Loading...
Logo TinLit
Read Story - MANITO
MENU
About Us  

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Diagnosis akan segera terbongkar. Hanya butuh waktu sedikit lagi untuk menemukan seluruh bukti akurat. Karena, kejahatan pasti akan terungkap meskipun menutupi serapat apapun. Kebaikan akan selalu menang. Meskipun demikian, harus jatuh bangun dalam menghadapi segala rintangan yang ada. Namun, semua akan berakhir indah pada waktunya.

 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

Sera tertidur di pelukan Razel. Kakaknya. Kemudian, Razel membaringkan tubuh Sera ke kasur milik gadis itu. Ia berharap, adiknya tidak mengalami rasa trauma setelah ini.

Setelah itu, Razel meninggalkan kamar Sera. Ia juga butuh waktu istirahat sekaligus menenangkan diri. Semua kejadian itu tidak mudah baginya maupun Sera. Ditambah lagi, ia merasa sudah mengetahui perselingkuhan itu sebelumnya. Seperti, merasa dejavu. Ia jadi berpikir, mungkin kecelakaannya berhubungan dengan hal itu. Meskipun demikian, hanya dugaan tanpa bukti.

Razel membayangkan menatap langit malam melalui jendela kamarnya. Melihat isi pesan pada aplikasi biru muda berlogo pesawat kertas. Rasanya ingin bertukar kembali pesan dengan teman rahasianya. Akan tetapi, sudah mulai larut malam. Sehingga, ia memutuskan untuk mengurungkan niatnya. Lebih baik, lain kali.

Pun, akhirnya Razel memejamkan mata untuk beristirahat. Agar, tidak terlalu pusing menghadapi situasi yang ada. Meskipun demikian, masalah keluarga sedang tidak baik. Namun, ia harus berusaha tenang sekaligus waras. Agar, jangan membuatnya berpikir berlebihan. Itu tidak baik untuk kesehatannya. Terlebih lagi, dia masih mengalami amnesia.

Harap harap, hari esok lebih baik dari hari ini. Masalah yang ada cepat bisa terselesaikan.

Pagi berikutnya. Razel berusaha biasa saja. Meskipun demikian, situasi di rumahnya masih belum membaik. Terbukti, Papanya sudah pergi ke kantor lebih dulu tanpa melakukan sarapan bersama. Sera pun sedikit berubah menjadi pendiam. Mungkin, karena kecewa dengan kelakuan Rian. Papanya. Ditambah lagi, gadis itu mendengar pertengkaran cukup hebat yang terjadi malam sebelumnya.

 

Sera tampak tidak selera makan. Sehingga, hanya meminum susu putih yang sudah disediakan di meja makan. Mama mereka berdua juga tampak berbeda dari hari biasanya.

 

Razel diam-diam menghela napas, tetap berusaha tenang. Sebab, kondisi mental Mama serta Adiknya sedang kurang baik. Oleh karena itu, ia harus bisa menjaga kedua orang yang disayanginya itu.

 

“Mah… Aku berangkat dulu ya.” Sera bangkit dari duduknya, lalu mencium tangan Mamanya seperti biasanya. Dibalas senyuman dari wanita paruh baya itu.

 

Pun, Razel melakukan hal yang sama seperti Sera. Berpamitan ke sekolah pada Mamanya. Karena, harus berangkat bersama Sera. Adiknya. Tak akan membiarkan adiknya berangkat sendirian. Apalagi disaat seperti sekarang itu terlalu berbahaya. Takut bila adiknya tidak fokus dalam perjalanan menuju sekolah.

 

Dalam perjalanan, tidak banyak percakapan yang terjadi antara Razel maupun Sera. Karena itu, Sera sibuk berdiam diri sambil memikirkan sesuatu yang berat.

 

Razel tahu, Sera masih belum bisa melupakan kejadian di mana dirinya memergoki Papanya sedang bersama wanita lain bukan Mamanya. Itu sangat membuat gadis itu kecewa serta sakit hati. Ia harap, adiknya tidak mengalami stres yang berlebihan. Itu akan sangat mengganggu kesehatan mental Sera. Apalagi sekarang banyak kasus anak remaja mengalami depresi karena menjadi korban keluarga Broken Home.

 

Razel sesekali menatap Sera. Berharap, adiknya tidak akan mengalami sesuatu yang buruk yang berdampak pada kesehatan mentalnya. Terlebih lagi, selama ini Sera sangat dekat dengan Rian. Papanya. Sehingga, kondisi sekarang cukup berpengaruh terhadap Sera. Pastinya, menganggu pikiran gadis itu. Razel akan selalu menjaga adiknya dengan baik. Agar, dalam kondisi baik-baik saja dimanapun mereka berada.

 

Pun, Razel berpikir akan meminta bantuan dari Libby. Karena tahu, gadis itu cukup berpengaruh dalam kehidupan Sera. Adiknya. Selalu menjadi salah satu orang kepercayaan Sera.

 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

Di tempat lain, Libby masih bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Kemudian, keluar dari kamarnya menuruni anak tangga rumahnya. Melihat Mawar serta Yumika sedang menikmati menu sarapan di meja makan.

 

Libby menghela nafas, benar-benar tak menyangka kedua orang itu terlihat biasa aja. Padahal, Mawar sudah membuat keluarga orang lain dalam masalah. Bahkan, mungkin saat ini berada diambang kehancuran.

 

Perlahan, Libby berjalan mendekat untuk mendekati Mawar bersama Yumika. Ia cukup kesal, dengan tingkah keduanya yang tidak pernah merasa bersalah.

 

"Enak banget masih bisa sarapan dengan tenang. Padahal, keluarga lain mungkin dalam kondisi tidak baik gara-gara anda." Libby to the point berbicara pada Mawar. Menatap wanita itu dengan cukup tajam. Tidak terima, Mawar terlihat baik-baik saja di atas penderitaan orang lain.

 

Mawar beralih menatap Libby, yang sudah jelas menyindir dirinya. Akan tetapi, dia tidak peduli dengan kata anak tirinya itu. "Itu bukan urusanku. Lagi pula, aku memang saling mencintai dengan Rian. Jadi, kalau mau salahin ya salahin keadaan. Jangan salahin orang atau rasa cintanya."

 

Libby menghela nafas, sudah tidak tahan menahan amarahnya. Hanya saja, ia harus bisa bersabar demi kesehatan dirinya. "Semoga nanti, Anda dapat setimpal karma. Karena, berusaha menghancurkan keharmonisan keluarga itu benar-benar jahat. Dan, saya akan mengungkap segala kejahatan yang sudah Anda lakukan. Jadi, tunggu aja tanggal mainnya."

 

Mawar sini tersenyums, tidak percaya bila Libby nanti bisa mengungkap segala hal yang pernah dilakukan. Lagipula, anak tirinya tidak mungkin menemukan bukti-buktinya.

 

"Silakan kalo kamu punya bukti kuat!" Mawar seperti meremehkan Libby. Anak tirinya.

 

"Mah... Udah. Masih pagi, jangan ribut nggak enak kalo sampai ada yang tau." Yumika mencoba melerai terjadi pada Mamanya dengan Libby.

 

Libby tersenyum, sudah tidak kaget dengan sikap sok baik yang dimiliki oleh Yumika. Itu hanya kamuflase untuk menutupi sikap buruk Yumika. Karena, gadis itu tidak berbeda dengan Mawar. Lantaran, keduanya memang memiliki darah yang sama. Hubungan Ibu dan anak sangat erat. Oleh karena itu, sifat keduanya tidaklah berbeda satu sama lain.

 

"Dasar muka dua! Nggak jauh beda sama Mamanya. Jadi, nikmati aja dulu apa yang lo miliki sekarang Yumika! Karena, ke depannya saja semua hilang karena ulah kalian sendiri. Kalian akan mendapatkan apa yang sudah dituai selama ini." Libby sudah sangat paham, kedua wanita di depannya memanglah mirip.

 

Yumika diam-diam mulai merasa kesal dengan sikap Libby. Akan tetapi, ia berusaha terlihat biasa saja. Tidak terlalu peduli dengan segala kata Libby. Kakak tirinya.

 

Libby memang sudah memiliki beberapa rencana untuk mengungkap kejahatan yang dilakukan oleh Mawar. Mama tirinya. Ia akan meminta bantuan beberapa orang yang diyakini bisa menanganinya dengan baik. Sebelumnya dia sudah menghubungi Aksa pengacara Mamanya. Kemudian, lelaki paruh baya itu akan membantu. Terlebih lagi, Aksa juga merupakan seorang pengacara sekaligus detektif. Oleh karena itu, itu memang suatu kebetulan yang tidak terduga.

 

Pun, Libby yakin bisa mendapatkan segala bukti kejahatan yang dilakukan Mawar. Karena itu, saya yakin tidak hanya satu kasus. Tak mau berlama-lama berdekatan dengan Mawar serta Yumika. Ia memilih untuk pergi menuju sekolahnya.

 

Apalagi, hari sudah semakin siang ia harus secepatnya sampai di sekolah. Meskipun demikian, harus berdesak-desakan pada angkutan umum. Namun, itu tidak menjadi masalah bagi Libby. Ia sudah terbiasa melakukan itu. Belajar mandiri, tidak perlu merepotkan orang lain.

Lima belas kemudian. Libby sampai di sekolahnya, berharap hari ini bukan hari yang buruk baginya. Terlebih lagi, ia tahu bila sahabatnya sedang tidak dalam keadaan baik. Karena, penyebab masalah yang dialami Sera adalah Mawar. Mama tirinya.

Libby menyusuri koridor sekolahnya. Seperti biasa, terasa sepi belum terlalu banyak siswa maupun siswi datang. Kemudian, tanpa diduga ada seseorang datang menghampirinya.

"Hai... Libby. Kita perlu bicara berdua. Soalnya, ini penting banget. Nggak mungkin, kita bicara di tempat umum." Semesta sambil memperhatikan kanan serta kirinya. Cukup lega, sedang tidak banyak siswa maupun siswi.

Libby terdiam sejenak, lalu paham dengan kode Semesta. Karena itu, teringat bila cowok itu merupakan keponakan Aksa. Pengacara Mamanya. Tak hanya itu, Aksa sudah memberitahu bila Semesta lah yang akan membantu mencari bukti kejahatan yang dilakukan Mawar. Mama tirinya.

Semesta mengajak Libby untuk melakukan pembicaraan di taman belakang sekolah. Karena, cukup kecil kemungkinannya ada yang akan mendengar percakapan mereka.

"Kata Om Aksa, gue harus bantuin lo buat cari bukti tentang kejahatan nyokap tiri lo. Itu benar?" Semesta tetap mewaspadai wilayah di sekitarnya. Tentu saja, bila ada orang yang mendengarkan.

Libby mengangguk, sedikit heran kenapa mereka harus berbicara di tempat sepi. Akan tetapi, mungkin itu memang cara kerja para detektif.

"Gue bakalan bantuin lo. Asal lo bisa jaga rahasia tentang kerjaan gue ini. Soalnya, kerjaan ini nggak bisa dilakukan secara terang-terangan. Karena, cukup berbahaya kalo ada yang tau identitas gue." Semesta harap, Libby bisa menjaga identitas dirinya. Karena, pekerjaan memang harus bersembunyi-sembunyi. Agar, lebih mudah mendapatkan informasi yang akurat.

"Oke." Libby menyetujui permintaan Semesta tanpa banyak bertanya. Karena, mungkin memang sangat rahasia.

Semesta percaya, bila Libby bisa diandalkan untuk merahasiakan pekerjaannya. Ia tahu, gadis itu juga penuh rahasia dalam hidupnya. "Terima kasih Bby. Tolong, nanti ceritain semua hal tentang nyokap lo. Terus, kirim merk hape sekaligus nomor ponsel nyokap tiri lo. Biar, gue bisa langsung kerja."

"Oke. Nanti gue kirim semua data yang lo butuhin." Libby mulai sedikit penasaran kenapa Semesta terlihat seperti penuh rahasia. Meskipun, ia tahu Semesta sudah menyebutkan pekerjaannya memang sangat berisiko.

"Oke. Terima kasih, Bby. Gue bakalan melacak segala hal yang nyokap tiri lo lakuin. Tapi, tolong jangan pernah bilang ke siapa pun tentang kerjaan hacker gue ini." Semesta kini mulai berkata dengan menyebutkan pekerjaannya di Libby. Tahu, gadis itu bisa menjaga rahasianya.

Libby membulatkan matanya, mendengar pekerjaan Semesta yang sebenarnya. Celana saja, bila cowok itu seperti banyak hal. Ternyata, Semesta memang bisa mengetahui semuanya mungkin dengan cara melacaknya. Kemudian, ia teringat sesuatu yang penting. Ia pikir, mungkinkah sebenarnya Semesta sudah mengetahui banyak hal tentang dirinya sebelum ini.

Semesta, tersenyum paham dengan apa yang dipikirkan oleh Libby. "Tenang aja, lo nggak perlu khawatir dengan hal satu itu. Gue nggak akan ikut campur terlalu dalam. Jadi, fokus ke masalah lo ini aja."

Mendengar itu, Libby merasa cukup lega. Tak menyangka ternyata selama ini Semesta adalah seorang hacker hebat. "Oke. Terima kasih, Ta."

Semesta menyenggingkan senyuman, memang tidak mau terlalu ikut campur dalam urusan orang lain. Kecuali, memang sangat dibutuhkan. Ia baru bertindak mengungkap semua hal yang memang dicari.

- Akan Dilanjutkan -

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Rumah Laut Chronicles
2675      1137     7     
Horror
Sebuah rumah bisa menyimpan misteri. Dan kematian. Banyak kematian. Sebuah penjara bagi jiwa-jiwa yang tak bersalah, juga gudang cerita yang memberi mimpi buruk.
MALAM DALAM PELUKAN
635      456     3     
Humor
Apakah warna cinta, merah seperti kilauannya ataukah gelap seperti kehilangannya ?
Our Tears
3004      1338     3     
Romance
Tidak semua yang kita harapkan akan berjalan seperti yang kita inginkan
Bullying
570      350     4     
Inspirational
Bullying ... kata ini bukan lagi sesuatu yang asing di telinga kita. Setiap orang berusaha menghindari kata-kata ini. Tapi tahukah kalian, hampir seluruh anak pernah mengalami bullying, bahkan lebih miris itu dilakukan oleh orang tuanya sendiri. Aurel Ferdiansyah, adalah seorang gadis yang cantik dan pintar. Itu yang tampak diluaran. Namun, di dalamnya ia adalah gadis rapuh yang terhempas angi...
Mimpi Milik Shira
523      296     6     
Short Story
Apa yang Shira mimpikan, tidak seperti pada kenyataannya. Hidupnya yang pasti menjadi tidak pasti. Begitupun sebaliknya.
Negaraku Hancur, Hatiku Pecah, Tapi Aku Masih Bisa Memasak Nasi Goreng
426      193     1     
Romance
Ketika Arya menginjakkan kaki di Tokyo, niat awalnya hanya melarikan diri sebentar dari kehidupannya di Indonesia. Ia tak menyangka pelariannya berubah jadi pengasingan permanen. Sendirian, lapar, dan nyaris ilegal. Hidupnya berubah saat ia bertemu Sakura, gadis pendiam di taman bunga yang ternyata menyimpan luka dan mimpi yang tak kalah rumit. Dalam bahasa yang tak sepenuhnya mereka kuasai, k...
Weak
251      202     1     
Romance
Entah sejak kapan, hal seromantis apapun kadang terasa hambar. Perasaan berdebar yang kurasakan saat pertama kali Dio menggenggam tanganku perlahan berkurang. Aku tidak tahu letak masalahnya, tapi semua hanya tidak sama lagi. Kalau pada akhirnya orang-orang berusaha untuk membuatku menjauh darinya, apa yang harus kulakukan?
Segitiga Sama Kaki
587      414     2     
Inspirational
Menurut Phiko, dua kakak kembarnya itu bodoh. Maka Phiko yang harus pintar. Namun, kedatangan guru baru membuat nilainya anjlok, sampai merembet ke semua mata pelajaran. Ditambah kecelakaan yang menimpa dua kakaknya, menjadikan Phiko terpuruk dan nelangsa. Selayaknya segitiga sama kaki, sisi Phiko tak pernah bisa sama seperti sisi kedua kakaknya. Phiko ingin seperti kedua kakaknya yang mendahu...
The Call(er)
1374      819     10     
Fantasy
Ketika cinta bukan sekadar perasaan, tapi menjadi sumber kekuatan yang bisa menyelamatkan atau bahkan menghancurkan segalanya. Freya Amethys, seorang Match Breaker, hidup untuk menghancurkan ikatan yang dianggap salah. Raka Aditama, seorang siswa SMA, yang selama ini merahasiakan kekuatan sebagai Match Maker, diciptakan untuk menyatukan pasangan yang ditakdirkan. Mereka seharusnya saling bert...
Unknown
255      207     0     
Romance
Demi apapun, Zigga menyesal menceritakan itu. Sekarang jadinya harus ada manusia menyebalkan yang mengetahui rahasianya itu selain dia dan Tuhan. Bahkan Zigga malas sekali menyebutkan namanya. Dia, Maga!