumah bude lo. Mancing di belakang rumahnya keknya enak, ya?"

"Mantep pokoknya. Biar hari panas gini belakang rumah bude gue adem banget. Sekalian sih gue juga mau istirahat," ujar Regina.

Selama perjalanan Juanda memikirkan tentang Alfino. Apakah bukan masalah jika Alfino tahu bahwa ia sekarang menjadi asisten pribadinya Fayena? Secara Fayena adalah kekasihnya Alfino. Juanda menggeleng, ia akan memikirkan hal ini lain kali.

Sesampai di rumah Bude dari Regina, ketiganya langsung disambut dengan sangat antusias oleh Bude Arumi. Mulai disediakan makanan, camilan, dan minuman. Tempat tidur pun disediakan oleh beliau. Bude Arumi ini hanya tinggal sendiri di rumah karena tak memiliki anak, sedangkan suaminya seorang tentara angkatan laut. Makanya kalau ada tamu senangnya bukan main. Apapun akan disediakan sebagai jamuan.

"Nggak nyangka ya ampun kedatangan artis. Eh, jangan keluar rumah lho, ya. Bisa-bisa tetangga pada datang ke sini. Itu pagar rumah udah Bude tutup rapat," ujar Bude Arumi antusias.

Fayena tersenyum senang mendengarnya. "Makasih lho, Bude. Disambut ramah gini jadi betah saya. Bisa-bisa nanti mampir lagi."

"Mampir aja, Sayang. Suruh Regina antar kamu ke sini. Pokoknya rumah Bude terbuka lebar buat kamu," ujar Bude Arumi. Ia melirik ke arah Juanda, lalu tersenyum manis. "Siapa nih si Ganteng? Pacar Faye, ya?"

Juanda dan Fayena sontak membulatkan matanya. Juanda langsung menggeleng ribut. "Bukan, Bude. Saya asisten baru Faye. Baru kerja hari ini."

"Oalah. Kirain pacarnya. Untung banget dapat asisten ganteng. Gayanya itu lho nggak kayak asisten," lontar Bude Arumi.

Regina menepuk pelan paha budenya untuk menengur. "Bude ih, aneh-aneh aja deh. Masa jadi asisten kudu pakaian compang-camping. Liat nih Regi aja modis gini."

"Itu mah mau yang emang centil. Gaya udah nyaingin artis sendiri," sahut Bude Arumi membuat mereka tertawa.

"Ya biarinlah. Siapa tahu ada yang lirik," balas Regina.

"Ini saya boleh ke belakang, nggak? Mau mancing. Kata Regina spot mancing di belakang enak," ujar Fayena ramah.

"Oh iya bener, Faye. Iya. Yuk ke belakang! Bude siapin deh alat pancingnya. Tambak ikan Bude emang mantul banget. Nanti kalau dapat ikannya, kita goreng," ujar Bude Arumi langsung berjalan menuju dapur untuk menyiapkan alat pancingnya.

Regina merebahkan diri di sofa yang panjang sambil menguap lebar. Fayena berdecih melihat kebiasaan Regina yang memang tak berubah dari dulu. Begitu menempel di kasur atau sofa, bawaannya ingin tidur.

"Lo berdua aja ya yang mancing. Gue mau tidur dulu," ujar Regina.

"Bude lo nggak ikut mancing juga?"

"Bude gue mah mana bisa mancing. Makanya biasanya minta pancingin ke orang, terus dibagi dua ikannya. Hobi piara ikan doang, ngambilnya kagak bisa," gerutu Regina dengan suara terpendam bantal sofa.

Fayena menoleh pada Juanda di sampingnya, lalu menepuk pundak pemuda itu. "Ya udah yuk, lo aja yang temenin gue mancing di belakang," ajak Fayena.

"Siap! Saya mah soal mancing nggak kalah hebat," sahut Juanda mengikuti Fayena menuju dapur.

Ternyata di bagian belakang rumah Bude Arumi terdapat pelatar yang luas dan bersih. Suasananya nyaman sekali. Naung dan angin lagi sepoi-sepoi. Buda Arumi sudah menyiapkan dua alat pancing dan umpannya.

"Nah, kalian berdua! Nih ya alat pancingnya. Nikmatin aja ya Sayang momen mancingnya. Bude mau ke warung dulu. Mau mantau tetangga lagi arisan. Kali aja Bude dapat," kata Bude Arumi dengan tampang antusiasnya.

"Makasih ya, Bude. Jadi ngerepotin," ucap Fayena.

"Repot dari mana sih. Udah, ya. Bude tinggal. Dah Cantik, Ganteng!" Bude Arumi pun segera meninggalkan belakang rumah.

Fayena dan Juanda pun duduk bersebelahan. Rupanya umpan pertama sudah dipasangkan juga oleh Bu Arumi.

"Seru ya punya keluarga kayak Bude Arumi. Antusias banget nyambut orang. Ceria gitu lho. Pasti nggak bakal bosan tinggal sama beliau," ujar Fayena memulai obrolannya.

Juanda tersenyum dan mengangguk. "Iya. Dulu Faye ... eh maksudnya Yena. Yena cewek yang saya suka di desa itu. Dia juga punya nenek yang selalu antusias dan peduli banget sama Yena. Sampai marahnya beliau pun supaya Yena mau memilih jalan terbaik yang beliau sarankan," ujar Juanda.

Fayena mengernyitkan keningnya bingung akan omongan Juanda barusan. "Maksudnya gimana? Emang si Yena kenapa sampai dipilihkan jalan terbaik gitu? Jalan apa?"

Juanda merasa ini saat yang tepat untuk menyampaikan sedikit demi sedikit tentang diri Fayena yang dulu. Berharap hati Fayena sekarang bergetar mendengarnya.

"Yena itu anak angkat dari Pak Lusman dan Bu Iriyani. Dia disayangi banget sama kedua orang tua angkatnya. Sampai akhirnya Pak Lusman meninggal dunia karena menyelamatkan Yena dari ular berbisa. Warga yang memang sangat menyukai Pak Lusman yang baik, menyalahkan Yena akan kejadian itu. Mereka mulai mengorek-ngorek masa lalu tentang Yena. Katanya sejak Pak Lusman mengangkat Yena jadi anaknya, keluarga Pak Lusman sering dapat nasib sial dari Yena. Akhirnya Yena membuat Bu Iriyani takut. Takut kalau sampai nasib buruk tertimpa padaya karena F-Yena. Bu Iriyani memutuskan untuk pergi ke kota dan meninggalkan Yena di desa. Neneknya Yena menyuruh Yena hidup mandiri di kota agar tak dihina warga terus. Tapi Yena tak mau meninggalkan tempat di mana ayahnya dimakamkan. Oleh sebab itu, nenek Yena yang dulunya ramah banget, jadi garang ke Yena agar cucuknya mau dipaksa pergi ke kota," tutur Juanda panjang lebar.

Fayena tanpa sadar meneteskan air matanya. Hatinya terasa tercabik-cabuk entah mengapa. Juanda yang melihat itu hendak menegurnya, tetapi urung. Ia membiarkan saja seolah-olah tak menyadari akan hal itu.

"Kok hati gue perih banget dengernya ya, Juan. Gue kayak ... ngerti banget perasaan Yena. Dia pasti sedih banget," ucap Fayena terdengar lirih.

"Itu karena Yena adalah diri kamu sendiri, Fayena," batin Juanda.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
UnMate
1039      605     2     
Fantasy
Apapun yang terjadi, ia hanya berjalan lurus sesuai dengan kehendak dirinya karena ini adalah hidup nya. Ya, ini adalah hidup nya, ia tak akan peduli apapun meskipun...... ...... ia harus menentang Moon Goddes untuk mencapai hal itu
Kacamata Monita
801      368     4     
Romance
Dapat kado dari Dirga bikin Monita besar kepala. Soalnya, Dirga itu cowok paling populer di sekolah, dan rival karibnya terlihat cemburu total! Namun, semua mendadak runyam karena kado itu tiba-tiba menghilang, bahkan Monita belum sempat membukanya. Karena telanjur pamer dan termakan gengsi, Monita berlagak bijaksana di depan teman dan rivalnya. Katanya, pemberian dari Dirga terlalu istimewa u...
Under The Darkness
53      50     2     
Fantasy
Zivera Camellia Sapphire, mendapat sebuah pesan dari nenek moyangnya melalui sebuah mimpi. Mimpi tersebut menjelaskan sebuah kawasan gelap penuh api dan bercak darah, dan suara menjerit yang menggema di mana-mana. Mimpi tersebut selalu menggenangi pikirannya. Kadangkala, saat ia berada di tempat kuno maupun hutan, pasti selalu terlintas sebuah rekaman tentang dirinya dan seorang pria yang bah...
Finding the Star
1115      842     9     
Inspirational
"Kamu sangat berharga. Kamu istimewa. Hanya saja, mungkin kamu belum menyadarinya." --- Nilam tak pernah bisa menolak permintaan orang lain, apalagi yang butuh bantuan. Ia percaya kalau hidupnya akan tenang jika menuruti semua orang dan tak membuat orang lain marah. Namun, untuk pertama kali, ia ingin menolak ajakan Naura, sahabatnya, untuk ikut OSIS. Ia terlalu malu dan tak bisa bergaul ...
Ada Cinta Dalam Sepotong Kue
6704      1969     1     
Inspirational
Ada begitu banyak hal yang seharusnya tidak terjadi kalau saja Nana tidak membuka kotak pandora sialan itu. Mungkin dia akan terus hidup bahagia berdua saja dengan Bundanya tercinta. Mungkin dia akan bekerja di toko roti impian bersama chef pastri idolanya. Dan mungkin, dia akan berakhir di pelaminan dengan pujaan yang diam-diam dia kagumi? Semua hanya mungkin! Masalahnya, semua sudah terlamba...
Luka dalam Asmara
1509      765     0     
Romance
Penyihir wanita yang dikhianati oleh sang kekasih memicu sebuah penyakit yang menjangkit umat manusia dari masa ke masa. Wabah darah merebak, manusia berubah menjadi monster haus darah. Namun semua berubah ketika gadis bernama Eva yang merupakan reinkarnasi jiwa penyihir jatuh cinta dengan monster yang dia ciptakan.
Smitten Ghost
179      146     3     
Romance
Revel benci dirinya sendiri. Dia dikutuk sepanjang hidupnya karena memiliki penglihatan yang membuatnya bisa melihat hal-hal tak kasatmata. Hal itu membuatnya lebih sering menyindiri dan menjadi pribadi yang anti-sosial. Satu hari, Revel bertemu dengan arwah cewek yang centil, berisik, dan cerewet bernama Joy yang membuat hidup Revel jungkir-balik.
Warisan Tak Ternilai
437      160     0     
Humor
Seorang wanita masih perawan, berusia seperempat abad yang selalu merasa aneh dengan tangan dan kakinya karena kerap kali memecahkan piring dan gelas di rumah. Saat dia merenung, tiba-tiba teringat bahwa di dalam lingkungan kerja anggota tubuhnya bisa berbuat bijak. Apakah ini sebuah kutukan?
PUZZLE - Mencari Jati Diri Yang Hilang
451      349     0     
Fan Fiction
Dazzle Lee Ghayari Rozh lahir dari keluarga Lee Han yang tuntun untuk menjadi fotokopi sang Kakak Danzel Lee Ghayari yang sempurna di segala sisi. Kehidupannya yang gemerlap ternyata membuatnya terjebak dalam lorong yang paling gelap. Pencarian jati diri nya di mulai setelah ia di nyatakan mengidap gangguan mental. Ingin sembuh dan menyembuhkan mereka yang sama. Demi melanjutkan misinya mencari k...
God, why me?
187      152     5     
True Story
Andine seorang gadis polos yang selalu hidup dalam kerajaan kasih sayang yang berlimpah ruah. Sosoknya yang selalu penuh tawa ceria akan kebahagiaan adalah idaman banyak anak. Dimana semua andai akan mereka sematkan untuk diri mereka. Kebahagiaan yang tak bias semua anak miliki ada di andine. Sosoknya yang tak pernah kenal kesulitan dan penderitaan terlambat untuk menyadari badai itu datang. And...