πππ
Tidak perlu ada keraguan dalam menjalani hubungan yang selalu menunjukkan rasa sayang serta cinta. Meskipun demikian, pasti ada kendala yang menghadang. Namun, bila memang saling memiliki rasa sayang maupun cinta. Maka, semua itu bisa dilalui dengan baik. Oleh karena itu, kita harus mempercayai perasaan dalam hati.
πππ
"Mah..." Air mata Semesta keluar membasahi pipinya. Terharu, melihat ada sedikit pergerakan dari jari Mamanya. Padahal, hanya beberapa detik saja. Namun, itu sudah sangat membahagiakan bagi Semesta.
Rasanya, Semesta ingin langsung memberitahu suster yang sekaligus menjaga merawat Mamanya. Akan tetapi, perawat Mamanya sedang berada di dapur. Ia akan mengatakan pergerakan tangan Mamanya nanti setelah wanita itu kembali. “Aku senang banget Mama mau merespon apa yang baru diceritain aja.”
Tak sampai disitu perkembangan Mama Semesta. Kini, wanita paruh baya itu tiba-tiba menyinggingkan senyuman. Semakin membuat Semesta terharu serta bahagia. Karena, selama kondisi ini Mamanya cukup buruk. Hanya diam, tanpa mau berbicara hanya duduk di kasur. Meskipun demikian, kadang-kadang berada di kursi roda. Semesta selalu berusaha mengajak Mamanya tiba-tiba tapi tidak ada respon apapun. Tatapan Mamanya terlihat kosong. Sudah cukup lama, Alena mengalami depresi. Namun Semesta tidak menyerah untuk bisa menyembuhkan apa yang dialami Alena. Mamanya.
Seta janji bakalan bisa bikin Mama ditangani dengan baik. Biar, nanti Mama cepat sembuh. Semesta akan melakukan cara apapun untuk bisa membuat Mamanya bisa seperti sedia kala.
Pun, Semesta selalu ingin menjauhkan Mamanya dari Papanya. Oleh karena itu, salah satu penyebab Alena depresi yaitu sering terjadi konflik di antara mereka. Sejujurnya, ia pun merasa terus terbayang betapa hebatnya kejadian yang terjadi sewaktu masih kecil.
Andai saja, Semesta bisa memutar waktu pasti ia tak ingin melihat segala hal buruk di depan mata. Hingga membuat trauma bagi Semesta. Meskipun demikian, saat ini sudah mulai membaik. Akan tetapi, itu akan terus membekas.
Untung saja, Semesta bisa menahan segala rasa sakit sekaligus trauma masa lalu yang terjadi. Selain itu, ia cukup bisa menjaga pikirannya agar tidak terlalu larut dalam masa lalu yang buruk. Sehingga, ia bisa terus maju menatap masa depan. Menjalani segala hal dengan baik.
Beberapa menit kemudian. Perawat yang ditugaskan untuk menjaga Alena datang memasuki kamar Alena. Semesta mulai menceritakan semua yang sudah dilihat sedari tadi pada Alena. Mamanya.
"Itu perkembangannya bagus, Mas Seta. Semoga kedepannya terus bisa ada banyak perubahan baik pada Mama kamu. Saya akan terus pantau kondisinya. Kalau ada perkembangan lagi, pasti saya akan terima kasih tahu kamu." Lita tersenyum senang merasakan ada perubahan baik pada kondisi Alena. Itu sangat bagus bagi pasien depresi yang sudah bertahun-tahun mengalami kondisi cukup berat.
Semesta mengangguk, benar-benar merasa bahagia dengan kondisi Mamanya sudah mulai ada perkembangan.
"Terima kasih, sus. Kalo ada apa-apa, atau perkembangan selalu kasih tau saya. Kalo pun, saya lagi di sekolah nggak apa-apa kirim pesan aja." Semesta tidak masalah kapanpun mendapatkan perkembangan kondisi Mamanya. Karena, itu memang sangat penting bagi dirinya. Sehingga, akan melakukan apapun untuk kesembuhan Mamanya. "Oh ya... Sus. Gaji buat suster selama bulan ini sudah saya transfer. Maaf... Kalo mungkin ada keterlambatan. Soalnya--"
"Nggak apa-apa, Mas Seta. Lagipula, saya benar-benar ingin membantu Bu Alena sampai sembuh. Jadi, tidak perlu terlalu khawatir memikirkan gaji saya. Lagipula, saya tahu Mas Seta kerja buat pengobatan Bu Alena sekaligus gaji saya. Padahal, masih sekolah harusnya tidak perlu kerja keras. Mending kamu lebih fokus untuk belajar." Lita sebenarnya tak tega melihat Semesta harus bekerja keras membiayai pengobatan Alena. Mamanya. Padahal, anak lelaki itu harus fokus dengan pendidikan.
"Santai aja, sus. Soal uang, bakalan selalu saya usahakan ada. Asal, Mama bisa ditangani sekaligus awasi dengan baik. Walaupun, memang udah cukup parah kondisinya. Tapi, saya yakin beliau bisa sembuh dalam waktu dekat." Semesta mempunyai kepercayaan bila Mamanya akan bisa sembuh. Meskipun, masih butuh waktu dan biayanya. Cowok itu, akan terlalu mengusahakan apapun demi kesembuhan Alena. Mamanya.
Lita tersenyum, benar-benar kagum dengan segala hal yang dilakukan Semesta. Terlebih, cowok itu melakukannya demi orang terdekat sekaligus tersayangnya. "Saya akan selalu berdoa sekaligus dukung apapun yang kamu lakukan. Asal, itu masih dalam konteks positif."
"Terima kasih, sus." Semesta merasa punya orang yang bisa memberi dukungan. Meskipun, bukan dari keluarganya. Melainkan, orang luar yang bisa dipercaya.
Kini, suster Lita mulai memeriksa kondisi Alena dengan seksama. Memang tidak terlihat ada perbedaan. Namun, ia yakin untuk ke depannya bisa lebih baik. Terbukti, wanita paruh baya itu mulai mau merespon apa yang diceritakan Semesta.
πππ
Javian sudah berada di rumah Javian. Tepatnya, pada ruang tamu kakak sepupu Auretta. Cowok itu, berniat ingin menjemput Auretta. Kekasihnya. Untuk pergi menonton film di bioskop mall terdekat. Karena, memang sudah membuat janji dengan Auretta.
"Lo harus jagain adik gue dengan baik. Awas saja, kalo terjadi sesuatu sama dia. Lo bakalan tau akibatnya, Jav. Jangan sampai penyakit dia kambuh di tempat umum. Pokoknya, hindari keramaian yang bisa bikin Auretta ketrigger. Gue nggak mau sampai hal buruk terjadi sama dia." Januar mulai memberi wejangan pada Javian. Agar, tidak ada hal buruk terjadi saat sedang berada di luar rumah. Terlebih, tidak ada penjagaan darinya.
Javian mengangguk, seraya menyunggingkan senyum. Ia akan berusaha menjaga Auretta dengan baik semampunya. Ia harap, tidak ada hal buruk terjadi pada mereka berdua. "Gue bakalan usahain yang terbaik buat Auretta. Jadi, nggak perlu terlalu khawatir. Gue bakalan bikin dia senang malam ini."
"Gue pegang janji lo, Jav. Pokoknya, hape lo harus standby. Soalnya, gue bakalan terus pantau lo tiap saat." Januar memang cukup over protektif pada Auretta. Karena, kondisi Auretta terkadang bisa tiba-tiba berubah tidak terduga. Akan lebih baik, menghindari beberapa hal, tempat, dan situasi. Agar, yang ditakutkan tidak terjadi.
"Oke siap, Kak." Javian tidak masalah harus selalu dipantau oleh Januar. Lantaran, ia memang tidak punya niat buruk pada Auretta. Kekasihnya. Ia hanya ingin pergi berdua menikmati waktu luang mereka.
Januar merasa lega, karena sepertinya Javian memang bisa dipercaya. Meskipun, ia tetap khawatir bila Auretta pergi tanpa dirinya. Namun, ia tak mungkin menganggu waktu kebersamaan sepasang kekasih itu. "Pulangnya jangan kemalaman. Maksimal jam sepuluh. Lagipula, jarak mall dari sini tuh deket. Jangan mampir kemana-mana."
Javian masih sibuk mengobrol dengan Januar. Kini, Auretta muncul sembari menuruni anak tangga. Penampilan gadis itu sangat cantik, meskipun dengan outfit sederhana. Memakai atasan kaos lengan panjang, ditambah bawahan rok berwarna putih.
Tanpa sadar, Javian terdiam karena terpesona melihat penampilan manis sekaligus cantik kekasihnya. Padahal, gadisnya itu tidak memakai baju mewah. Namun, terlihat cukup simple dan elegan. Membuat Javian benar-benar terpanah akan kecantikan yang terpancar dari Auretta.
"Udah siap pergi ya, Dek? Hati-hati di jalan. Jangan lupa kabarin kalo udah sampai tempat tujuan. Biar, gue nggak ngerasa khawatir." Januar menatap Auretta seraya memberikan beberapa nasihat pada adiknya.
Auretta tersenyum ke arah Januar, sedikit melirik kepada Javian yang masih terdiam. "Siap, kak. Nanti pasti gue kabarin nggak usah khawatir."
"Kak Javian... Ayo berangkat, takut nanti malah kemalaman." Auretta menarik seraya menggandeng lengan Javian. Kekasihnya. Membuat Javian kaget, tapi tetap menurut pasrah dengan apa yang dilakukan kekasihnya.
Javian mengangguk, lalu ikut melangkah pergi bersama Auretta. Karena, sudah mendapat izin dari keluarga kekasihnya.
Dalam perjalanan menuju mall, tidak terlalu banyak percakapan. Akan tetapi, baik Javian maupun Auretta senang akhirnya bisa memiliki waktu pergi bersama.
Tidak butuh waktu lama, kini mereka sudah sampai di pusat perbelanjaan. Javian langsung memesan tiket film yang sudah dipilih.
Pun, Javian meminta Auretta untuk memilih cemilan serta minuman yang akan dibawa masuk ke dalam ruang bioskop. Setelah itu, duduk menunggu sampai film pilihan mereka berdua.
Lima menit kemudian. Mereka sudah memasuki bioskop menempati tempat duduk sesuai tiket. Kemudian, menikmati film yang sudah mulai diputar pada layar.
Saat sedang menonton film di layar. Javian tak pernah melepaskan genggaman tangannya pada Auretta. Ia benar-benar menikmati bersama kekasihnya itu. Sesekali mengelus kepala gadisnya dengan lembut. Berharap, hubungan mereka selalu baik-baik saja.
Auretta mungkin memang bukan cinta pertama bagi Javian. Akan tetapi, saat Javian bertemu Auretta langsung merasa nyaman. Hingga akhirnya, mereka memiliki hubungan sebagai sepasang kekasih sampai saat ini.
Sejujurnya, Javian cukup takut bila suatu hari nanti akan diselesaikan dengan Auretta, ada masalah. Bahkan, bisa membuat kedekatan mereka retak atau lebih buruk lagi putusnya. Apalagi, Auretta memang mempunyai pesona yang mudah membuat lawan jenisnya terpikat.
“Kok sih, kak? Kok, kayaknya nyaman gitu?” Auretta menoleh ke arah Javian yang seperti tidak fokus dalam menonton film. Padahal, alur ceritanya bagus. Meskipun demikian, bercerita tentang kisah cinta segitiga.
Javian sedikit kaget dengan pertanyaan dari Auretta. Kemudian, ia menoleh sambil tersenyum pada kekasihnya. "Nggak apa-apa, cuma lagi mikir kalo pasti dalam sebuah hubungan bakalan ada pasang surutnya. Atau, mungkin saja bisa membuat ulang."
"Bukannya memang seperti itu. Dalam hubungan nggak akan selalu mulus. Adakalanya, ada masalah tapi itu bisa diselesaikan bila kita saling percaya satu sama lain. Nggak cuma itu, tapi juga ada rasa sayang sekaligus cinta di dalamnya." Auretta memang cukup paham mengenai hal itu. Ia rasa, secara keseluruhan dengan Javian akan tetap harmonis. Meskipun demikian, mungkin ada masalah pasti mereka berdua menyelesaikannya dengan baik.
"Gimana kalo bakalan banyak badai diantara kita. Apa kamu mau berjuang untuk mempertahankan hubungan kita, Ta?" Pertanyaan Javian, membuat Auretta terdiam sejenak. Kemudian, gadis itu menyempatkan diri untuk tersenyum setelahnya.
"Aku berencana berusaha mempertahankan apa yang sudah ada. Asal di dalamnya ada rasa sayang dan cinta. Soalnya, itu bisa memperkuat hubungan yang ada." Auretta memang selalu mempunyai pemikiran positif. "Kecuali, kalau hanya ada rasa belas kasihan itu mungkin akan menyakiti perasaan kita satu sama lain. Jadi, kalau begitu kayaknya mending berhenti. Daripada, membohongi satu sama lain. Serta, bisa aja itu menyakiti keduanya."
Jawaban dari Auretta sontak membuat Javian merenung. Entah kenapa, itu semakin membuat dirinya takut kehilangan sosok Auretta. Tahu, bila Auretta memiliki ketulusan hati. “Kamu sayang sama aku, kan, Ta?”
tatapan Auretta kini terfokus pada Javian. Entah kenapa, merasa aneh karena tiba-tiba kekasihnya menanyakan hal seperti itu. Padahal, seharusnya dia sudah tahu penjelasannya. Karena, selama ini ia selalu menunjukkan rasa sayang sekaligus cinta pada Javian. Kekasihnya.
Auretta pikir, mungkinkah sekarang Javian merasa ragu dengan perasaannya. Sedangkan, dirinya merasa selalu memberikan semua perasaannya pada kekasihnya itu.
- Akan Dilanjutkan -