Loading...
Logo TinLit
Read Story - FAYENA (Menentukan Takdir)
MENU
About Us  

Fayena terusik ketika mendengar suara bell pintu. Niatnya ingin menggoreng telur pun tertunda dulu untuk membukakan pintu. Salah satu alasan mengapa Fayena tak menyewa pembantu adalah soal privasi. Ia tak ingin orang lain tahu tentang masalah keluarganya. Bahkan Fayena berusaha menyembunyikan masalah keluarganya dari asistennya yang lama dan juga pihak agensi. Satu-satunya orang yang paling Fayena percaya adalah Regina. Manager-nya sekaligus sahabatnya itu tahu berbagai macam masalah hidup Fayena hingga sekarang.

Fayena membuka pintu, tampak sosok Juanda dengan pakaian kasual dan sebuah tas hitam yang tersampir di depan tubuhnya berdiri dengan raut wajah yang ramah. Fayena sampai menengok cuaca apakah hari sudah siang atau belum.

"Selamat pagi, Fayena," ucap Juanda.

"Pa ... gi," sahut Fayena ragu. "Ini lo serius datang sepagi ini? Baru jam setengah tujuh lho, Juan. Lo makan nggak sih dari rumah?"

Juanda menggeleng dengan polosnya, membuat Fayena menepuk jidatnya sendiri. "Ya ampun lo sampai segitunya. Ya udah masuk dulu! Gue kan nyuruh lo ke sini jam tujuh," celotehnya sambil menuju dapur.

"Ya kan lebih bagus lebih pagi. Kali aja Faye mau makan atau mau saya buatkan makanan," sahut Juanda.

Repleks Fayena berbalik badan dengan raut wajah antusias. "Lo bisa masak juga?"

Juanda mengangguk ringan. "Bisa walau nggak banyak menu. Menu sederhana sih bisa-bisa aja," sahutnya.

"Pas banget! Gue mau sarapan telur sama nasi goreng. Lo bisa buatin? Itu telurnya udah gue pecahin sama kasih bumbu jadi tinggal goreng. Kalau nasi goreng ya ... lo bikin gimana kek terserah. Banyakin porsinya biar kita bisa sarapan bareng," celoteh Fayena.

"Siap, Faye. Saya kalau bikin nasi goreng mah nggak usah diraguin lagi. Ini saya izin pakek dapurnya, ya?'' ujar Juanda seraya menuju dapur.

"Nggak usah izinlah. Anggap aja rumah sendiri. Gue mau mandi terus siap-siap, ya. Kalau udah rapi, gue bakal turun," ujar Fayena sebelum melangkah pergi menuju kamarnya.

Juanda melihat mangkuk yang menampung satu butir telur yang sudah dipecahkan beserta sedikit cangkangnya yang remuk. Juanda geleng-geleng sambil meraih sendok untuk memisahkan canggang itu dari telur. Lalu, dengan lihai ia mengambil satu biji telur lagi dan memecahkannya dengan rapi.

"Astaga Faye ... kirain bisa masak kayak Fayena di desa. Nggak taunya ngasal cuma perkara pecahin telur," gerutu Juanda.

Sementara itu, Fayena menuntaskan kegiatan mandinya. Tak perlu lama, gadis itu sudah keluar dari kamar mandi dengan rambut yang kering. Hari ini ia akan mendapatkan make up di agensi, jadi Fayena hanya memakai bedak tipis dan lipbalm saja. Pakaian yang ia pakai hanya pakaian kasual yang sederhana. Tak lupa memakai topi hitam dan memasukkan masker penutup wajah ke dalam tas selempang miliknya. Rapi dengan penampilan sederhana, Fayena segera keluar dari kamarnya.

Aroma nasi goreng yang begitu menggugah selera menyapa penciuman Fayena ketika mendekati dapur. Tampak Juanda baru saja selesai menata meja makan. Wajah gadis itu langsung semringah melihat nasi goreng dengan potongan telur dan osis.

"Wih ... jago juga lo masak, ya. Mana pakai toping segala lagi. Emang nggak salah gue pilih lo jadi asisten gue. Btw, thank you, ya," decak Fayena kagum seraya menarik kursi dan duduk di sana. Juanda pun duduk di hadapan Fayena.

"Nasi goreng doang, siapa aja bisa. kalo ada kerupuk tambah mantep nih," sahut Juanda.

"Ini porsi gue kebanyakan deh, Juan. Gue pindahin ke piring lo, ya?" Fayena mengangkat piringnya bersiap untuk memindahkan sebagian nasi goreng itu. Juanda tanpa ragu mengangkat piringnya juga lebih rendah dari piring Fayena.

"Emang kenyang makan dikit gitu, Fay?"

"Kenyang kalau udah biasa. Lo tau gue artis, kan? Gue kudu jaga pola makan. Terutama makan nasi jangan kebanyakan. Biasanya gue sarapan pakek oat atau apel doang sih. Tapi kali ini pengin banget makan nasi," sahut Fayena.

Juanda mengangguk paham. "Pas banget saya doyan makan. Jadi bisa aja kamu kasih ke saya," ujarnya terkekeh.

"Tempat penampungan kali ya," gurau Fayena.

Pintu terdengar dibuka oleh seseorang. Fayena menoleh dengan santai, sedangkan Juanda menatap ke arah lorong dengan wajah tengangnya. Ternyata yang datang adalah Regina. Fayena pun sudah menduga hal itu.

"Lho, siapa nih? Oh, yang lo ceritain, Faye?" Regina mendekat ke arah mereka tanpa melepaskan pandangannya dari Juanda.

"Yoi."

Juanda langsung berdiri sambil mengulurkan tangannya. "Perkenalkan saya Juanda," ucap pemuda itu sopan.

"Gue Regina. Salam kenal, ya. Nggak nyangka lo sebagai asisten gercep juga jam segini udah ada di rumah Faye," ucap Regina menyambut dengan hangat.

"Dia bahkan sempat masak sarapan buat gue. Emang nggak salah pilih kan gue?" celetuk Fayena.

"Kebetulan banget lo dapat keberuntungan terus, ya. Biasa juga buntung," ujar Regina saraya duduk di kursi yang kosong.

"Eh, nih gue langsung ke tempat pembacaan naskah atau ke agensi dulu?"

"Agensi dululah. Pak Zew ada yang mau diomongin katanya ke elo. Nggak tau soal apa, gue juga nggak dikasih tau," sahut Regina. Ia memperhatikan wajah Fayena dengan saksama. "Habis ngapain lo tadi malam sampe mata panda jelas banget gitu? Wah, kudu make up elo, Fay. Nggak bisa sok bare face gitu."

"Biasalah ada badai tadi malam. Ck, padahal niat mau pamer muka. Soalnya lagi mulus-mulusnya, malah ... ya gitu deh," ujar Fayena menunduk sedih. Ia meraih gelas dan meminum isinya hingga tandas. "Kita berangkat sekarang aja kalau gitu. Gue kan kudu di make up. Belum lagi kudu ngomong sama Pak Zew. Malas banget tapi boss besar. Nyebelin banget," lontarnya seraya berdiri dari duduk.

"Saya cuci piring dulu ya, Fay," ujar Juanda seraya membereskan piring dan gelas kotor.

"Nggak usah, Juan. Kek pembantu rumah tangga aja deh lo. Tinggalin aja di wastafel, ntar gue yang cuci. Kita berangkat sekarang ke agensi gue. Sekalian lo bisa keliling agensi buat kenal tempat-tempatnya," ujar Fayena.

Akhirnya mereka memutuskan untuk segera meninggalkan rumah. Regina menyetir mobil, Juanda di sampingnya, dan Fayena duduk di belakang dengan santai sambil menikmati potongan buah apel. Perjalanan menuju agensi biasanya memakan waktu setengah jam perjalanan jika agak macet. Namun karena masih terbilang sangat pagi, jadi hanya perlu waktu 20 menit mereka sudah sampai di tempat tujuan.

"Lo bawa surat lamarannya kan, Juan?" tanya Fayena.

"Bawa-bawa. Udah disiapin dari tadi malam selengkap-lengkapnya," sahut Juanda.

"Eh, jadi Juan belum ngasih lamarannya?" Regina tak habis pikir Juanda telah bekerja sebelum menyerahkan surat lamaran.

"Gue udah ngomong sama Pak Zew tadi malam. Katanya boleh aja kalau gue nyaman, cuma ya kudu surat lamaran dan berkas lainnya juga," sahut Fayena.

"Oalah gitu. Tapi kalian kayak udah nyaman satu sama lain gitu, ya? Padahal Faye cerita kalau kalian ketemu untuk pertama kalinya di konser pantai kemarin," celetuk Regina sesekali menoleh pada pria di sampingnya. Juanda tersenyum mendengar penuturan itu.

"Saya juga nggak tau bakal secepat ini beradaptasinya," sahut Juanda seadanya.

"Iya lho. Lo tau kan, Re, kalau gue itu emang anti banget kalau ketemu sama orang asing. Gue pasti bakal selektif banget pilih orang terdekat gue. Tapi pas sama Juanda, gue ngerasa kami udah kayak lama temenan aja. Apalagi kata Juan, dia punya cewek yang dia suka sedari dulu. Dan lo kudu tua tuh cewek beneran mirip gue asli," celoteh Fayena menjelaskan dengan detail.

"Oh, ya? Wow!" Regina menunjukkan respons terbaiknya sambil menoleh pada Juanda yang tersenyum malu.

"Iya mirip banget. Nanti kapan-kapan boleh lah ya ke desa saya dulu. Di sana tempatnya bagus dan tergolong asri. Ya kali aja mau rekomendasi tempat syuting atau pemotretan. Bisa tuh ke desa Grawang Telu," ujar Juanda.

"Not bad. Gue setuju sih. Re, ajuin ntar ke pihak agensi kalau ada pemotretan yang perlu nuansa alam. Gue pengen deh ke sana," ujar Fayena.

"Siap. Ntar gue bilangin."

Sesampai di gedung agensi, Fayena dan Regina langsung berjalan menuju ruangan Pak Zewdan. Sementara Juanda menyerahkan surat lamarannya ke pihak HRD.

Setelah diberikan penjelasan tentang pembacaan naskah series sebagai pemeran utama, Fayena kini mengajukan pertanyaan yang sebenarnya ragu untuk ia ungkapkan. Namun terlalu sayang untuk ia lewatkan.

"Pak Zew, saya mau mengajukan satu pertanyaan nih. Eh lebih ke permintaan sih," ujar Fayena membuat Regina melirik penuh curiga pada temannya.

"Katakan aja, Fay. Ada apa?" tanya seorang pria perawakan tinggi, berbobot berisi, dan berkacamata.

"Kalau saya bilang nggak serek sama pemeran cowonya gimana?" Pertanyaan Fayena barusan membuat Regina dan Pak Zewdan tentu langsung bereaksi.

"Faye!" tegur Regina.

"Faye, kamu sadar nggak apa yang barusan kamu tanyakan? Nggak srek kata kamu? Terus maunya kalau nggak srek udahan gitu kamu nggak mau main drama sama dia? Soal kontrak kamu ngerti, kan?" kata Pak Zew dengan tatapan datarnya.

Fayena meringis mendengar pertanyaan beruntun itu. Regina sudah berdecak sebal di sampingnya. "Maaf, Pak. Soalnya ... kata Alfino si Gabriel itu musuh dia. Jadi dia nggak aja gitu kalau saya main drama bareng sama musuh dia. Makanya saya jadi kepikiran," ungkap Fayena jujur.

"Itu mengapa dari awal saya larang kamu pacaran, Faye!" cetus Pak Zew mulai menunjukkan sedikit emosi pada nada bicaranya. "Kamu kalau dibilangin bandel. Masalahnya pacarmu itu terlalu possesif. Nggak bisa ngerti artinya profesional itu nggak bisa dia. Padahal dia public figure kayak kamu. Anehnya kamu pertahanin dia. Gini deh, kalau kamu mau turuti apa kata Alfino, bayar denda kontraknya. Sanggup nggak?!"

Pak Zew meninggalkan Fayena yang menunduk dalam. Ia kesal juga merasa marah pada dengan keadaannya yang tak bisa berbuat apa-apa.

"Tuh kan. Elo sih ada-ada aja pertanyaan," ucap Regina pelan.

Fayena mengusap wajahnya dengan frustrasi. "Gue muak sumpah. Tapi gue harus tetap jalani semuanya. Ini yang bikin gue tambah muak," cetus Fayena seraya menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan. "Gue nggak sanggup, Re," lirihnya

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Code: Scarlet
25192      4913     16     
Action
Kyoka Ichimiya. Gadis itu hidup dengan masa lalu yang masih misterius. Dengan kehidupannya sebagai Agen Percobaan selama 2 tahun, akhirnya dia sekarang bisa menjadi seorang gadis SMA biasa. Namun di balik penampilannya tersebut, Ichimiya selalu menyembunyikan belati di bawah roknya.
Blocked Street
15680      3737     5     
Horror
Ada apa dengan jalan buntu tersebut? Apa ada riwayat terakhir seperti pembunuhan atau penyiksaan? Aryan dan Harris si anak paranormal yang mencoba menemukan kejanggalan di jalan buntu itu. Banyak sekali yang dialami oleh Aryan dan Harris Apa kelanjutan ceritanya?
LULLABY
14658      2845     2     
Fantasy
Lowin mengingat Nasehat terakhir yang diberikan oleh sang kakak mowrine sebelum ia mengemban tugas dari kerajaan. Sang kakak mowrine juga harus melanggar larangan dan terpaksa berbohong untuk mendapat kepercayaan dari keluarga yang akan ia tinggalkan. Bukan tanpa alasan mowrine melakukan hal itu, ia melihat sesuatu didiri lowin yang mengusik ketenangan. Namun, Kenyataan tidak sesuai dengan har...
Kainga
1138      670     12     
Romance
Sama-sama menyukai anime dan berada di kelas yang sama yaitu jurusan Animasi di sekolah menengah seni rupa, membuat Ren dan enam remaja lainnya bersahabat dan saling mendukung satu sama lain. Sebelumnya mereka hanya saling berbagi kegiatan menyenangkan saja dan tidak terlalu ikut mencampuri urusan pribadi masing-masing. Semua berubah ketika akhir kelas XI mereka dipertemukan di satu tempat ma...
Reaksi Kimia (update)
5776      1532     7     
Romance
》Ketika Kesempurnaan Mengaggumi Kesederhanaan《 "Dua orang bersama itu seperti reaksi kimia. Jika kamu menggabungkan dua hal yang identik, tidak ada reaksi kimia yang di lihat. Lain halnya dengan dua hal yang berbeda disatukan, pasti dapat menghasilkan percikan yang tidak terduga" ~Alvaro Marcello Anindito~
FINDING THE SUN
456      198     15     
Action
Orang-orang memanggilku Affa. Aku cewek normal biasa. Seperti kebanyakan orang aku juga punya mimpi. Mimpiku pun juga biasa. Ingin menjadi seorang mahasiswi di universitas nomor satu di negeri ini. Biasa kan? Tapi kok banyak banget rintangannya. Tidak cukupkah dengan berhenti dua tahun hanya demi lolos seleksi ketat hingga menghabiskan banyak uang dan waktu? Justru saat akhirnya aku diterima di k...
TANPA KATA
18      17     0     
True Story
"Tidak mudah bukan berarti tidak bisa bukan?" ucapnya saat itu, yang hingga kini masih terngiang di telingaku. Sulit sekali rasanya melupakan senyum terakhir yang kulihat di ujung peron stasiun kala itu ditahun 2018. Perpisahan yang sudah kita sepakati bersama tanpa tapi. Perpisahan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Yang memaksaku kembali menjadi "aku" sebelum mengenalmu.
PROMISES [RE-WRITE]
6075      1788     13     
Fantasy
Aku kehilangan segalanya, bertepatan dengan padamnya lilin ulang tahunku, kehidupan baruku dimulai saat aku membuat perjanjian dengan dirinya,
Kertas Remuk
104      86     0     
Non Fiction
Tata bukan perempuan istimewa. Tata nya manusia biasa yang banyak salah dalam langkah dan tindakannya. Tata hanya perempuan berjiwa rapuh yang seringkali digoda oleh bencana. Dia bernama Tata, yang tidak ingin diperjelas siapa nama lengkapnya. Dia hanya ingin kehidupan yang seimbang dan selaras sebagaimana mestinya. Tata bukan tak mampu untuk melangkah lebih maju, namun alur cerita itulah yang me...
A Poem For Blue Day
203      152     5     
Romance
Pada hari pertama MOS, Klaudia dan Ren kembali bertemu di satu sekolah yang sama setelah berpisah bertahun-tahun. Mulai hari itu juga, rivalitas mereka yang sudah terputus lama terjalin lagi - kali ini jauh lebih ambisius - karena mereka ditakdirkan menjadi teman satu kelas. Hubungan mencolok mereka membuat hampir seantero sekolah tahu siapa mereka; sama-sama juara kelas, sang ketua klub, kebang...