Dazzle memperhatikan setumpuk tab puzzle yang berada di dalam box kecil. Beberapa waktu lalu ia sempat melihat Rama menyusun nya meski berakhir gagal. Hari ini, Dazzle ingin mencoba nya. Ada sekitar 200 potongan puzzle, Dazzle menyentuh dagunya dan berpikir. Seperti sedang meyakinkan diri kalau ia bisa untuk mencobanya.
"Pelan-pelan aja, di coba pelan-pelan,"
Dazzle mengeluarkannya dari dari dalam box dan mulai mencoba menyusunnya. Alis wajahnya berkerut, seperti kebingungan.
"Ribet juga ya nyusun nya, pantesan si Rama gak jadi lanjutin. Tapi gapapa deh, sedapetnya dulu,"
Dazzle masih melanjutkan pekerjaannya menyusun puzzle sampai Danzel datang ke kamarnya
"Ngapain, Ay?"
Dazzle menoleh ke arah Danzel dan memintanya masuk.
"Nyusun puzzle yang kemarin sempet di mainin sama Rama. Sama dia gagal, aku jadi penasaran pengen nyoba,"
Danzel mengangguk, "Aku ikutan deh,"
Kedua Kakak beradik tersebut duduk bersila di atas karpet bulu yang sudah terdapat potongan puzzle. Berantakan, dan cukup rumit. Mereka hanya dapat menemukan satu baris potongan Puzzle dalam waktu 2 jam.
"Udahan deh, Kak. Aku nyerah, susah banget,"
Dazzle merebahkan dirinya di lantai, penampilannya sudah cukup acak-acakan. Dazzle memejamkan matanya, untuk mengistirahatkan penglihatannya juga otaknya yang sudah hampir terbakar.
"Ini lebih susah dari saingan sama anak-anak SATURN. Beneran, aku bisa sampe nyerah,"
Danzel mengikuti hal yang di lakukan Dazzle, merebahkan dirinya dan memejamkan mata. Sudah bisa di pastikan mereka akan tertidur.
....
Bertemu kembali dengan weekend adalah kesempatan untuk membebaskan diri dari segala urusan dunia. Fokus pada diri sendiri dan menikmati waktu bersama diri sendiri. Seperti Dazzle dengan keisengannya merakit puzzle yang membuatnya kelelahan dan memilih untuk beristirahat.
Bukan hal yang mudah tapi juga bukan hal yang sulit, seteliti apapun pasti ada saja hal yang terlewat, tertinggal, atau terselip. Begitulah Puzzle di ciptakan. Tabs nya kecil dan banyak dengan berbagai pola yang belum di ketahui, dengan sengaja meminta para penyusun untuk berpikir lebih keras. Tak sedikit dari mereka yang berhasil, dan tak sedikit pula dari mereka yang gagal, sebagiannya lagi memilih untuk menyerah dan enggan melanjutkannya kembali.
Berbeda dengan Dazzle, sepertinya ada rasa penasaran yang mengerubungi dirinya. Dazzle berniat untuk menyelesaikan Puzzle nya meski harus memakan waktu yang lama.
....
Sudah pukul 7 malam, Dazzle sudah selesai dengan makan malamnya ia berniat kembali menyusun puzzle nya. Besok sekolah siswa kelas 10 & 11 di liburkan, siswa kelas 12 sendiri akan mengadakan stimulasi ujian akhir. Ada banyak tahapan yang harus mereka lalui, dan akan memakan waktu kira-kira 5-6 hari. Walaupun libur siswa kelas 10 & 11 sudah di berikan setumpuk tugas yang harus mereka kerjakan selama musim simulasi kelas 12 berlangsung.
Dazzle menghela napas nya, sebelum memulai menyusun puzzle Dazzle sempat menoleh ke arah tumpukan buku yang dengan sticky notes sebagi tanda. Ada sekitar 12 mata pelajaran dengan masing-masing 5 tugas. Dazzle hanya diam menatap nya tanpa berniat untuk membukanya.
Dazzle kemudian beralih ke arah tumpukan puzzle nya yang berada di meja terpisah. Selama Dazzle menyusunnya, ia akan memberikan space sendiri agar mempermudahkan proses nya. Lagi, Dazzle hanya diam menatapnya satu demi satu.
"Tumpuk puzzle ini kalau di lihat lebih teliti ada banyak banget potongan gambar. Ini.... puzzle apa sih sebenernya, gambar hewan kah? Gambar kehidupan seorang putri di kerajaan kah?"
Dazzle terdiam, "Gambar kehidupan seorang putri kerajaan..... Aku? Ini puzzle tentang, kehidupan aku? Ah, yang bener aja," Dazzle menepis keras tebakannya, terasa begitu mustahil pikirnya.
Tak berselang lama, handphone berdering, sudah bisa di pastikan bahwa ada notifikasi chat yang masuk.
"Ada nomer enggak di kenal, nomer siapa?"
Dazzle mengetuk nomer tak di kenal tersebut dan membaca pesannya,
0885*****
(Online)
0885******
Halo, Dazz
Dazzle Lee
Siapa ya?
0885*****
Ini gue, Farhan
Dazzle Lee
Oh, Kak Farhan.
Ada perlu apa kak?
0885*****
Save dulu nomer gue.
Emang, harus ada perlu dulu ya, kalau mau chat lo?
Dazzle save your numbers
Dazzle Lee
Udah
Ya, enggak sih
Kak Farhan
Sorry, gue minta nomer lo dari Danzel. Sebenernya gue emang ada perlu sama lo.
Dazzle Lee
Apa?
Kak Farhan
Lo bisa lebih santai gak sih? Kok rasanya kayak kaku
Dazzle Lee
Perasaan lo aja. Gue santai kok
Kak Farhan
Dazz, gue beneran serius minta maaf waktu itu. Gue beneran tulus mau temenan sama lo. Bisa gak, lo terima kehadiran gue sama Raga?
Dazzle Lee
Oh, bagus kalau emang serius. Semoga sih tulus juga ya, Kak minta maaf nya. Serius aja kurang kalau lo nya gak tulus. Gue bisa nerima lo asal lo bisa nerima temen-temen gue. Persaingan kita sehat. Jadi semoga lo gak ngerusak itu.
Kak Farhan
Gue tulus kok. Gue beneran udah maafin soal Danzel. Gue juga beneran mau temenan sama kalian, karena pertemanan kalian sehat. Gue akan berusaha buat gak ngerusak semuanya
Dazzle Lee
Oke.
Kak Farhan
Dazzle....
Dazzle Lee
Apa?
Kak Farhan
Makasih, ya
Dazzle Lee
Sama-sama
Kak Farhan
Besok, gue kerumah lo ya?
.....
Dazzle menatap layarnya, melihat kembali ada balasan chat dari Farhan. Alisnya mengkerut.
"Apa sih? Tiba-tiba banget. Semua yang terjadi sama si Farhan ini tiba-tiba semua. Tiba-tiba minta maaf, tiba-tiba care, tiba-tiba mau temenan. Kayak, aneh. Boleh gak sih dia aku curigain?"
Setelah menutup room chat nya dengan Farhan, Dazzle membuka room chat nya dengan Haikal. Senyum tipis terukir di sana.
Hai, Kal
(Online)
Hai, Kal
Dazzle Lee
Dazzle Lee
Iya, akuuu
Hai, Kal
Giman hari ini?
Udah ngapain aja?
Dazzle Lee
Hari ini aku baik.
Seharian ini aku nyusun puzzle
yang sempet di mainin sama Rama tapi gak selesai. Terus tidur, terus duduk lagi sekarang di depan puzzle.
Kalau kamu gimana hari ini?
Hai, Kal
Aku juga baik
Aku ngerjain tugas yang segunung sihπ€
Wah seru tuh main puzzle, udah sampai mana nyusunnya
Dazzle send picture
Dazzle Lee
Baru segitu. Sejujurnya bingung, Kal
Keliatannya kayak susah tapi aku penasaran.
Hai, Kal
πππ
Sebenernya itu gampang
kalau kamu ada kemauan buat
nyelesain.
Dazzle Lee
Ada kok. Aku bakalan susun
minimal 5 blok setiap hari. Ini rumit, Kal.
Danzel aja cuma bisa nyusun satu.
Hai, Kal
Gimana kalau aku ikutan bantuin?
Besok aku kerumah kamu, sekalian belajar yaπ
Dazzle Lee
πππ
Bisa nanti aja gak sih bahas belajar nya?
mending main aja besok ajak yang lain gimana?
Hai, Kal
Kamu mau ngajak anak2 pusing bareng?
Dazzle Lee
Hehehehe
Hai, Kal
Dazzle Dazzle kamu bisa begini ternyata ya
Dazzle Lee
Bisa dongπ
Kamu belum kenal aku ajaπ
Hai, Kal
Kalau gitu, aku mau kenal kamu dari sekarang telat enggak?
Dazzle Lee
πππ
Enggak telat
Kita bisa kok nikmatin masa SMA kita yang kayak neraka ini dengan di selipin hal-hal manisπ€
Hai, Kal
Masa SMA yang kayak neraka.
Semua anak Saturn kayaknya pada begini semua ya kalau udah bahasa soal masa-masa SMAπ
Dazzle Lee
Hahahahaha
Iya. Anggep aja kita lagi main perosotan terus jatuhnya ke jurang.
Saturn adalah jurang yang bakalan kita huni sampai 2 tahun kedepan
Hai, Kal
ππππ
Kamu ada-ada aja. Yaudah, kita kasih tau anak-anak di grup ya
Dazzle Lee
OKEEEE
....
"Hai, Kal. Lucu juga ya dia. Semoga waktu beneran mihak sama kita ya kali ini,"
Dazzle tak membuka grup chatnya dengan temen-temen nya. Ia mengalihkan fokusnya kembali pada tumpukan puzzle. Seperti telah mendapatkan energi baru, ia mulai menyentuh nya dan mencari bagian-bagian yang bisa ia temukan.
.....
30 menit sudah berlalu, Dazzle berhasil menemukan 10 bagian. Hanya saja, ini terpencar di beberapa tempat. Dazzle mengkerut kan keningnya. Ini benar-benar seperti puzzle kehidupan. Sulit tapi menantang. Tiap bagiannya memiliki potongan gambar, ia semakin yakin bahwa puzzle nya ini bercerita tentang kehidupan tentang seorang putri kerajaan.
"Kayaknya dugaanku bener. Puzzle ini kayak lagi ceritain kehidupan seseorang. Kepingannya banyak, tapi susah banget di satuin nya,"
Lagi dan lagi, Dazzle memberikan dugaannya atas puzzle yang berada di hadapannya. Tak berselang lama, kaca balkon kamar di ketuk oleh seseorang yang tak lain adalah Danzel.
"Ay, masih nyusun puzzle?"
Dazzle bangkit dari duduknya dan berjalan kearah balkon. Di bukanya pintu balkon dan melihat Danzel dengan sekaleng kopi di tangannya.
"Ngapain, Kak?"
Danzel menoleh kearahnya sambil tersenyum, "Temenin aku dong. Aku lagi banyak pikiran,"
Dazzle mengiyakan dan berdiri di samping pagar pembatas balkon kamarnya dengan kamar Danzel.
Danzel memberikan satu kotak susu untuk Dazzle dan semangkuk buah segar.
"Niat banget kayaknya minta aku nemenin. Sampe ada ginian segala,"
Danzel hanya tersenyum, "Aku pengen di temenin agak lama soalnya jadi aku udah siapin,"
Dazzle tersenyum. Pandangannya kini beralih ke arah langit yang bersih. Ada banyak sekali bintang malam ini. Langit sangat cantik dan bercahaya. Danzel mengikuti arah pandang Dazzle, di lihat nya gemerlap Bintang di langit galap yang indah.
"Udah sampai mana puzzle nya?"
"Kamu lagi mikirin apa emang, Kak?"
Keduanya saling beradu pandang meminta jawab. Tak ada yang mau mengalah di sini, akhirnya mau tak mau Dazzle yang mengalah.
"Udah ngumpulin 10 blok, tapi tempatnya ke pencar di mana-mana,"
"Aku lagi mikirin kejadian waktu itu. Waktu kamu ceritain tentang Farhan yang tiba-tiba minta maaf sama kamu,"
Dazzle menatap ke arah Danzel sebentar, lalu kembali menatap langit malam.
"Kamu pasti mikir, Farhan itu beneran tulus atau cuma akal-akalan dia aja buat cari titik lemahnya aku?"
Kali ini Danzel yang menoleh ke arah Dazzle, "Kamu, juga mikir gitu?"
Dazzle mengangguk.
"Tadi dia chat aku. Katanya dapet nomernya dari kamu?"
Danzel mengerutkan keningnya, ia tak pernah memberikan nomer sang adik kepada siapapun kecuali orang yang ia percaya.
"Enggak. Dia gak minta,"
Dazzle menghela napasnya, "Udah aku duga, pasti ada yang gak beres,"
"Maksud nya?"
"Aku gak percaya Farhan. Aku punya feeling gak enak waktu dia tiba-tiba baik dan mau temenan sama aku. Ada yang aneh. Beberapa hari yang lalu sebelum libur juga, Gabriel sama Amanda gak serusuh biasanya kalau ketemu aku sama temen-temenku. Aneh kak, sikap mereka aneh,"
Danzel mengangguk paham. Seperti nya benar, baru-baru ini ia juga mendapatkan chat permintaan maaf dari Gabriella.
"Gabriel juga habis chat aku. Isinya minta maaf,"
"Hah?? Kamu serius, Kak?"
Danzel hanya mengangguk.
"CK! Kan, pasti ada yang aneh. Aku udah duga dari banyaknya kejadian tiba-tiba yang dateng. Semuanya kayak sekali balikan telapak tangan langsung berubah gak ada aba-aba,"
"Jadi menurut kamu?"
"Farhan bohong. Semua ucapannya bohong dan kosong. Menurut kamu, gimana kalau aku ikutin permainannya? Sekalian cari bukti. Aku gak mau salah ambil langkah,"
"Boleh. Emang dia mau ngapain? Sampai kamu kepikiran buat ikutin cara mainnya?"
"Dia mau deketin aku. Aku tau dari gerak-gerik nya belakangan ini. Besok dia mau main kerumah, sekalian mau gabung sama temen-temen yang lain,"
"Dan kamu setuju?"
"Belum, aku belum kasih jawaban apa-apa. Kalau begini, aku harus susun rencana dulu, biar semua berjalan sesuai sama apa yang aku mau,"
Danzel mengangguk setuju.
"Kalau kamu butuh bantuan aku, aku bisa bantuin kamu kapan aja,"
"Aku cuma butuh kerja sama kamu aja kak. Kamu mesti paham sikon buat tau apa maksud dia,"
"Oke,"
"Huh.....apalah ini, puzzle aku aja belum beres udah ada puzzle yang lainnya. Mana lebih ruwet lagi,"
Danzel tertawa simpul dan mengusap pucuk kepala Dazzle
"Namanya juga hidup, pasti selalu penuh sama yang namanya teka-teki. Yang namanya teka-teki gak bisa langsung di tebak dalam waktu singkat. Semua pasti punya prosesnya sendiri-sendiri,"
Dazzle diam mendengarkan. Seperti nya malam ini ia tak akan bisa tidur dengan pikiran yang tenang.
"Kak, boleh aku numpang tidur di kamar kamu? Aku kayanya gak bakalan bisa tidur tenang malam ini,"
Danzel mengangguk, mengizinkan adiknya tidur di kamar bersama nya.
"Jangan terlalu di pikirin. Yang namanya nyusun puzzle, itu cuma butuh ketelitian, kesabaran, niat sama konsentrasi. Sisanya tinggal ngandelin bakat,"
"Kalau aku gak ada bakatnya? Gagal juga kayak si Rama,"
Danzel tertawa. Kali ini ia menertawakan ekspresi wajah Dazzle yang merengut.
"Ya enggak, si Rama bukan gagal tapi milih buat nyerah. Kalau kamu milih buat gak nyerah, berarti masih ada kesempatannya,"
"Iya sih bener,"
"Udah, sekarang habisin buahnya. Aku tinggal ke kamar dulu nyiapin tempat kamu tidur,"
Dazzle mengiyakan dan lanjut menghabiskan buahnya. Pikiran nya melayang, memutar memori akan ingatan Rama yang dengan frustasi nya menyusu puzzle yang tak pernah menemukan sisi nya masing-masing. Wajah menyerah yang tergambar pada Rama masih bisa Dazzle ingat dengan jelas.
"Dasar, Rama. Kali ini aku gak mau ya nyerah kayak kamu. Minimal aku harus bisa ngisi setengah dari kotak yang kosong. Aku harus ngumpulin 100 blok lagi. Nanti sisanya tinggal belakangan aja, liat aku masih ada kesempatannya atau enggak. Semoga....."
Dazzle menghela napasnya sebelum melanjutkan ucapannya.
"Semoga aku masih ada kesempatannya. Puzzle itu harus bisa aku susun,"
Tekadnya sudah bulat. Semoga waktu merestui misinya yang sederhana ini.