Loading...
Logo TinLit
Read Story - Cinta Butuh Jera
MENU
About Us  

Galih melepasnya, menjatuhkan tubuhnya di samping Sita dan menarik selimut hingga menutupi tubuh polos mereka berdua. Sita merangsek mendekat, menyandarkan pipinya di dada bidang Galih. Detak jantungnya tidak sehebat tadi, itu artinya Sita sudah menyelesaikan tugasnya malam ini.

"Kita berhasil!" seru Galih. Ia pun mencium ubun-ubun Sita sebagai tanda ucapan terima kasih. Satu tangannya merangkul tubuh Sita yang semakin erat padanya.

Yah, mereka berhasil membuat jiwa yang selama ini hampa menjadi penuh dengan gairah. Mereka berhasil membuka kotak pandora hitam yang sebelumnya mengurung hati mereka dalam dingin. Mereka telah terbujuk, terbuai—untuk membuat perumpamaan pada montase masa depan.

Mereka pun tenggelam di balik selimut. Membenamkan diri mereka tanpa kata-kata apa pun. Banyak yang ingin diceritakan Sita sebenarnya, tapi urung karena ia tidak ingin merusak momen kebersamaannya dengan Galih. Perasaannya saat ini terlalu bahagia.

Sita masih ingin terus berada di sisi suaminya sebagaimana saat ini. Ia bahkan rela terjaga untuk memastikan bahwa ini bukanlah mimpi. Sita memainkan jarinya di atas dada Galih, mencium aroma maskulin yang sedari tadi membuat ia tak ingin lepas. Padahal mata pria itu sudah terpejam dan kelihatannya sudah terlelap juga. Ia tersenyum, berharap akan terus seperti ini selamanya sebagaimana perasaan cintanya yang tak pernah diketahui oleh Galih.

Namun momen itu ternyata tidak berlagsung lama ketika Sita mendengar Galih mengigau. Yah, mengigau dengan suara yang sangat jelas.

"Anis ... Anis ... jangan pergi lagi. Tetaplah di sini, bukankah kita masih saling mencintai?"

Detik itu juga, Sita sadar. Bahkan Galih masih membawa kenangannya bersama Anis di alam mimpi.

Kamu masih mencintainya, Gal... lantas apa artinya ini. Untuk apa kamu bertindak sejauh ini padaku?

Ia pun menangis. Air matanya menetes begitu saja. Sita menjauh, membuat jarak yang seharusnya ia lakukan sebelum semua ini terjadi. Membuang wajahnya dari Galih yang masih terbuai dalam mimpi. Meringkuk menahan sakit.

Galih belum berhasil ternyata.
 

***

Bagaimana bisa pagi ini terasa sangat indah. Barangkali kegelisahan tidak lagi melekat pada diri Galih. Mengenai apa? Masa lalu? Meski belum sepenuhnya selesai, meski pendosa masih terngiang di nama belakangnya. Ia masih terbuai dengan kesenangan yang mereka lewatkan tadi malam. Seperti bukan dirinya, ia telah merasa menjadi seorang suami seutuhnya. Galih belum ingin memikirkan hal rumit.

Menurutnya, menemukan Andien yang tertawa di pagi hari ketika mendengarkan mamanya bernyanyi adalah pemandangan yang sangat menyejukkan. Sita memainkan ukulelenya sesuai nada.

If you see the rain, all the frog will sing

Take your umbrella and dancing under rain,

If you see the stars, the cricket ratling

Turn on your campfire and talking to the stars.

Itu lagu kesukaan Andien dan Galih sudah sangat hapal lirik yang diciptakan oleh Sita sendiri. Galih memandangi ibu dan anak itu dari balik punggung mereka. Berdiri di sisi meja makan sambil meneguk susu dingin kesukaannya. Dia tersenyum. Meneguhkan hati, bahwa ini adalah saat yang tepat untuk menceritakan perihal Anis kepada Sita. Ia pun beranjak dari posisi awal, menghampiri Sita yang masih senang bernyanyi di ruang tengah.

"Halo, Putri Papa," sapa Galih sambil mendaratkan ciumannya ke pipi Andien. "Lagi dengerin lagu favorit, ya?" Andien mengangguk dengan tawa lebar. "Ohhh ... mama suaranya bagus, ya?" Sekali lagi Andien mengangguk senang.

Sita menyanyikan bait terakhir, kemudian bertepuk tangan kecil. Menghibur. Galih pun memindahkan Andien ke pangkuannya.

"Kamu nggak pergi ke kantor?" tanya Sita ingin tahu. Tak biasanya Galih sesantai ini ketika pagi.

"Aku pergi agak siangan hari ini."

"Oh ...." Sita menanggapi sekadar. Meletakkan ukulelenya di sofa kemudian bangkit dari tempat duduknya untuk beranjak ke dapur. Galih mengikutinya, duduk di kursi makan dan meletakkan Andien di kursi bayi berwarna pink.

"Ada hal yang mau kuomo—" Mereka bersuara serentak.

"—ngin." Sita mengucapkan kalimat terakhirnya sendiri. Ia memandangi wajah Galih yang tersenyum kecil dan rasanya sudah bisa ditebak. Suaminya itu pasti akan membahas persoalan yang sama. Yaitu, Anis.

Sita mengolesi roti tawar dengan selai blueberry. Sementara Galih menyibukkan diri dengan salad buah yang sudah disediakan Sita sebelumnya, menyarupnya sesuai selera.

"Kamu mau ngomongin apa?" tanya Galih mempersilahkan duluan.

"Mungkin kita bakal membahas hal yang sama." Sita melirik Galih seolah menuding.

"Maksud kamu?" tanya Galih. Sedikit menebak, barangkali Sita memang sudah tahu apa yang akan dibicarakannya saat ini.

"Anis bilang, kamu sudah pernah menemuinya beberapa hari yang lalu."

Galih terhenyak. "Anis? Kamu udah ketemu sama dia? Kapan? Di mana?" Ada nada seolah memaksa dari suara Galih.

"Semalam, di arena downhill bike. Aku datang untuk menemui Nouvie, dan tanpa sengaja Anis sudah ada di sana. Menonton pertandingan."

Galih mencondongkan dirinya mendekat. "Lalu? Apa kalian bicara? Apa kamu sudah mengatakan permintaan maaf kita?"

"Galih!" Sita menghentikan olesan selainya, menatap Galih yang terlalu antusias. Ternyata benar, Galih masih memikirkan Anis. Sita kembali teringat dengan igauan Galih tadi malam. Dan mengingat itu, membuat hatinya sedikit terluka. Hanya saja ia berusaha menepisnya. "Aku sudah mengatakan semuanya. Aku bener-bener nggak nyangka, ternyata Anis sudah memaafkan kita sejak lama."

"Serius?" Wajah Galih mendadak semringah.

"Iya. Hanya saja, aku belum yakin apakah Anis masih mau berhubungan lagi sama kita atau nggak. Kamu tahu, 'kan? Aku benar-benar merindukannya, Gal. Aku nggak akan bisa menggantikan posisi sahabatku dengan orang lain sampai sekarang. Anis, aku ingin bertemu dengannya sekali lagi. Enggak!" Sita menggeleng, menggigit rotinya kecil dan bicara sambil mengunyah. "Aku ingin mengembalikan persahabatan kami yang dulu."

"Sita, Aku tahu betul tipe wanita seperti apa Anis. Sekali ia dekat dengan seseorang, selamanya ia akan menjaga hubungan itu sampai selamanya." Galih kembali mengunyah saladnya. Sesekali menghibur Andien yang tak ingin di cuekin. "Aku sudah agak tenang sekarang. Kita hanya tinggal mengatur waktu yang tepat untuk bisa ketemu sama Anis."

"Nanti aku minta nomor hapenya dari Nouvie, barangkali dia tahu." Sita menambahkan.

"Ide bagus." Mereka pun saling tersenyum. "Terima kasih, Sita. Aku benar-benar sangat berterima kasih. Langkah kita akan semakin mudah sekarang."

Terima kasih untuk apa, Gal? Aku hanya bisa tersenyum memaksa di balik roti kunyahanku. Terima kasih atas usahaku mengembalikan kekasihmu? Atau terima kasih atas pelayananku tadi malam? Kamu membuatku tidak mengerti.

***

Seiring berjalannya waktu. Hubungan Anis dengan Sita semakin membaik. Ia sudah bisa melupakan masa lalunya yang kelam dan menggantinya dengan hari-hari penuh persahabatan. Anis sudah mulai leluasa menerima takdir hidupnya. Sejauh apa pun ia pergi, kenyataanya ia akan selalu kembali pada mereka.

Kami akan selalu mengenang kebaikanmu, Nis. Sita dan Galih pernah mengatakan hal itu padanya secara langsung. Ketika Sakti bersedia menemaninya untuk bertemu dengan sepasang suami istri tersebut. Anis sadar, tidak dapat menampik kebaikan diri sendiri. Kebenaran yang terjadi adalah, ia merasa lebih hidup sejak berdamai dengan masa lalunya. Anis dan ayahnya telah setuju untuk mengembalikan tali silaturahim yang telah lama terputus.

Sita sudah sering berkunjung ke rumah Anis dan bercengkrama bersama. Melibatkan Andien dan terkadang menyertai Galih. Anis akan memasakkan berbagai macam makanan untuk mendampingi obrolan mereka saat makan malam. Mengajak Andien bermain bersama dan membawanya ke minimarket untuk sekedar jajan. Galih juga sudah lebih akrab dengan Sakti. Obrolan mereka soal otomotif ternyata mampu membangun chemistry yang ideal.

Dua bulan adalah waktu yang sangat berharga. Semuanya berlangsung sangat harmonis. Meskipun Anis sadar, bahwa tampaknya Sita telah membiarkan Galih kembali masuk ke dalam hatinya lagi. Anis tak pernah berpikiran jahat. Tapi semua perhatian yang sering Galih lontarkan padanya, membuat hatinya tergerak kembali. Itu seperti charger berkomponen khusus yang dapat membangkitkan semangat kebaikannya kemudian.

Sama seperti yang terjadi hari ini. Anis, Sakti dan juga sepasang suami istri yang telah mereka anggap sebagai saudara dekat itu, telah membuat janji untuk menonton film bioskop. Meski Sakti tak pernah suka kegiatan menonton, tapi ia selalu saja kalah dengan bujukan Anis. Dia tidak akan pernah tega membiarkan Anis merengut berhari-hari.

"Pergilah bersamaku atau kamu nggak akan pernah mendapat hidangan penutup makan malam dariku."

Itu adalah nada ancaman yang paling tidak disukai Sakti. Dessert buatan Anis adalah yang terbaik. Kembang tahu, es pisang ijo, puding kelapa muda, itu semua adalah hidangan terlezat yang pernah ada. Mana mungkin Sakti rela kehilangan itu semua.

Dengan riasan wajah natural dan manis, setelan kasual yang elok dipandang, Anis menapaki lantai mall bersama Sakti. Filmnya akan main 2 jam lagi, Sita sudah memesan tiket untuk mereka semua. Nonton gratis bukanlah pilihannya, tapi ia dan Sita tak pernah perhitungan kalau soal uang. Mereka akan saling bergantian membebaninya, meski terkadang Sita lah yang lebih banyak memberi.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • karina016

    seriusan sita sama galih? :(

    Comment on chapter Chapter 3
  • karina016

    bahasanya enak banget dibaca, aku suka, semangat kak

    Comment on chapter Chapter 1
Similar Tags
Crashing Dreams
266      224     1     
Short Story
Terdengar suara ranting patah di dekat mereka. Seseorang muncul dari balik pohon besar di seberang mereka. Sosok itu mengenakan kimono dan menyembunyikan wajahnya dengan topeng kitsune. Tiba-tiba sosok itu mengeluarkan tantou dari balik jubahnya. Tanpa pasangan itu sadari, sosok itu berlari kearah mereka dengan cepat. Dengan berani, laki-laki itu melindungi gadinya dibelakangnya. Namun sosok itu...
Wedding Dash [Ep. 2 up!]
2969      1117     8     
Romance
Arviello Surya Zanuar. 26 tahun. Dokter. Tampan, mapan, kaya, dan semua kesempurnaan ada padanya. Hanya satu hal yang selalu gagal dimilikinya sejak dulu. Cinta. Hari-harinya semakin menyebalkan saat rekan kerjanya Mario Fabrian selalu mengoceh panjang lebar tentang putri kecilnya yang baru lahir. Juga kembarannya Arnaferro Angkasa yang selalu menularkan virus happy family yang ti...
Between Us
3251      1361     5     
Romance
Song Dami jelas bukanlah perempuan yang banyak bicara, suka tersenyum. Oke, mungkin iya, dulunya, tapi sekarang tidak. Entahlah, dia juga lupa alasan kenapa dia lebih banyak menyembunyikan emosinya dan memilih untuk melakukan apa yang disuruh padanya. Dan karna itu, Sangho, oppanya meminta dia untuk berhenti dari pekerjaannya yang sekarang karna Dami ternyata ditindas oleh sunbaenya. Siapa ya...
North Elf
2169      1019     1     
Fantasy
Elvain, dunia para elf yang dibagi menjadi 4 kerajaan besar sesuai arah mata angin, Utara, Selatan, Barat, dan Timur . Aquilla Heniel adalah Putri Kedua Kerajaan Utara yang diasingkan selama 177 tahun. Setelah ia keluar dari pengasingan, ia menjadi buronan oleh keluarganya, dan membuatnya pergi di dunia manusia. Di sana, ia mengetahui bahwa elf sedang diburu. Apa yang akan terjadi? @avrillyx...
RAIN
678      452     2     
Short Story
Hati memilih caranya sendiri untuk memaknai hujan dan aku memilih untuk mencintai hujan. -Adriana Larasati-
Just Me [Completed]
30368      3412     1     
Romance
Gadis cantik bersifat tomboy itu adalah Viola dia biasa dipanggil Ola, dibalik sifatnya yang tomboy dia menyimpan duka yang teramat dalam yang hanya keluarganya yang dia tahu dia tidak ingin orang-orang khawatir berlebihan tentang kondisinya. dia anak yang pintar maka dari itu dia bisa sekolah di Amerika, tapi karena kondisinya sekarang dia harus pindah ke Jakarta lagi semenjak ia sekolah di Ja...
Iblis Merah
9808      2614     2     
Fantasy
Gandi adalah seorang anak yang berasal dari keturunan terkutuk, akibat kutukan tersebut seluruh keluarga gandi mendapatkan kekuatan supranatural. hal itu membuat seluruh keluarganya dapat melihat makhluk gaib dan bahkan melakukan kontak dengan mereka. tapi suatu hari datang sesosok bayangan hitam yang sangat kuat yang membunuh seluruh keluarga gandi tanpa belas kasihan. gandi berhasil selamat dal...
November Night
388      278     3     
Fantasy
Aku ingin hidup seperti manusia biasa. Aku sudah berjuang sampai di titik ini. Aku bahkan menjauh darimu, dan semua yang kusayangi, hanya demi mencapai impianku yang sangat tidak mungkin ini. Tapi, mengapa? Sepertinya tuhan tidak mengijinkanku untuk hidup seperti ini.
Rasa Cinta dan Sakit
506      273     1     
Short Story
Shely Arian Xanzani adalah siswa SMA yang sering menjadi sasaran bully. Meski dia bisa melawan, Shely memilih untuk diam saja karena tak mau menciptakan masalah baru. Suatu hari ketika Shely di bully dan ditinggalkan begitu saja di halaman belakan sekolah, tanpa di duga ada seorang lelaki yang datang tiba-tiba menemani Shely yang sedang berisitirahat. Sang gadis sangat terkejut dan merasa aneh...
Dream
623      457     5     
Short Story
1 mimpi dialami oleh 2 orang yang berbeda? Kalau mereka dipertemukan bagaimana ya?