Loading...
Logo TinLit
Read Story - When Flowers Learn to Smile Again
MENU
About Us  

Minggu ini Jihan izin tidak bekerja karena dirinya ingin membersihkan rumahnya, barang-barang yang menumpuk dan tidak terpakai harus segera dibuang agar tidak menjadi sarang nyamuk dan debu.

Jihan mulai membersihkan rumahnya mulai dari pukul delapan pagi, tentunya setelah perempuan itu sarapan. Ruangan pertama yang Jihan bersihkan adalah dapur, kemudian ruang tamu, dan kamar mandi. Jadi masih ada kamar orang tua, kamarnya, serta halaman rumah yang belum dibersihkan.

Dari membersihkan ketiga ruangan itu, Jihan kelelahan dan memutuskan untuk istirahat sebentar seraya meminum segelas air dingin.

Perempuan itu mendudukkan dirinya di sofa, mengelap keringat di kening dengan punggung tangan kemudian menaruh segelas air dingin yang masih tersisa setengahnya.

Sambil beristirahat Jihan menatap jam dinding yang menunjukkan pukul sepuluh lewat lima belas menit, jadi bisa dikatakan Jihan sudah menghabiskan dua jam membereskan rumahnya kemudian ada satu hal yang dia pikirkan saat ini, barang-barang yang tidak lagi digunakan cukup banyak dan Jihan tidak tahu ingin membuangnya ke mana, mungkin nanti dirinya akan meminta bantuan Natha untuk menemukan solusinya.

Semenjak dunianya tidak baik-baik saja, Jihan mengabaikan rumah yang penuh kenangan ini. Di rumah dia hanya makan, tidur, melamun, dan membersihkan rumah semaunya saja. Pasti jika melihar rumah yang berantakan sekaligus mendapati barang-barang tidak terpakai masih tersimpan, bunda pasti akan memarahinya.

Dan berbicara soal bunda, Jihan jadi ingat tentang bunda yang kerap kali marah-marah saat mendapati dirinya dan ayah sedang membuat eksperimen dari barang-barang bekas dan membuat rumah menjadi berantakan.

Jika mengingat masa lalunya yang terbilang menyenangkan, Jihan akan sedih kemudian menangis. Tapi kali ini dia justru tertawa kecil karena perlahan Jihan sudah ikhlas untuk melepaskan sesuatu hal yang memang seharusnya diikhlaskan sejak lama.

Ternyata memiliki hal yang lapang membuatnya tenang, tidak ada lagi kesedihan menjalar yang akhirnya meneteskan air mata.

Jihan yang masih beristirahat mendengar adanya suara ketukan pintu dari luar, dia menoleh sebentar pada pintu yang tertutup kemudian bangkit dari duduknya untuk membukakan pintu itu.

Saat pintu terbuka keberadaan Natha yang tersenyum lebar terlihat, dia memakai kemeja flanel dan celana jeans dengan rambut yang menutupi keningnya. Dari jaraknya berdiri Jihan mencium aroma segar, sejuk, dan mengingatkannya pada laut.

Penampilan Natha yang bisa dikatakan sederhana namun rapi membuat Jihan meringis pelan sebab jika dibandingkan dengan penampilannya saat ini, jauh berbeda dari kata rapi. Rambut cepolnya acak-acakan, kaus abu-abu kebesaran, serta celana pendek selutut yang ujungnya kotor berhasil membuat dirinya malu sendiri terlebih perempuan itu belum sempat mandi, semoga Natha tidak mencium aroma tubuhnya yang kurang sedap.

Sementara itu Natha tidak memedulikan penampilan Jihan karena menurutnya perempuan itu selalu memancarkan kecantikan bagaimana pun kondisinya.

"Kamu mau pindah rumah ya?" Begitu Natha bertanya setelah mendapati keberadaan lima kardus di teras rumahnya Jihan.

Dan segera si pemilik rumah menggeleng singkat. "Enggak, lagi beres-beres aja."

"Udah selesai beres-beresnya?"

Kedua kalinya kepala Jihan menggeleng, jawaban itu seketika membuat Natha jadi bingung sendiri. Sebenarnya tujuan dia datang ke sini mengajak Jihan pergi, tapi perempuan itu malah sedang sibuk.

Lalu apakah Natha harus dengan tujuannya atau membatalkan ajakannya? Tapi jika dibatalkan sesuatu hal yang sudah dirinya persiapkan tidak bisa menunggu lama, terlebih Natha sangat ingin mengajak perempuan itu ke tempat pilihannya.

"Sebenarnya saya mau bantu kamu beres-beres, tapi ada yang pingin saya bilang ke kamu," ucap Natha setelah yakin dengan keputusannya.

Salah satu alisnya sedikit terangkat. "Apa itu?"

"Bisa nggak kalau beres-beresnya dijeda dulu? Saya mau ajak kamu ke suatu tempat yang saya jamin kamu pasti bakalan suka, mau ya? Saya janji bakalan bantuin kamu beres-beres sampai selesai."

Jihan terdiam sebentar, memutuskan sebuah jawaban yang tepat tapi ketika matanya menatap tampang Natha yang memelas, Jihan pun menghela napas. Padahal jika sedang bekerja perempuan itu tidak suka setengah-setengah, tapi untuk kali ini Jihan akan membiarkannya.

"Oke, saya mau siap-siap dulu, kamu bisa tunggu di dalam."

Jawaban Jihan yang sesuai dengan harapan membuat senyum lebar kembali terlihat di wajah tampannya.

***

Sejak tadi Natha selalu mencuri pandang pada perempuan yang berdiri di sebelahnya. Bagaimana tidak? Jihan begitu cantik hari ini, memakai dress berwarna peach selutut lengan panjang, rambut panjang yang sengaja diurai, make up tipis serta aroma tubuhnya yang wangi seperti bunga-bunga bermekaran.

Natha gugup, tentu saja. Bahkan setiap menatap perempuan itu jantungnya terus berdebar dengan kencang.

Omong-omong, hari ini adalah hari ulang tahunnya Jihan dan Natha mengajak perempuan itu ke taman bunga karena sepertinya Jihan akan menyukainya. Dan terakhir lelaki itu tidak tahu apakah Jihan mengingat hari ini adalah hari ulang tahunnya? Mungkin saja, karena penampilannya kali ini berbeda dari biasanya.

Mereka tiba di tempat tujuan yaitu, taman bunga yang memiliki berbagai macam bunga yang cantik dan indah. Baik Jihan maupun Natha, keduanya begitu senang melihat adanya sekumpulan bunga marigold berwarna kuning dan jingga yang seakan menyambut kedatangan mereka.

Jika berjalan sedikit di seberang marigold, ada bunga kenikir berwarna merah dan merah muds yang seakan sedang bersaing dengan marigold tentang siapa yang lebih indah. Tapi bagi mereka. Marigold, kenikir maupun bunga-bunga yang lain sama indahnya.

Padahal baru dua bunga yang mereka lihat, tapi Jihan sudah sebahagia ini seakan hatinya juga ikut berbunga-bunga.

"Kamu suka?"

Pertanyaan yang Natha lontarkan mendapat anggukan mantap dari Jihan. "Banget!"

Usai berkata perempuan itu berjalan terlebih dahulu sebab antusiasnya untuk melihat para bunga sangat tinggi dan Natha terkekeh pelan mendapati tingkah Jihan yang menurutnya menggemaskan.

Lalu bunga selanjutnya yang mereka lihat ada daisy dan chamomile. Jika dilihat sekilas keduanya memang terlihat sama, tapi kalau dilihat memang terlihat sama, tapi jika dilihat dari dekat bunga-bunga berwarna putih itu memiliki perbedaan yang terlihat cukup jelas.

Daisy memiliki kelopak lebih lebar dan bermacam warna sementara chamomile memiliki kelopak lebih ramping, kelopak berwarna putih dengan bagian tengah berwarna kuning. Ukuran kepala daisy sekitar dua puluh sentimeter sedangkan chamomile berukuran tujuh sampai sepuluh sentimeter. Daisy memiliki warna yang banyak berbeda dengan chamomile yang biasanya hanya satu warna.

Kemudian kuncup serbuk sari daisy lebih rapat dan kompak, chamomile memiliki kuncup yang lebih menonjol dan besar. Daun daisy biasanya tebal dan lonjong, bergerigi, sedangkan daun chamomile lebih tipis, runcing, dan menyerupai bulu.

Terakhir daisy hanya sebagai tanaman hias sementara chamomile yang aromanya kuat bisa dimanfaatkan sebagai teh maupun pengobatan.

"Astaga!"

Suara Natha yang terdengar cukup heboh membuat Jihan menoleh dengan kening yang mengerut. "Kenapa?"

"Saya lupa ambil kamera, kamu tunggu di sini sebentar ya."

Jihan membalas dengan anggukan singkat kemudian Natha bergegas menuju tempat parkir, mengambil kameranya yang ada di dalam mobilnya. Benar, karena hari ini istimewa Natha sengaja membawa mobil agar Jihan lebih nyaman dalam perjalanan.

Sembari menunggu Jihan kembali menatap para bunga yang keindahannya tidak bisa dialihkan dengan apa pun, menatap para bunga kembali membuatnya tersenyum dan menghirup aroma menyengarkan sebanyak-banyaknya. Ternyata dunia memang seindah ini dan ternyata dunia tidak lagi memunggunginya.

Jika diingat-ingat sudah lama sekali dirinya tidak merasa bahagia seperti ini, dan ini semua berkat Natha dan nanti dirinya harus berterima kasih pada lelaki itu.

Sekali lagi, bunga-bunga yang keindahannya tidak bisa dialihkan membuat Jihan segera mengeluarkan ponselnya yang tersimpan di tas kecilnya. Semua bunga-bunga yang ada di sini harus di potret, biar sewaktu-waktu saat dirinya lelah ada foto banyak bunga yang kembali membuatnya senang dan ingat tentang tempat ini.

Saat Jihan sibuk dengan urusannya, Natha sudah kembali membawa kamera DSLR dan sebenarnya bukan hanya kamera saja yang diambil melainkan hadiah untuk Jihan yang dirinya simpan di saku belakang celananya. Perempuan itu belum menyadari keberadaannya karena selain Jihan begitu fokus memotret para bunga, jarak di antara mereka sekitar sepuluh meter, mungkin jika Natha berdiri di sebelahnya Jihan akan menyadarinya.

Jihan yang terlihat bahagia membuat Natha berkeinginan untuk memotretnya dan segera dia melakukannya selagi Jihan belum menyadarinya. Sudah tujuh kali Natha menekan tombol shutter yang itu tandanya ada tujuh foto Jihan yang diambil olehnya, pada jepretan berikutnya Natha tertawa pelan karena melalui kameranya dirinya melihat perempuan itu melambaikan tangan pada bunga-bunga yang ada di hadapannya. Maksudnya apa? Memangnya ada bunga yang bisa bicara?

Dia menurunkan kamera dari wajahnya, kali ini giliran matanya yang menatap Jihan dengan tenang. Baginya perempuan itu sama seperti bunga, sama-sama memikat untuk ditatap, tapi sayangnya Jihan tidak bisa dipetik lalu ditaruh di vas bunga.

"Natha!" panggil Jihan yang menyadari keberadaannya dan segera Natha menghampiri.

"Ayo, kita ke sana." Tunjuk Jihan pada tempat di mana bunga-bunga lain berada karena pasti para bunga sedang menunggunya dan Natha membalas dengan anggukan singkat.

Kamboja, bougenville, tapak dara, zinnia, lantana, kembang sepatu, anggrek, melati, cempaka, kenanga adalah bunga-bunga yang sudah mereka lihat sekaligus memotretnya. Kira-kira ada berapa banyak bunga di taman yang terbilang luas ini ya? Jihan yang merasa sedang berpetualang sama sekali tidak lelah.

Dan meski di sini banyak berbagai macam bunga, ada beberapa bunga yang belum mekar. Contohnya seperti amarilis, kalau tidak salah bunga berwarna merah dan memiliki bentuk seperti terompet atau bintang itu akan mekar di bulan November atau Desember.

Walau belum mekar, Jihan tetap memotret si cantik yang malu-malu itu.

Ternyata di taman bunga ini memiliki beberapa rumah kaca, yang juga tertanam bunga-bunga cantik, bunga-bunga yang tidak terlalu cocok terkena sinar matahari. Dan di antara beberapa rumah kaca itu, yang memikat perhatiannya adalah rumah kaca yang tertanam bunga lavender.

Kenapa lavender? Karena warna ungu adalah salah satu warna kesukaannya.

Langkah kakinya bergegas menuju rumah kaca dan Natha mengikutinya dari belakang dengan seulas senyum yang sejak tadi belum menghilang dari wajah tampannya. Ketika memasuki rumah kaca, aroma lavender tercium.

"Bau obat nyamuk," celetuk Natha sambil cekikikan.

Selain sebagai obat pembunuh nyamuk, aroma lavender yang menenangkan biasanya digunakan sebagai pengharum ruangan dan sebagainya.

Lavender memiliki bentuk yang unik hingga mudah dikenali. Bunganya kecil dan rapat, bunga-bunga kecil yang mekar berdekatan, bentuknya seperti tabung kecil yang terbuka di ujungnya. Bunganya tumbuh mengelilingi batang secara spiral atau berlapis. Lalu yang menjadi ciri khasnya adalah warnanya yang ungu.

Banyaknya lavender yang tumbuh memberikan kesan yang tenang, anggun, dan rapi karena ditanam secara berbaris.

Kalau tidak salah, lavender memiliki arti kelembutan, kemurnian, kesetiaan serta pengabdian yang tulus. Katanya lavender sering diberikan untuk menunjukkan perasaan cinta yang setia dan tidak memaksa.

Di saat Jihan menyusuri jalan yang di kelilingi oleh lavender, ada Natha yang berdiam diri di belakangnya menatap punggung perempuan itu dengan senyuman.

Dia menghela napas sebentar kemudian bergumam. "Saya berharap kamu selalu tenang, damai, dan tahu bahwa kamu dicintai dengan tulus."

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Rindu Yang Tak Berujung
574      405     7     
Short Story
Ketika rindu ini tak bisa dibendung lagi, aku hanya mampu memandang wajah teduh milikmu melalui selembar foto yang diabadikan sesaat sebelum engkau pergi. Selamanya, rindu ini hanya untukmu, Suamiku.
Misteri pada Mantan yang Tersakiti
854      490     6     
Short Story
98% gadis di dunia adalah wujud feminisme. Apakah kau termasuk 2% lainnya?
Supernova nan Indah merupakan Akhir dari Sebuah Bintang
3951      1254     1     
Inspirational
Anna merupakan seorang gadis tangguh yang bercita-cita menjadi seorang model profesional. Dia selalu berjuang dan berusaha sekuat tenaga untuk menggapai cita-citanya. Sayangnya, cita-citanya itu tidak didukung oleh Ayahnya yang menganggap dunia permodelan sebagai dunia yang kotor, sehingga Anna harus menggunakan cara yang dapat menimbulkan malapetaka untuk mencapai impiannya itu. Apakah cara yang...
Coldest Husband
1635      826     1     
Romance
Saga mencintai Binar, Binar mencintai Aidan, dan Aidan mencintai eskrim. Selamat datang di kisah cinta antara Aidan dan Eskrim. Eh ralat, maksudnya, selamat datang di kisah cinta segitiga antata Saga, Binar, dan Aidan. Kisah cinta "trouble maker dan ice boy" dimulai saat Binar menjadi seorang rapunsel. Iya, rapunsel. Beberapa kejadian kecil hingga besar membuat magnet dalam hati...
Happy Death Day
602      340     81     
Inspirational
"When your birthday becomes a curse you can't blow away" Meski menjadi musisi adalah impian terbesar Sebastian, bergabung dalam The Lost Seventeen, sebuah band yang pada puncak popularitasnya tiba-tiba diterpa kasus perundungan, tidak pernah ada dalam kamus hidupnya. Namun, takdir tetap membawa Sebastian ke mikrofon yang sama, panggung yang sama, dan ulang tahun yang sama ... dengan perayaan h...
My SECRETary
568      363     1     
Romance
Bagi Bintang, menjadi sekretaris umum a.k sekum untuk Damar berarti terus berada di sampingnya, awalnya. Tapi sebutan sekum yang kini berarti selingkuhan ketum justru diam-diam membuat Bintang tersipu. Mungkinkah bunga-bunga yang sama juga tumbuh di hati Damar? Bintang jelas ingin tahu itu!
Manusia Air Mata
1290      756     4     
Romance
Jika air mata berbentuk manusia, maka dia adalah Mawar Dwi Atmaja. Dan jika bahagia memang menjadi mimpinya, maka Arjun Febryan selalu berusaha mengupayakan untuknya. Pertemuan Mawar dan Arjun jauh dari kata romantis. Mawar sebagai mahasiswa semester tua yang sedang bimbingan skripsi dimarahi habis-habisan oleh Arjun selaku komisi disiplin karena salah mengira Mawar sebagai maba yang telat. ...
Chrisola
1114      643     3     
Romance
Ola dan piala. Sebenarnya sudah tidak asing. Tapi untuk kali ini mungkin akan sedikit berbeda. Piala umum Olimpiade Sains Nasional bidang Matematika. Piala pertama yang diraih sekolah. Sebenarnya dari awal Viola terpilih mewakili SMA Nusa Cendekia, warga sekolah sudah dibuat geger duluan. Pasalnya, ia berhasil menyingkirkan seorang Etma. "Semua karena Papa!" Ola mencuci tangannya lalu membasuh...
Kaca yang Berdebu
122      98     1     
Inspirational
Reiji terlalu sibuk menyenangkan semua orang, sampai lupa caranya menjadi diri sendiri. Dirinya perlahan memudar, seperti bayangan samar di kaca berdebu; tak pernah benar-benar terlihat, tertutup lapisan harapan orang lain dan ketakutannya sendiri. Hingga suatu hari, seseorang datang, tak seperti siapa pun yang pernah ia temui. Meera, dengan segala ketidaksempurnaannya, berjalan tegak. Ia ta...
Time and Tears
323      250     1     
Romance
Rintik, siswi SMA yang terkenal ceria dan berani itu putus dengan pacarnya. Hal berat namun sudah menjadi pilihan terbaik baginya. Ada banyak perpisahan dalam hidup Rintik. Bahkan temannya, Cea harus putus sekolah. Kisah masa remaja di SMA penuh dengan hal-hal yang tidak terduga. Tak disangka pula, pertemuan dengan seorang laki-laki humoris juga menambah bumbu kehidupan masa remajanya. Akankah Ri...