Penampilan kedua band Sora diawali oleh Sora yang bernyanyi solo lagu Rasa Ini milik Vierra. Rai masih setia dalam posisinya merekam Sora. Berulang kali tatapan mereka beradu.
"Kusuka dirinya,
mungkin aku sayang,
namun apakah mungkin kau menjadi milikku,
Kau pernah menjadi,
menjadi miliknya,
namun salahkah aku bila ku pendam rasa ini."
Tepat dilirik itu Sora mencuri pandang pada Rai. Rai menyunggingkan senyumnya, membuat Sora turut tersenyum.
Tampilan band Sora diakhiri oleh lagu yang sudah dibuat Seth. Seribu Langkah, itu judulnya. Lagu yang dibuat Seth menceritakan tentang patah hati kamu sekarang, tidak akan membuat langkah-langkahmu selanjutnya patah. Patah hati di masa remaja tidak menjadikanmu seorang yang payah.
Sekarang hatimu patah
Masa remajamu tak akan menjadi payah
Hatimu kembali patah
Dan kamu terus melangkah
Bagian reff itu dinyanyian Seth. Seth dengan gitarnya menyampaikan pengalaman patah hatinya, atau mematahkan hati, dengan lagunya.
Nanti kita temukan cinta lagi
Memungkinkan patah lagi
Jatuh lebih dalam lagi
Sekali lagi kita melangkah kembali
Bergantian Sora dan Seth menyanyikan bagiannya hingga selesai. Penampilan mereka diakhiri oleh ucapan dari satu persatu anggota band.
"Nantikan penampilan kita selanjutnya, ya!" teriak Seth sebelum turun dari panggung.
Sampai di backstage mereka saling berpelukan membentuk lingkaran sembari melompat-lompat dan bersorak. Mereka merayakannya.
"Jantung gue!!" teriak Sora. Walau pertunjukan mereka sudah usai jantung Sora masih bertalu-talu kencang.
"Kita sukses!" sorak Seth.
"Gue keren banget tadi!" sahut Nathan tak kalah heboh.
Alvin tak mau ketinggalan pun ikut menyelutuk, "Gue juga nggak kalah keren!"
"Kita semua keren! Lagunya Seth juga pecah banget tadi!" tambah Sora.
Euforia mereka berhenti tatkala Rai datang. Rai tersenyum canggung, "Lanjutin aja."
"Mau pacaran, ya? Silahkan-silahkan." Seth dengan tega mendorong-dorong Sora pada Rai. Sora berdecak sambil menatap tajam Seth.
"Gue mau ke Vio dulu! Hai Vio!" pamit Seth, cowok itu sudah mengeluyur menghampiri seorang adik kelas yang berdiri tak jauh dari mereka. Adik kelas itu membawa buket bunga matahari, beruntung sekali Sethan buaya itu.
Alvin berdehem. "Gue samperin Mentari, ya."
Nathan dan Sora sama-sama membelalak tatkala Alvin berlari memeluk seorang cewek yang baru datang. Bukannya Mentari balikan sama mantannya? Kenapa malah peluk-pelukan sama Alvin? Alvin bukan selingkuhan kan? Sepertinya Sora harus konfirmasi ke Shasa.
"Mau ikut kita, Than?" ajak Sora yang melihat Nathan sendirian sambil melonggo menatap Alvin dan Mentari.
Nathan menggeleng, dia malas sekali jadi Baygon. "Mau ke anak-anak kelas aja."
Sora mengangguk, pandangan beralih pada Rai. Rai sedikit membungkuk agar wajahnya tepat di depan wajah Sora. "Penampilan lo tadi luar biasa. Jadi kapan gue bisa lihat lo nyanyi lagi?"
Tak mempedulikan detak jantungnya yang menggila, pipinya yang memanas, dan kupu-kupu di perutnya, Sora memajukan wajahnya hingga ia bisa merasakan hembusan napas Rai.
"Kiss me, down by the broken tree house
Swing me, upon its hanging tire
Bring, bring, bring your flowered hat
We'll take the trail marked on your father's map
Oh, kiss me, beneath the milky twilight
Lead me out on the moonlit floor
Lift your open hand
Strike up the band and make the fireflies dance
Silver moon's sparkling
So kiss me."
Sora menyanyikan lirik lagu Kiss Me dengan lirih. Pada akhirnya ia akan menyanyikan lagu Kiss Me kepada seseorang. Di depan Rai.
Rai tak bisa menyembunyikan senyumnya yang merekah juga pipinya yang merona merah. Begitu selesai Sora segera memundurkan wajahnya. Kedua bola mata Sora bergerak tidak dapat tenang, sekejap kepada Rai sedetik kemudian berlari ke arah lain. Kini Sora merasa malu.
"Suara lo merdu," puji Rai sambil tangannya mengusap puncak kepala Sora lembut.
Rasanya kaki Sora berubah menjadi jeli. Ia semakin tak berani berkontak mata dengan Rai, takut akan ambruk saat itu juga.
"Sekarang lagu itu jadi kesukaan gue. Kiss Me." Rai merangkum tangan Sora dalam genggamannya. "Yuk! Kita stand kelas gue udah sisain mochi coklat stroberi buat lo."
Sora mengikuti Rai tanpa berkata sedikitpun. Sedang, di setiap langkah Rai diikuti oleh senyum merekah. Sesekali, Rai menoleh ke arah Sora yang masih malu-malu.
🍬🍬🍬
Keluar dari stand Lani Rai tidak tahan untuk merutuk. Sora yang berada di samping Rai terkekeh mendapati tampang kesal juga sumpah serapah Rai.
"Jangan kesal dong! Kan dari awal kita datang ke stand Lani untuk bersenang-senang." Sora mengelus tangan Rai yang berada di genggamannya.
"Gimana gue nggak kesal, Ra. Belum juga gue nembak lo, dia bilang hubungan kita nggak mudah dan bisa berakhir tidak indah!"
Sora tersentak kaget. Rai mau nembak dia? "Lo---"
"Lo nggak salah denger kok." Rai meringis, sadar sudah keceplosan. Tangannya yang bebas dari genggaman Sora mengusap ujung hidungnya.
Sora dapat merasakan tangannya berkeringat di dalam genggaman Rai. Rai dapat merasakan kecanggungan di antara mereka.
"Emm, kita ke perpustakaan sekarang." Rai menarik tangan Sora agar mengikutinya. Sora yang masih terkejut hanya bisa berpasrah.
Di dalam kepalanya Sora sedang sibuk menyambungkan sikap-sikap Rai. Yang dari ogah-ogahan berinteraksi dengannya, sampai mereka genjatan senjata yang bisa dibilang Rai menyerah, mulai berteman, lalu Rai mulai ngambek-ngambekan dan memulai aksi menjaga jarak, dan kemudian sikap Rai berubah aneh, cowok itu tiba-tiba bersikap manis.
Sikap manis Rai membuat Sora bertanya-tanya sampai pada kemungkinan yang dilontarkan Davian pada Rai ada rasa kepadanya. Namun, saat itu Sora enggan percaya. Mana ada Rai suka sama dia? Ya, ia merasa seorang Rai bisa jatuh cinta padanya.
Sampai akhirnya Rai mengirimkan signal-signal ambigu yang lagi-lagi membuat Sora kepikiran. Rai sudah pernah bilang terang-terangan suka padanya, tetapi setelah itu Rai tidak melakukan apa pun hanya kode-kode seperti biasa sehingga Sora menganggap Rai berusaha mengoda atau menjahilinya saja.
Singkatnya Sora pernah mengira Rai mau balas dendam kepadanya gara-gara ia sering juga sengaja mengoda cowok itu hingga pipinya merona.
"Apa yang tadi lo denger itu bener, Ra. Gue mau nembak lo yang berarti gue suka, cinta, sayang sama lo. Gue selalu menunggu lo kasih lampu hijau sebelum gue nembak lo, makanya gue kasih kode-kode kecil. Tapi gue udah keceplosan tadi," jelas Rai kala mereka sudah sampai di perpustakaan dan duduk di salah satu kursi di sana.
Perpustakaan sepi karena kebanyakan murid sedang bersenang-senang di lapangan utama menyaksikan penampilan dari bintang tamu dan menjelajahi stand bazar. Suasana hening di perpustakaan mendukung Rai untuk mengutarakan semuanya tanpa takut diinterupsi seseorang.
"Apa yang lo suka dari gue? Gimana lo bisa jatuh cinta sama gue? Dari kapan lo sayang sama gue?" tanya Sora beruntun udah seperti seorang rapper.
Entah, kenapa Sora merasa sedikit aneh mendengar Rai mengatakan suka, cinta, sayang sama dirinya. Hanya sedikit. Selama ini kan mereka lebih banyak berantem daripada uwu-uwuannya.
"Tanyanya satu-satu, ya. Bakal gue jawab semuanya kok. Tapi nanti lo harus jawab pertanyaan gue," tanggap Rai yang diangguki Sora.
"Apa yang lo suka dari gue?"
"Karena lo jadi diri sendiri sesimple itu. Saat bersama gue lo nggak menjadi orang lain, lo tetap jail dan suka flirting-flirting sama gue. Lo juga nggak pernah jaim sama gue."
Wow, jawaban Rai sukses bikin pipi Sora merona dan membuat Sora merasa ingin terbang. Mari lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya, siapa tahu jawaban Rai selanjutnya bikin kupu-kupu di perut Sora berpesta pora lebih meriah lagi. "Gimana lo bisa jatuh cinta sama gue?"
"Karena perhatian-perhatian kecil yang lo kasih ke gue dan kegigihan lo buat berteman sama gue padahal gue udah bersikap menyebalkan. Namun, akhirnya kita bisa berteman dan sayangnya perlahan perasaan gue minta lebih. Gue sadar bahwa perasaan yang gue punya bukan lagi sekedar perasaan ke temannya itu saat gue terusik dengan kedekatan lo sama Yuan, Juna, Aksel, dan teman cowok lo yang lain. Sebelum-sebelumnya interaksi lo sama mereka nggak pernah menarik perhatian gue sama sekali, tetapi lama-kelamaan itu mengusik gue. Emm, gue bahkan pernah curiga lo sama Davian ada apa-apa. Gue sangsi persahabatan cewek sama cowok tanpa terlibat perasaan romantis itu ada. Gue baru berani mengakui gue jatuh cinta sama lo ketika lo datang ke pertandingan basket dan memeluk gue," jelas Rai panjang lebar
Selama menjawab pertanyaan Sora Rai tidak pernah mengalihkan matanya sedikitpun dari netra Sora. Ia ingin Sora bisa melihat kesungguhan dalam matanya.
Seperti kepingan puzzle yang mulai tertata Sora mulai sedikit paham alasan-alasan kenapa Rai tiba-tiba membentangkan jarak padanya lagi setelah ia pikir mereka bisa berteman. "Jadi tingkah lo yang suka berubah-ubah itu karena perasaan lo ke gue?"
"Karena sikap denial gue lebih tepatnya dan cemburu juga. Ini pengalaman pertama gue, jadi gue masih kagok buat menyikapinya." Rai meringis, tingkah-tingkah absurdnya kepada Sora berkelebat di kepalanya.
Sora mengangguk. "Oke. Pertanyaan selanjutnya, dari kapan lo ngerasa sayang sama gue?"
Kedua sudut bibir Rai tertarik ke atas, ia mengingat kembali pikiran konyolnya yang ingin mengecup sudut bibir Sora ketika cewek itu tersenyum. Pikiran itu terbit ketika ia menemani Sora bolos sekolah untuk menantikan anak-anak TK pulang. "Gue mulai sayang sama lo dari saat gue kasih balon t-rex buat lo. Tambah sayang lagi saat lo menghibur gue dengan cara tidak biasa saat gue gagal turnamen taekwondo. Tambah sayang dan cinta lagi ketika lo menceritakan tentang keluarga lo, sayangnya lo sama Papa, Mama, dan adik lo."
Sora menempelkan satu telapak tangan pada pipi dan menumpu siku di atas meja, memandang Rai yang terlihat gugup. Bulir-bulir kecil keringat muncul di dahi Rai padahal AC perpustakaan terasa adem.
Sebenarnya Sora pun gugup, perutnya terasa mulas. Kupu-kupu di perutnya bergerak aktif.
"Sekarang gue boleh tanya?" izin Rai yang diangguki Sora. Jantung Sora sudah seperti genderam drum.
"Lo mau jadi pacar gue, Ra? Kunci jawabannya cuman dua ya dan tidak. Lo pilih yang mana?"
Di bawah meja kedua tangan Rai saling meremas dan berkeringat. Jantungnya berdegup kencang. Posisi Rai sekarang siap bersorak bahagia atau patah hati untuk pertama kalinya.
Sora tak langsung menjawab, ia masih memandangi Rai dengan netra hitamnya. Ia tidak bermaksud mengulur waktu, hanya saja ia masih meraba-raba perasaan sendiri. Sudahkah ia merasakan cinta layaknya Rai mencintainya?
Dan yang keluar dari mulut Sora untuk menjawab pertanyaan Rai dan dirinya sendiri adalah, ya.
"Ya," jawab Sora yang memberi kelegaan dan ledakan kebahagiaan untuk Rai.
Rai ingin memeluk Sora, tetapi terhalang meja. Tapi ia bisa memeluk Sora sepuasnya nanti dan hari-hari selanjutnya. "Jadi sekarang kita pacaran?"
"Yups, bukan macan-macanan lagi," jawab Sora sukses bikin Rai tertawa.
Sora ikut terkekeh. Ia senang melihat Rai tertawa hingga matanya menyipit. Dirinya juga senang perasaan yang coba ia terka-terka kini sudah jelas.
"Sebentar ya, Ra!" Begitu tawanya reda Rai beranjak dan pergi ke salah satu rak di mana memajang berbagai novel.
Rai kembali dengan sebuah novel di tangannya. Kini Rai beralih duduk di sebelah Sora. Novel yang tadi diambilnya ia letakkan di depan Sora.
Sora pernah membaca novel yang ditunjukkan Rai itu. Sudah dua kali malah. Ceritanya sangat heartwarming jadi ia ketagihan membacanya.
"Kenapa tiba-tiba ambil novel ini?"
"Udah baca?"
Sora mengangguk.
"Gue juga udah baca. Novel ini ceritanya hampir mirip kayak kita ya, Ra. Benci jadi cinta. Walaupun gue nggak pernah benci sama lo, cuman takut-takut ditanya yang aneh-aneh aja."
"Sekarang masih takut?"
"Nggak! Gue udah berani. Mau tanya-jawab sekarang juga Hayuk!"
Sora melepaskan tawanya hingga memukul bahu Rai pelan. Rai tidak menjauh, ia malah merenguh tubuh yang masih bergetar karena tawa itu. Merenguh seseorang yang menjadi cinta pertamanya.
[ ]