Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kini Hidup Kembali
MENU
About Us  

Malam yang semakin larut seperti menelan lalu lalang para insan dalam sesaat. Bunyi kendaraan yang berisik tidak lagi terdengar, hanya segelintir orang yang masih betah untuk menikmati bagaimana tenangnya sepi setelah menjalani bising seharian. Toko madura di seberang sana selalu buka dua puluh empat jam tanpa henti, seorang laki-laki sedang duduk di tempat kasir dengan tangan memegang ponsel dan tatapan mata serius, barangkali mengusir rasa bosan karena tidak ada pelanggan yang datang ke warung. Selain itu, burjo-burjo tidak pernah tidur untuk menemani muda-mudi yang berkumpul, entah hanya sekadar makan, mengerjakan tugas, atau melepas penat setelah rapat organisasi berjam-jam.

Seorang gadis masih setia berdiri di depan jalan, melihat ponselnya berkali-kali untuk melihat-lihat galeri di ponselnya sembari menunggu jemputan datang. Ia sesekali mengusap keringat dari pelipisnya, sisa dari kerja kerasnya hari ini. Besok kelas pagi, tetapi sudah hampir pukul 23.00 WIB, ia masih berada di sekitaran kampus. Setelah menunggu sekitar lima belas menit, motor hitam berdiri tepat di depannya. Gadis itu menyimpan ponselnya di bagian depan tas gendong berwarna biru yang masih awet semenjak ia resmi mengganti seragam menjadi putih abu-abu.

Pria dewasa memberikan helm itu padanya tanpa sepatah kata, begitu pula sang gadis yang menerima tanpa berbicara, naik di boncengan, tidak ada percakapan, motor sudah melaju membelah heningnya malam. Gadis itu menikmati udara di sekitarnya, dingin menyusup di sela-sela tubuhnya yang sudah dilapisi jaket, padahal siang tadi matahari menelan manusia dengan sorotnya yang ganas.

Lesta ingin mengawali obrolan dengan Bapaknya, tetapi ia takut karena ada jarak yang kasat mata hubungan dirinya dengan Bapak. Ia selalu memendam isi kepalanya sendiri dan melakukan dialog seolah-olah mengobrol dengan Bapak, tanpa pernah satu kalipun diungkapkan secara gamblang. Perjalanan bersama Bapak di motor selalu menjadi perjalanan paling sunyi seumur hidupnya, meskipun terkadang di sekitarnya ramai. Ia ingin seperti teman-temannya yang bisa bercerita tentang hidupnya tanpa canggung, tetapi lagi-lagi ia kalah oleh rasa takutnya, takut dengan respon Bapak, takut dianggap aneh, takut ucapannya tidak sinkron, dan ketakutan-ketakutan lain.

Siang tadi, ia dipuji oleh dosen karena berani menjawab pertanyaan yang dilontarkan dosen di saat teman kelasnya memilih untuk menjadi pendengar tanpa menimpali. Setelah kelas selesai, ia pergi sendiri ke perpustakaan untuk meminjam novel lawas yang direkomendasikan oleh dosennya. Selain itu, ia mengerjakan tugas yang tenggatnya besok pagi di sela-sela menunggu kelas berikutnya. Berjalan dengan sederhana, tetapi akan terasa menyenangkan jika ia bisa menceritakan secuil harinya pada Bapak ’kan? Namun, sayangnya  sudah banyak waktu yang berlalu, momen itu belum datang juga. Jadi, ia lebih memilih diam di belakang sampai tiba di rumah.

Bapak menghentikan motornya di depan rumah, dengan segera Lesta melapas sepatu dan menaruhnya di rak sepatu di teras lalu membuka pintu agar Bapak bisa memasukkan motornya di ruang tamu yang jika sudah malam disulap sebagai tempat parkir motor. Ia menaruh helm nya di paku yang menempel di tembok. Bapak melepas jaket dan menaruh helm di spion kanan.

”Pak, dibawain nasi kucing sama gorengan, dari Mas Bima.” Lesta membuka tas birunya, mengeluarkan keresek hitam dari dalam.

”Buat kamu aja, Bapak sudah kenyang.” Setelahnya Bapak langsung masuk ke kamar dan meninggalkan Lesta yang masih terpaku menatap keresek hitamnya.

Sulit memang hidup di keluarga yang jarang berkomunikasi, Bapak seharusnya paham bahwa ungkapan itu bermakna untuk mengajak makan bersama, tetapi Bapak seringnya menolak dengan alasan kenyang dan berujung ia menghabiskan nasi sendirian karena mubazir, meskipun perutnya seolah memberikan penolakan seperti yang Bapak lakukan. Lesta berjalan ke arah dapur untuk mencuci kaki.

Setelah mencuci kaki, ia duduk di ruang makan yang tersambung dengan dapur, ruangan yang sering ditempati keluarga kecilnya untuk makan bersama, meskipun seringnya tidak ada obrolan satu topik sama sekali. Ia membuka nasi kucingnya dan berusaha menikmai karena setelah ini ia harus mengerjakan tugas yang belum selesai ia kerjakan tadi siang. Setidaknya memberikan energi agar ia tubuh dan jiwanya bisa diajak kerja sama untuk tetap terjaga sampai tugasnya selesai.

Sembari menikmati makan, pikiran Lesta berkelana, dulu keluarga kecilnya pernah hangat, tetapi semakin ia menginjak kehidupan lebih jauh, keluarganya juga bak ikut menjauh dari dunianya. Ada banyak hal yang semakin tidak sejalan, sehingga ia lebih memilih untuk mengalah, tidak lagi berdiskusi dengan kedua orang tuanya tentang arah hidup, dan sayngnya menyendiri di kamar saat di rumah menjadi bagian paling ia suka daripada ia harus duduk bersama kedua orang tuanya dengan keheningan yang selamanya akan hening sampai etiganya pergi ke dunianya masing-masing.

Ego manusia itu tinggi, Lesta selalu merasa kedua orang tuanya tidak ingin mengajaknya mengobrol dan jika ia memulai obrolan yang penting pun, ujung-ujungnya berakhir tidak menyenangkan, barangkali orang tuanya sama, menunggu dirinya sebagai anak untuk terbuka, tetapi bagaimana bisa ia terbuka, sedangkan pilihannya sering disebut membawa petaka? Pada akhirnya tidak bercerita adalah pilihan terbaik.

Keputusan dirinya untuk berkuliah di program studi yang sedang ia jalani adalah hal yang paling ibu tidak suka. Ia ingat sekali malam itu, ia dan ibu mengobrol banyak, tetapi dengan amarah yang berapi-api dan ibu tidak pernah mengerti bagaimana perasaannya. Ia lebih memilih apa yang menjadi keinginannya dengan alasan ia yang menjalani, tetapi ibu membantah bahwa program studi yang dipilihnya tidak memiliki prospek kerja yang jelas dan terarah, ibu keukeuh untuk menyuruh dirinya berkuliah di jurusan Ekonomi yang prospek kerjanya jelas. Malam itu juga, pertama kali sepanjang hidupnya ia tidak menuruti apa yang menjadi pilihan ibu, menjadi awal pemberontakan sebelum ada pemberontakan-pemberontakan lain dalam hidupnya yang membuat hubungannya dengan ibu semakin menjadi dua arah yang tidak pernah bersatu.

”Aduh capek.” Lesta sudah selesai dengan makannya, usai membereskas, ia masuk ke kamarnya untuk bertempur dengan kumpulan aksara yang memaksa otaknya untuk tetap bekerja, meskipun sudah tidak maksimal karena ia merasa Lelah setelah mengingat Kembali momennya bersama ibu di malam kelam itu. Gegara itu juga, ia tidak bisa bercerita jika dalam perjalanan kuliahnya ada masalah atau hal-hal yang mengecewakan, takut ibu semakin memojokkannya karena tidak menuruti apa yang diinginkan ibu.

Bapak tidak berkomentar banyak, tetapi satu kalimat berhasil tertanam di kepalanya, ”Pendapat kamu dan ibu tidak ada yang salah, hanya beda pandangan. Omongan ibu itu melihat realita di sekitarnya, tetapi pendapatmu itu yang menentukan bagaimana kamu ke depannya.” Bapak mengatakannya tanpa ekspresi setelah ia menangis sendirian di kamar. Selain itu, bapak membawakan sekotak martabak manis. Lesta merasa selalu ingin menangis jika mengingat ucapan bapaknya karena di balik diamnya bapak, ia selalu merasa ada peduli yang tidak bisa diungkapkan secara terang-terangan.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Arsya (The lost Memory)
710      528     1     
Mystery
"Aku adalah buku dengan halaman yang hilang. Cerita yang tercerai. Dan ironisnya, aku lebih paham dunia ini daripada diriku sendiri." Arsya bangun di rumah sakit tanpa ingatanhanya mimpi tentang seorang wanita yang memanggilnya "Anakku" dan pesan samar untuk mencari kakeknya. Tapi anehnya, ia bisa mendengar isi kepala semua orang termasuk suara yang ingin menghabisinya. Dunia orang dewasa t...
Rania: Melebur Trauma, Menyambut Bahagia
166      137     0     
Inspirational
Rania tumbuh dalam bayang-bayang seorang ayah yang otoriter, yang membatasi langkahnya hingga ia tak pernah benar-benar mengenal apa itu cinta. Trauma masa kecil membuatnya menjadi pribadi yang cemas, takut mengambil keputusan, dan merasa tidak layak untuk dicintai. Baginya, pernikahan hanyalah sebuah mimpi yang terlalu mewah untuk diraih. Hingga suatu hari, takdir mempertemukannya dengan Raihan...
Tumbuh Layu
375      252     4     
Romance
Hidup tak selalu memberi apa yang kita pinta, tapi seringkali memberikan apa yang kita butuhkan untuk tumbuh. Ray telah pergi. Bukan karena cinta yang memudar, tapi karena beban yang harus ia pikul jauh lebih besar dari kebahagiaannya sendiri. Kiran berdiri di ambang kesendirian, namun tidak lagi sebagai gadis yang dulu takut gagal. Ia berdiri sebagai perempuan yang telah mengenal luka, namun ...
Trust Me
57      50     0     
Fantasy
Percayalah... Suatu hari nanti kita pasti akan menemukan jalan keluar.. Percayalah... Bahwa kita semua mampu untuk melewatinya... Percayalah... Bahwa suatu hari nanti ada keajaiban dalam hidup yang mungkin belum kita sadari... Percayalah... Bahwa di antara sekian luasnya kegelapan, pasti akan ada secercah cahaya yang muncul, menyelamatkan kita dari semua mimpi buruk ini... Aku, ka...
DocDetec
279      197     1     
Mystery
Bagi Arin Tarim, hidup hanya memiliki satu tujuan: menjadi seorang dokter. Identitas dirinya sepenuhnya terpaku pada mimpi itu. Namun, sebuah tragedi menghancurkan harapannya, membuatnya harus menerima kenyataan pahit bahwa cita-citanya tak lagi mungkin terwujud. Dunia Arin terasa runtuh, dan sebagai akibatnya, ia mengundurkan diri dari klub biologi dua minggu sebelum pameran penting penelitian y...
Main Character
1050      676     0     
Romance
Mireya, siswi kelas 2 SMA yang dikenal sebagai ketua OSIS teladanramah, penurut, dan selalu mengutamakan orang lain. Di mata banyak orang, hidupnya tampak sempurna. Tapi di balik senyum tenangnya, ada luka yang tak terlihat. Tinggal bersama ibu tiri dan kakak tiri yang manis di luar tapi menekan di dalam, Mireya terbiasa disalahkan, diminta mengalah, dan menjalani hari-hari dengan suara hati y...
A Sky Between Us
35      30     2     
Romance
Sejak kecil, Mentari selalu hidup di dalam sangkar besar bernama rumah. Kehidupannya ditentukan dari ia memulai hari hingga bagaimana harinya berakhir. Persis sebuah boneka. Suatu hari, Mentari diberikan jalan untuk mendapat kebebasan. Jalan itu dilabeli dengan sebutan 'pernikahan'. Menukar kehidupan yang ia jalani dengan rutinitas baru yang tak bisa ia terawang akhirnya benar-benar sebuah taruha...
Unframed
513      366     4     
Inspirational
Abimanyu dan teman-temannya menggabungkan Tugas Akhir mereka ke dalam sebuah dokumenter. Namun, semakin lama, dokumenter yang mereka kerjakan justru menyorot kehidupan pribadi masing-masing, hingga mereka bertemu di satu persimpangan yang sama; tidak ada satu orang pun yang benar-benar baik-baik saja. Andin: Gue percaya kalau cinta bisa nyembuhin luka lama. Tapi, gue juga menyadari kalau cinta...
Perahu Jumpa
247      206     0     
Inspirational
Jevan hanya memiliki satu impian dalam hidupnya, yaitu membawa sang ayah kembali menghidupkan masa-masa bahagia dengan berlayar, memancing, dan berbahagia sambil menikmati angin laut yang menenangkan. Jevan bahkan tidak memikirkan apapun untuk hatinya sendiri karena baginya, ayahnya adalah yang penting. Sampai pada suatu hari, sebuah kabar dari kampung halaman mengacaukan segala upayanya. Kea...
The Call(er)
1374      819     10     
Fantasy
Ketika cinta bukan sekadar perasaan, tapi menjadi sumber kekuatan yang bisa menyelamatkan atau bahkan menghancurkan segalanya. Freya Amethys, seorang Match Breaker, hidup untuk menghancurkan ikatan yang dianggap salah. Raka Aditama, seorang siswa SMA, yang selama ini merahasiakan kekuatan sebagai Match Maker, diciptakan untuk menyatukan pasangan yang ditakdirkan. Mereka seharusnya saling bert...