πππ
Rahasiamu akan aman diterima. Aku berjanji akan berusaha menjaganya dengan baik. Agar, aman tidak ada seorang pun yang tahu tentang rahasia itu. Aku harap, kamu selalu percaya padaku. Karena, rasa percaya itu akan menjadi penyemangat kehidupan. Meskipun demikian, hal itu pasti tidak mudah dilakukan. Lantaran, hasil tidak akan merusak usaha.
πππ
Dalam perjalanan pulang, Sera dan Razel tidak berniat banyak berbicara. Sebab, Sera sibuk meratapi hidupnya. Akan tetapi, mereka harus mengeluarkan unek-uneknya. Air matanya tidak mau berhenti keluar. Tak terbayangkan, bila akan mengalami hal buruk seperti itu. Hal yang biasanya hanya ia lihat pada drama. Sekarang, ternyata dia tidak diduga. Membuat hati kecewa sekaligus hancur. Lantaran, hal buruk itu sebelumnya tidak pernah terbayangkan bisa terjadi dalam hidup mereka. Terlebih lagi, selama ini semuanya baik-baik saja. Seperti, tidak akan muncul tanda-tanda masalah. Namun, ternyata semua itu terjadi tanpa diduga. Benar-benar membuat sesak dalam hati.
Razel mengingatnya, bukan berarti tidak merasa sedih, kecewa, maupun hatinya hancur. Hanya saja, ia tak ingin terlihat lemah di depan Sera. Adiknya. Tahu, bila adiknya lebih rapuh serta butuh dukungan darinya.
Sesekali Razel melihat ke arah Sera, mengelus kepala adiknya itu dengan lembut. Berusaha menenangkan gadis itu. Agar, tidak terlalu larut dalam kesedihan dan kekecewaan.
"Gue tahu apa yang lo rasain, Dek. Tolong... Lo harus ingat, masih punya gue buat nguatin lo. Gue bakalan selalu ada di samping sekaligus lindungi lo." Razel tak mau adiknya terlalu bersedih. Ia tak tega, melihat air gadis mata Sera terus mengalir membasahi pipi itu. "Papa emang udah keterlaluan! Tapi, kita harus bisa kuat. Masih ada Mama, yang mungkin aja belum tau apa yang dilakuin Papa. Dan, dia bakalan lebih terpukul dari kita berdua. Jadi, kita harus bisa saling menguatkan satu sama lain."
Sera beralih menatap Razel, yang dikatakan kakaknya ada benarnya. Meskipun begitu, jantungnya sangat sakit sekarang. Akan tetapi, ia harus terlihat kuat di hadapan Mamanya nanti. "Sakit banget, Kak. Apalagi, selama ini hubungan Papa sama Mama keliatan baik-baik saja. Gue selalu bangga sama Papa. Tapi, ternyata beliau bikin gue kecewa banget kayak gini."
"Kamu harus bisa tenang sekaligus kuat. Ada kakak di sini, bakalan selalu ada buat lo." Razel terus memberikan ketenangan untuk Sera. Tahu, adiknya benar-benar kecewa pada Rian. Papanya. Terlebih lagi, selama ini Sera selalu dimanjakan oleh Rian. Tak hanya itu, Papanya terlihat sangat menyayangi Sera. Tidak ada gelagat aneh yang terlihat dari hubungan harmonis orang tuanya.
Akan tetapi, sekarang semuanya terbongkar dengan sendirinya. Terlebih lagi, Rian seperti tidak memiliki rasa malu berani terang-terangan berjalan serta bermesraan dengan wanita lain di depan umum.
Entah kenapa, Razel merasa seperti sudah tidak kaget mendapati perselingkuhan Papanya. Namun, ia tak tahu kenapa bisa seperti itu. Akan tetapi, ia tidak mau terlalu berpikir berlebihan. Itu bisa membuat kondisinya tidak baik.
"Gue beneran nggak nyangka Papa bisa selingkuh sama wanita lain. Padahal, Mama udah sesempurna itu." Sera merasa bingung, hal apa yang membuat Rian - Papanya, bisa menduakan Mamanya. Walaupun, ia baru saja tahu bila orang tuanya dijodohkan. Akan tetapi, tidak seharusnya ada perselingkuhan dalam hubungan sakral pernikahan.
Razel terdiam sejenak, bingung harus mengatakan apa bila sudah sampai di rumahnya. Karena, tak tega harus berkata jujur apa yang terjadi pada Mamanya. Namun, lebih baik mengatakan semuanya sekarang. Daripada, nanti Mamanya tahu dari orang lain itu akan lebih menyakitkan.
Razel terus mengelus kepala Sera. Berharap, gadis itu bisa menenangkan diri. Meskipun, memang tidak akan mudah.
Sepuluh menit kemudian. Razel serta Sera sampai di rumahnya. Tatapannya langsung sendu melihat Mamanya yang sudah pulang bekerja.
"Kalian kok baru pulang? Dari mana aja?" Mama Sera maupun Razel tersenyum, seraya menatap kedua anaknya dengan tatapan penuh tanya. Terlebih, melihat raut wajah Sera maupun Sera seperti sedang tidak baik-baik saja.
Sera langsung berlari memeluk Mamanya. Kemudian, mulai mengeluarkan air mata seraya menangis sesenggukan. Membuat, Mamanya bingung dengan sikap Sera. Anaknya.
"Mah ... Papa jahat! Udah mengkhianati Mama. Aku benci sama Papa! Benci banget!" Sera mulai mencurahkan isi hatinya pada Lala. Mamanya.
Deg.
Lala kaget dengan perkataan yang keluar dari mulut Sera. Sedikit tak percaya dengan apa yang didengar. Akan tetapi, Sera tidak mungkin berkata bohong. Kemudian, mulai beralih menatap ke arah Razel. Berharap, anak lelakinya memiliki ekspresi berbeda dengan Sera. Namun, Razel hanya diam seperti itu sudah menjadi jawaban bila semuanya memang benar adanya.
"Papa kamu selingkuh? Kayaknya itu nggak mungkin sayang. Selama ini, hubungan Mama sama Papa baik-baik aja." Lala masih berpikir positif. Meskipun, ia mulai memikirkan beberapa kejanggalan sudah terjadi.
"Aku nggak bohong, Mah. Papa udah selingkuh sama mantan pacarnya. Itu udah lama dijalani sama mereka. Katanya, Papa dari awal nggak cinta sama Mama. Karena, pernikahan kalian berdasarkan perjodohan bukan cinta." Sera mengatakan hal cukup sensitif yang selama ini sengaja ditutupi maupun rahasiakan.
Lala terdiam, ia pikir Rian sudah mulai bisa menerima dirinya sejak memiliki buah hati yaitu Razel. Namun, ternyata semua hanya harapannya saja. Karena, Rian masih berhubungan dengan wanita yang dicintai lelaki itu. Pantas saja, bila suaminya itu sering pulang larut malam. Padahal, ia pikir lelaki itu benar-benar sibuk bekerja. Ternyata, pikirannya terlalu positif. Di belakang ia dikhianati sejak dulu.
Air mata wanita paruh baya itu mulai turun. Benar-benar tak menyangka dengan apa yang dilakukan suaminya. Terlebih, kedua anaknya memergoki Rian berselingkuh di depan mata mereka sendiri. Itu pasti sangat menyakiti hati Razel maupun Sera.
"Kalian jangan sedih lagi, ya? Mungkin, itu cuma salah sangka maupun salah paham." Lala berusaha memberikan pengertian kepada kedua anaknya. Agar, tidak berpikir buruk pada Rian. Papa Sera dan Razel. Meskipun, keduanya sudah melihat perselingkuhan itu secara langsung.
"Mah... Aku udah terlalu kecewa sama Papa! Papa udah keterlaluan!" Emosi Sera, sudah tidak bisa dibendung. Terlebih, ia sudah terlanjur kecewa serta sakit hati pada apa yang dilakukan Rian. Papanya. Meskipun, Mamanya berusaha membuatnya tenang.
Lala menghela napas, tahu betapa sedihnya anak perempuannya. Terlebih, sedari dulu Sera selalu menjadikan Rian sebagai panutannya. Namun, nyatanya lelaki paruh baya itu tidak pantas dijadikan panutan.
"Kalian bersih-bersih, habis itu istirahat, ya." Lala berusaha tetap menenangkan kedua anaknya. Agar, situasi tidak semakin buruk.
"Mah... Tapi--" Perkataan Sera terpotong, karena Razel menariknya untuk pergi menuju kamar. Tahu, bila Mamanya juga merasakan kesedihan tidak kalah dengan Sera. Adiknya.
Dengan terpaksa, Sera menuruti permintaan Mamanya. Agar, tidak semakin membuat situasi menjadi rumit.
Sesampai di kamarnya, Razel membersihkan diri. Kemudian, ia mulai menenangkan dengan membaringkan tubuhnya pada ranjang. Lalu, beralih menatap ponsel miliknya.
Razel mulai membuka ponsel miliknya, mengetikan sebuah pesan pada aplikasi biru muda berlogo pesawat kertas. Tanpa sadar, mulai menceritakan segala hal yang sudah terjadi padanya hari ini.
Sepertinya, ia memang sudah terbiasa mencurahkan segala hal pada teman rahasia. Terkesan nyaman, percaya bila orang itu bisa menjaga rahasia. Karena, sudah terbukti tidak pernah ada seorang pun yang tahu selain sosok misterius itu.
Cukup lama, Razel saling bertukar pesan dengan teman rahasia. Sedikit merasa lega bisa menceritakan hal yang menjadi beban pikirannya.
Di sisi lain, Razel tak sengaja mulai mendengar perdebatan terjadi di ruang tamunya. Berusaha tidak mau mempedulikannya. Akan tetapi, ia tidak tega melihat Mamanya diduakan oleh Rian. Papanya. Terlebih, selama ini Mamanya sudah memberikan segalanya untuk Papanya.
Kini, ia mulai khawatir dengan kondisi Sera. Adiknya. Apalagi, perdebatan itu terdengar semakin tidak terkendali. Sehingga, ia memutuskan untuk mendatangi kamar Sera.
Razel sudah berada di depan kamar Sera. Adiknya. Kemudian, mengetuk pintu kamar itu. Sera mengizinkan Razel untuk masuk. Ia bisa melihat adiknya sedang tidak baik-baik saja. Bahkan, terlihat jelas bila mata gadis itu memerah seperti sedari tadi tidak berhenti menangis. Terlihat kantung mata Sera membengkak.
Sera langsung memeluk Razel dengan erat, sembari meluapkan kesedihannya. Kemudian, Razel mengelus kepala adiknya lembut untuk menenangkan Sera. "Kak... Kenapa semua ini terjadi sama keluarga kita. Padahal, mereka selama ini baik-baik saja."
Razel menghela napas, bingung harus mengatakan hal apa. Agar, adiknya bisa lebih tenang karena kondisinya semakin rumit. "Mungkin, ini salah satu ujian buat keluarga kita. Tapi, semua cuma sementara. Nanti, juga bisa terselesaikan dengan baik."
"Tapi--"
"Kita harus yakin, ini bakalan cepat selesai masalahnya." Razel terus menenangkan Sera serta menyakinkan bila masalah itu tidak akan terjadi terlalu lama.
Sera mulai bisa menenangkan diri. Karena, percaya pada Razel. Kakaknya. Lantaran, selama ini keluarga mereka memang selalu dalam keadaan baik-baik saja.
Razel merasakan ada getaran dari saku celananya. Kemudian, ia mengambil ponsel itu lalu membuka pesan dari aplikasi biru muda berlogo pesawat kertas.
Hidup ini memang penuh ujian. Mungkin, sekarang kamu sedang mengalaminya. Tapi, percayalah itu tidak akan lama. Akan ada solusi untuk bisa menyelesaikan masalah yang ada. Jangan pernah menghilangkan senyummu itu. Senyumanmu bisa menjadi alasan untuk bisa menjalani hidup di masa depan. Terima kasih sudah percaya padaku. Aku berjanji akan berusaha selalu menjaga rahasiamu. Karena, aku adalah teman rahasiamu. Semangat!
- Manito (S) -
- To Be Continue -